Baru-baru ini mantan Sekretaris Kementrian (Sesmen) BUMN Said Didu mengungkap ciri-ciri mangsa buzzer atau pendukung Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di media sosial. Dengan menganalogikan buzzer sebagai isi kolam, Said Didu beberkan tiga ciri-ciri utama mangsa para pendukung Jokowi tersebut.
semarak.co-Hal itu disampaikan Saud melaui cuitan akun Twitter-nya @msaid_didu pada Rabu, 29 Juli 2021. Sontak, cuitan eks Sekretaris BUMN tersebut ramai oleh komentar-komentar dari para warganet.
“Isi kolam akan ngamuk dan anda akan di bully jika anda:
1) tanyakan apa prestasi Pak De yg bisa dipuji.
2) berikan data peningkatan utang
3) tanyakan realisasi janji Pak De,” ujar Said Didu dikutip dilansir isubogor.pikiran-rakyat.com/Rabu, 29 Juli 2021, 15:01 WIB.
“Saya malah suka kalo kolam ngamuk2. Itu pertanda kolam tidak bisa menjawab 3 pertanyaan itu. Semakin ngamuk semakin kelihatan kualitasnya,” kata netizen akun @Susmono41865447.
“Anggota kolam IQnya cuman sebaskom pak, anggotanya kocar kacir,” tambah akun @sweetiehair13.
“Untung saja anda sudah dipecat dari BUMN, jika tidak akan rusak tak terkendali jadinya,” bela akun @Winetou9 yang nekad nimbrung di komentar yang dominan mendukung akun @msaid_didu.
“Bener juga pak, tuh cebong udah pada ambyar,” lanjut akun @broto2001.
Seperti diketahui, Said Didu merupakan salah satu tokoh oposisi yang kerap mengkritik pemerintah dan adu argumen dengan para buzzer. Perkataannya di media sosial Twitter juga sering mendapat retweet dan komentar banyak dari para warganet.
Meski menuai banyak serangan dari para buzzer, Said Didu terpantau tetap menyuarakan suaranya dengan lantang terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang ia nilai merugikan banyak pihak.
Jauh sebelumnya Direktur IndoStrategi Research and Consulting Arif Nurul Iman menyebut terdapat tiga karakter pendukung Jokowi saat menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden pada 20 Oktober 2019 mendatang.
Pertama, pendukung dekonsesi yang berarti mendukung Jokowi dengan syarat-syarat tertentu kendati selalu menyatakan dukungannya tanpa syarat bila disampaikan ke publik. “Itu biasanya dilakukan parpol atau elit relawan,” ujar Arif seperti dilansirn nasional.okezone.com/read/2019/10/08/.
“Ketika ada kepentingan menyusun kabinet maupun jabatan strategis lainnya saya kira itu alami di politik,” ujar Arif saat menjadi narasumber dalam diskusi ‘Forum Jurnalis Merah Putih’ di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/10/2019).
Sedangkan, karakter kedua pendukung Jokowi yakni pendukung rasional yang kritis, mendukung ketika kebijakan dianggap benar namun menolak ketika dianggap salah. “Contoh mutakhir UU KPK. Pendukung dan influencer Jokowi banyak yang menolak,” ucap Arif yang kemudian dikutip harianaceh.co.id/2019/10/08.
Pendukung Jokowi ketiga, lanjut Arif merinci, yakni pendukung yang pengkultus. Dimana, apa saja yang dilakukan Jokowi dianggap benar. “Ini saya kira kita bisa tarik kenapa kepentingan dalam penyusunan kabinet maupun jabatan strategis jadi penting,” terang dia. (net/prc/okc/smr)





