Di Webinar BNI Hong Kong, Menparekraf Dorong Pekerja Migran Indonesia Semangat Buka Usaha

Tangkapan layar aplikasi video meeting Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati menjadi pembicara bersama Menparekraf Sandi Uno di webinar bertajuk Srikandi Diaspora Lompat Lebih Tinggi Bersama BNI Hong Kong secara virtual, Minggu (7/4/2021). Foto: humas Kemenparekraf2

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mendorong Pekerja Migran Indonesia (PMI) untuk tidak takut membuka peluang usaha.

semarak.co-Menparekraf Sandi Uno menyarankan bertransformasi dari seorang pencari lapangan kerja menjadi pencipta lapangan kerja, terlebih di pandemi saat ini yang banyak membuka peluang usaha baru melalui digitalisasi.

Bacaan Lainnya

Peluang tersebut, nilai Sandi Uno, dapat diciptakan baik bagi mereka yang masih menjadi PMI di luar negeri ataupun PMI Purna yang telah kembali ke tanah air. Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga dan nantinya bisa berkarya di daerahnya sendiri serta tidak kembali bekerja keluar negeri.

“Saya harapkan pekerja migran Indonesia yang ingin mulai usaha untuk tetap semangat, mari kita bangkit, bangun usaha agar kita menjadi pengusaha yang memberikan manfaat bagi orang lain,” kata Sandi Uno dalam webinar bertajuk Srikandi Diaspora Lompat Lebih Tinggi Bersama BNI Hong Kong secara virtual, Minggu (7/4/2021).

Hadir Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati, Konsulat Jenderal RI untuk Hong Kong Ricky Suhendar, Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf Muhammad Neil El Himam.

Lalu ada Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Nia Niscaya, Kepala Subdirektorat Industri Kreatif Fesyen, Desain dan Kuliner Kemenparekraf Romi Astuti, dan Direktur Pemasaran Ekonomi Kreatif Kemenparekraf Yuana Rochma Astuti.

Dalam kesempatan itu Sandi Uno juga berbagi kiat untuk memulai usaha. Yakni dapat dimulai dari hal-hal yang memang disukai. Jika memang hobi makan, bisa mencoba bisnis kuliner. Suka menjahit, dapat menjajaki peluang usaha di bidang fesyen.

Dikatakan Menparekraf, terdapat 17 subsektor dalam ekonomi kreatif yang dapat dijajaki para pekerja migran Indonesia. “Di awal mungkin akan sulit, tapi percayalah kegagalan adalah anak tangga menuju sukses,” paparnya.

“Kuncinya adalah percaya diri dan memiliki etos kerja yang baik. Yakni kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas. Seorang pengusaha yang sukses adalah mereka yang bekerja keras,” demikian Sandi Uno dalam rilis humas melalui WAGroup SiaranPers Kemenparekraf2, Minggu (4/7/2021).

Dari 17 subsektor ekonomi kreatif, sektor fesyen, kriya, dan kuliner menjadi tiga teratas. Sektor fesyen misalnya, menyumbangkan Rp200,20 triliun atau 17,64 persen terhadap PDB nasional di tahun 2020.

Sementara kriya menyumbangkan Rp166,13 triliun atau sekitar 14,64 persen atas keseluruhan PDB nasional di tahun 2020. Sedangkan kuliner menyumbang Rp455,44 triliun atau sebesar 40,13 persen atas keseluruhan PDB nasional di tahun 2020.

“Pariwisata bisa kita kembangkan, tapi yang ingin saya dorong tidak hanya pariwisata. Adalah 17 subsektor ekonomi kreatif yang terbuka peluangnya di pandemi ini. Di fesyen misalnya, kita harus mengapresiasi fesyen lokal,” kata Sandi Uno, sapaan akrab Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno.

Kemenparekraf bersama Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) sebelumnya telah menandatangani Nota Kesepahaman dalam rangka Pengembangan Potensi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pekerja Migran Indonesia dan Keluarganya.

Kemenparekraf akan memberikan pendampingan dan pelatihan bagi para PMI Purna dalam memproduksi produk-produk ekonomi kreatif. Selain pemanfaatan teknologi dalam digitalisasi, networking, dan kolaborasi juga harus dapat ditingkatkan para PMI dalam membuka usaha. “Mari kita tangkap timing yang tepat untuk memulai usaha,” katanya.

Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati mengatakan, pihaknya selama ini turut memiliki program meningkatkan kapasitas pekerja migran Indonesia khususnya para PMI di Hong Kong. Di antaranya adalah program peningkatan kapasitas untuk berwirausaha, pelatihan keuangan, juga akses modal.

Hong Kong sendiri merupakan salah satu negara yang banyak menyerap pekerja migran Indonesia. Pada tahun 2019 remitansi PMI di Hong Kong mencapai 2,5 miliar dolar AS atau sebesar Rp36 triliun. Hong Kong merupakan negara dengan tingkat penerimaan PMI keempat terbesar setiap bulannya. Yakni sekitar 4.000 orang perbulan.

“Kami ingin ikut mendorong PMI sebagai motor penggerak atau agent of change yang dapat memanfaatkan peluang dengan membuka peluang usaha. Meningkatkan kapasitas dan taraf hidup keluarga,” papar Sulistyowati.

Ditambahkan Adi Sulistyowati, “Bersama Konjen RI di Hong Kong kami memberikan peningkatan kapasitas dan edukasi keuangan sebagai bekal mereka ketika kembali ke tanah air juga akses modal usaha.”  (smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *