Penerbangan Perdana Rute Baru Citilink Direct Medan-Jogjakarta Hampir Full Book

Direksi Citilink pada peresmian penerbangan perdana Medan Jogjakarta

Maskapai berbiaya murah atau low cost carrier (LCC) Citilink Indonesia kembali memperluas dan memperkuat konektivitas Nusantara dengan menghubungkan dua kota destinasi wisata dan bisnis, Yogyakarta dan Medan sebagai langkah mempermudah akses konektivitas Nusantara. Penerbangan perdana dari Bandara Kuala Namu, Medan, Sumatera ke Jogjakarta, Rabu (20/9), menandai dibukanya rute baru Citilink yang disambut antusias penumpang, terbukti jumlah kursi sebanyak 180an langsung full book.

Salah seorang penumpang bernama Eko bersama istrinya mengaku, hampir setiap bulan di pulang menggunakan pesawat Citilink. Baik dari dan ke Medan-Jogjakarta. Jadi dengan dibukanya rute baru ini, menurut Eko, maka sangat membantu kebutuhan pulang perginya. Karena sebagai warga pendatang di Medan yang baru setahun terakhir, Eko harus pulang setiap bulan sekali menemui anak-anak atau setidaknya pulang kampungnya di Jogjakarta.

“Saya di Medan bekerja sekagus mengeurus bisnis di bidang logistik. Terus terang saya senang mendapatkan informasi akan dibukanya rute baru yang direksi Kualanamu-Adisucipto. Selama ini saya harus transit dulu di Jakarta. Waktu tempuh jadi hemat satu jam. Karena dengan direct berarti dari Kualanamu – Adisucipto hanya tiga jam. Kalau ke Jakarta dulu bisa empat jam,” ujar Eko saat dicegat sebelum menaiki pesawat.

Soal tiket, Eko tidak tahu adanya diskon atau tidak saat penerbangan perdana itu. “Bukan saya tidak butuh diskon, tapi waktu saya mencari tiket untuk ke Jogja, hanya diinformasikan sekarang direct. Saya langsung senang dan langsung bayar sebesar Rp 800 ribu,” imbuhnya.

Direktur Niaga Citilink Andy Andrian Febrianto mengaku tidak terkejut. Pasalnya maskapai pelat merah ini telah melakukan kajian lebih dulu sebelum mengajukan untuk setiap penambahan rute baru. Ini merupakan rute baru untuk wilayah Barat. Sebelumnya telah sukses untuk wilayah Timur, seperti Ambon, Gorontalo, termasuk penerbangan internasional ke Timor Leste.

“Citilink ini kan LCC atau kekuatannya di domestic dengan target keterisian penumpang 85 persen setiap penerbangan. Jadi pembukaan rute penerbangan Medan Jogja direct ini untuk memperkuat domestic, yang direncanakan dari lama melalui kajian bisnisnya. Misalnya, adanya potensi perkembangan ekonomi di dua kota besar ini. Ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi 5,12 persen rata-rata dari kota lain 5,02 persen. Sehingga jumlah penumpang sangat besar dari Medan ke Jogja. Sudah pasti kita buka rute dengan hasil kajian bisa effort yang lebih banyak,” ungkap Andy usai melakukan seremoni penerbangan perdana di Bandara Kuala Namu didampingi Arif Dharmawan General Manager PT Angkasa Pura II, KC Bandara Internasional Kuala Namu dan perwakilan dari Garuda Indonesia.

Rute pulang pergi (PP) dua provinsi ini, nilai Andy, sangat berimbang. Jadi akan memberi kontribusi pada Citilink sama besar. Dari sisi wisata misalnya, ada peak season yang sama. Kalau di Jogja ada Candi Borobudur, di Medan ada Danau Toba. Di Jogja sebagai kota pendidikan, di Medan kota bisnis dan kuliner. Yang menarik ada temuan, adanya komunitas Batak di Jogja, di Medan pun ada komunitas Jogja. Ini dua daerah yang terpisah, tapi bisa menyatu. Walau ciri orang Medana keras, tapi orang Jogja lembut-lembut dan akhirnya jadi blending.

“Inilah acuan buka rute baru Citilink. Jadi marketnya akan stabil. Karena tidak hanya mengandalkan wisata, tapi ada sekolah visit family. Itu makanya, dalam kajian kami mengharuskan dapat rute meski bandara Jojga sudah cukup lumayan padat daya tampung pesawat,” ujarnya.

Sementara ini, rinci dia, penerbangan setiap hari hanya sekali, pukul 12.55 dari Medan dan balik ke Medan sampai pukul 18.00. Tapi tergantung slot di Jogja. Kalau masih memungkin, tentu Citilink akan mengajukan penambahan frekwensi minimal dua atau tiga kali penerbangan sehari. Karena dengan penambahan frekwensi, otomatis jumlah penumpang akan naik. Jumlah penumpang saat ini sudah 5,5 juta. Citilink optimis bisa mencapai target 13 juta penumpang hingga akhir tahun. Karena masih ada beberapa peak season yang bisa menembus target. Target ini naik dari tahun 2016, sebanyak 11 juta penumpang.

