Lebih dari 2.000 orang Turki berdemonstrasi untuk menolak vaksinasi Covid-19 di Istanbul, ibu kota Turki pada Sabtu (11/9/2021). Seperti dilaporkan Reuters, demonstran juga menentang mandat resmi terkait virus corona termasuk tes dan masker, serta langkah-langkah baru pemerintah dan dorongan inokulasi.
semarak.co-Saat protes terbesar di Turki itu, kebanyakan orang tanpa masker meneriakkan slogan-slogan, memegang plakat, dan bendera Turki. Mereka menyanyikan lagu-lagu untuk membela apa yang mereka sebut hak-hak individu, menggemakan demonstrasi anti-vaksin di beberapa negara lain.
“Pandemi ini terus berlanjut dengan semakin banyak pembatasan pada kebebasan kita dan tidak ada akhirnya. Masker, vaksin, tes PCR semuanya mungkin menjadi wajib. Kami di sini untuk menyuarakan ketidakpuasan kami dengan ini,” kata Erdem Boz,40 tahun, seorang pengembang perangkat lunak yang dilansir Beritasatu.com- Minggu, 12 September 2021 | 09:13 WIB.
Pada Senin (8/9/2021), pemerintah mulai mewajibkan bukti vaksinasi atau tes negatif Covid-19 untuk semua pengguna pesawat antarkota, bus, dan kereta api, serta bagi mereka yang menghadiri acara besar seperti konser atau pertunjukan teater.
Semua karyawan sekolah yang tidak divaksinasi diharuskan mengikuti tes PCR dua kali seminggu. Masker dan jarak sosial diperlukan di tempat umum. Sekitar 64% orang Turki telah menerima dua dosis vaksin di bawah program nasional yang telah memberikan lebih dari 100 juta dosis.
Namun, sekitar 23.000 kasus baru muncul setiap hari, mendorong Menteri Kesehatan Fahrettin Koca, untuk memperingatkan bulan ini tentang “pandemi orang yang tidak divaksinasi”. Pada Sabtu (11/9/2021), Koca menulis di Twitter: “Vaksin adalah solusi terakhir! Aturan sangat diperlukan.”
Para pengunjuk rasa yang menghadiri rapat umum yang disetujui pemerintah di distrik Maltepe Istanbul tidak diharuskan menunjukkan bukti vaksinasi atau tes negatif, menurut saksi Reuters. Polisi juga tidak campur tangan.
“Kami menentang semua mandat ini. Saya duga vaksinnya belum lengkap, dan itu adalah cairan eksperimental,” kata Aynur Buyruk Bilen, dari apa yang disebut Gerakan Perlawanan Plandemik. (net/bsc/smr)