“Jadwal penerbangan ini pun sudah masuk kajian. Di mana itu adalah jadwal-jadwal yang menarik. Misalnya, orang dari Jogja sampai jam 6 petang di Medan bisa langsung menikmati wisata kuliner untuk makan malam. Tiga bulan ke depan kami evaluasi untuk dapat mengajukan tambahan jadwal penerbangan lagi,” ujar Andy sambil tertawa.

Anak usaha maskapai Garuda Indonesia ini, kata Andy, berencana setiap bulan akan membuka satu rute baru tersebar di seluruh Indonesia dan satu penambahan frekwensi setiap satu bulan juga. Sejak awal Januari 2017 dan April, atau hampir tiap bulan Citilink buka rute-rute baru. “Walaupun Mei kemarin, rute internasional pertama ke Timor Leste terbang dari Halim Perdanakusuma, tapi ini hampir masuk kategori domestic. Kemudian rute baru dari Kendari ke Gorontalo. Ambon dari Makassar. Memang terbilang kebanyakan di wilayah Timur dari dan ke Ujung Pandang,” ungkapnya.

Dalam kajian sisi wisata, kata dia, Citilink pun sudah menyampaikan ke Kementerian Pariwisataa untuk mendapat rekomendasi membuka rute-rute kota berpotensi wisata dan ekonomi. Karena memang banyak lagi bisa dilihat dan ditawarkan. Jogja sendiri masih cukup banyak potensi wisata yang belum diketahui public atau jadi pasar wisata.

Misalnya, orang tahunya hanya wisata pantai Parangtritis, tapi rupanya ada satu pantai bernama Pantai Indri dan wisata Windul Rafting dan menyemalm di Gunung Kidul. Begitu juga medan pasti banyak yang belum tersentuh pasar wisata. “Citilink memberikan sesuatu yang baru pada nama-nama calon wisata. Sekarang ada tren milenial. Kalau dulu lulus kuliah langsung cari kerja dan menabung untuk menargetkan beli rumah, di milenial sekarang, akhirnya lulusan mencari jati diri dengan traveling karena bisa jadi investasi rekreasi. Ini karena harga rumah yang mahal,” ujarnya.

Jadi waktu nanti menikah atau sudah mampu, para milenial sudah punya tujuan wisata. Waktu terbang rute baru Kendari, muncul tempat wisata Lulo Cinta. Lalu di Gorontalo ada laut yang ikan hiu pausnya akan mendekat nelayan dengan mengetuk-ngetuk air. Ambon juga dikenal dengan makanan. Walau agak mahal, tapi ikannya seger-segar. “Ternyata yang disebut Ambon manise juga bener. Orangnya memang manis-manis dan ramah-ramah,” pujinya.

Misi Citilink buka rute-rute baru dengan mencoba konek dari satu kota ke kota, lanjut dia, maka akan memperkuat domestic. “Lebih bagus juga tidak hanya manusia, tapi kargo. Ini akan mengena bagian ekonominya. Di mana Medan kota bisnis yang pesat perkembangannyaa sekarang,” papar pria murah senyum.

Tahun ini, lanjut dia, Citilink akan terus berekspansi dan bulan depan akan mendapat satu pesawat baru. Disamping melanjutkan bisnis carter untuk umroh ke Jeddah dan Cina. “Ini juga harapan Kementerian Pariwisata untuk menarik wisatawan manca ke Indonesia, utamanya dari Tiongkok. Soalnya di situ ada devisa Negara, maka ditargetkan sebanyak 20 juta wisatawan manca hingga 2019.

Soal harga tiket, Andy mengaku, hingga saat ini terbilang kompetitif. Itu karena pihaknya mematuhi aturan pemerintah dengan tariff batas bawah. “Kami cari harga bisa diterima, tapi tidak membunuh yang lain. Harga promosi untuk terbang perdana rute baru ini sekitar Rp 800 ribu one way. Ini karena perjalanan cukup jauh sekitar tiga jam. Promosi kea gen juga sama. Jadi tidak ada yang ditutup-tutupi. Apalagi tarif batas bawah tidak mungkin dijual di laur itu. Kalau ngotot dijual diluar itu, pasti akan rugi. Misalnya ke Jogja, tadi dijual Rp 800 ribu agar mencapai BEP (break even poin), tapi dijual Rp 700 ribu,” rincinya.

Terkait pembukaan rute baru bulan berikutnya, Citilink sedang melakukan kajian di Bandara Silangit, Sumatera utara dan Nias. Tapi karena kapasitas landasan di Nias tidak memungkin, maka peluangnya tipis. “Kalau untuk Silangit belum keluar hasil akhir dari kajiannya. LCC itu bukan kelas landasan Perintis. Jadi tidak bisa masuk ke Nias yang masih di level Perintis. Tapi masih banyak kok kota-kota lain yang landasannya bisa masuk kajian. Seperti Silangit yang sedangkan dikembangkan, kami pun ikut langsung melakkan kajian di sana,” ungkapnya.

Alasan hanya mengandalkan jenis pesawat Airbus 320 yang tidak bisa masuk Perintis, menurut Andy, karena biayanya akan lebih murah. Misalnya dari maintenance dan SIM pilotnya. “Kalau pilot harus mempunyai SIM lain, maka untuk mendapat lisensinya, jatuhnya mahal lagi. Sementara kalau satu jenis pesawat, pilot bisa pakai pesawat yang mana saja,” tutupnya. (lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *