Phapros Bangun Pabrik Alat Kesehatan Scaffold Hydroxyapatite Pertama di ASIA

(ka-ki) Direktur utama Phapros Barokah Sri Utama, Komisaris Utama Phapros sekaligus Direktur Keuangan RNI M. Yana Aditya dan Dirut MRB Ahmad Sufi.

PT Phapros melakukan sinergi dengan PT Mitra Rajawali Banjaran (MRB), sesama anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), dengan acara peletakan batu pertama pembangunan fasilitas produksi alat kesehatan (alkes) Scaffold Hydroxyapetite di pabrik PT MRB di kawasan Banjaran, Kabupaten Bandung Brat, Jawa Barat, Selasa (22/8) pagi.

Produk Scaffold Hydroxyapatite (HA) merupakan mineral kalsium aptite yang memiliki komponen dasar sama dengan tulang. HA selama ini juga digunakan untuk material lem tulang yang patah dan pembuat tulang buatan, hasil hilirisasi riset produk alkes dalam negeri oleh periset dr. Ferdiansyah dari RSUD Dr. Soetomo. HA yang akan diproduksi Phapros merupakan contoh sinergisme ABGC (Academician-Business-Government-and Community). Produk ini bisa dimanfaatkan sebagai komponen implantasi penopang tulang dan gigi.

Pabrik yang ditargetkan beroperasi, Juli 2018 ini, bakal menjadi produsen penopang tulang pertama di Indonesia bahkan Asia. Selama ini memang sudah ada yang impor dari Italia, China, Tiongkok, Korea, bahkan terbesar dari Jerman. Namun harganya terbilang mahal, sekitar Rp 2.5-5 juta per unit atau sekali treatment. Bentuknya ada kubus dan bubuk.

Nantinya, Phapros menjamin harganya bisa turun di bawah Rp 1 juta. Penurunan ini dipengaruhi bahan baku atau tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sampai 95% lokal. Bahan baku utama saat ini organik dari mineral yang ada di bonggol tulang sapi. Walaupun bisa dari tulang manusia yang didonorkan bahkan kulit kerang dan kulit telor. Ada pakai bahan unorganik berupa kimia, seperti sintetis.

Direktur utama Phapros Barokah Sri Utama mengatakan, saat ini masih focus hanya dari tulang sapi. Karena tulang sapi ini cukup mudah didapatkan di Indonesia bahkan nantinya akan dibuat produk turunannya, seperti antibiotic untuk mempercepat penyembuhan. Seiring pembangunan pabrik berjalan, pihaknya membuka kerja sama dengan rumah potong hewan (RPH) yang ada di wilayah Bandung. Sedikitnya sudah 12 RPH siap memasok tulang sapi. Namun pihaknya membuka diri pada peternak maupun masyarakat umum yang ingin menyalurkan tuang sapi miliknya.

Produk anak negeri ini akan mampu bersaing dan bahkan lebih baik dibanding impor. Sebab, produk ini sekaligus membuktikan kemandirian farmasi dan alkes dalam negeri. Jadi pihaknya hanya impor mesin. Karena mesin dari Jerman lebih hemat nantinya. Karena efesien listrik dan tahan lama.

“Produk Scaffold Hydroxyapetite yang saat ini beredar sebagai bone filler 100 persen impor dari beberapa negara. Produk ini akan menjadi produk alkes Scaffold Hydroxyapetite lokal pertama di Indonesia. Pada tahun ketiga, kami berharap sudah bisa memperoleh omzet sebesar Rp 10 miliar dari ceruk pasar yang selama ini beredar hingga Rp 70 miliar. Fasilitas produksi yang saat ini dibangun memang kapasitasnya masih medium, tapi ke depannya dengan bertumbuhnya pasar alkes yang cukup tinggi mencapai 13 persen, maka fasilitas ini akan terus berkembang baik dari sisi kapasitas maupun pertambahan varian produk Hydroxyapetite yang lain,” ungkap Emmy, sapaan akrab Barokah Sri Utami usai melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) pabrik alkes Scaffold Hydroxyapetite itu.

Perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang farmasi dan alat kesehatan ini, Desember 2016 telah menyepakati kerja sama antara Phapros dan RNI yang ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) antara Emmy dengan Direktur Utama MRB Ahmad Sufi terkait penggunaan asset idle PT MRB untuk produksi alat kesehatan HA di kantor RNI, Jakarta. Dalam kerja sama ini, Phapros punya modal teknologi dan MRB memiliki lahan dan aset bangunan idle atau menganggur.

Selain itu, MRB juga telah dilengkapi sederet izin seperti izin industri, edar, impor dan sertifikasi pengembangan alat kesehatan. Tak hanya memanfaatkan aset menganggur milik MRB, Phapros juga akan melakukan transfer ilmu kepada SDM yang dimiliki MRB terkait hal teknis yang berkaitan dengan produksi HA tersebut. “Phapros menyiapkan investasi Rp 10 miliar. Dana ini akan digelontorkan secara bertahap hingga pabrik siap produksi pada semester II-2018, tidak termasuk lahan,” ujarnya.

Adapun potensi pasarnya, menurut Emmy, permintaan akan produk ini masih tinggi seiring tingginya angka kecelakaan di Indonesia. Potensi masih banyak dan kita akan menolong banyak orang. Kita juga bisa masuk ke e-catalog pemerintah nantinya. Kita akan kuasai minimal 10% pasar dalam negeri dari Rp 70 miliar, peredaran saat ini. “Angka trauma pasti, kami belum dapat data. Tapi berdasarkan survey, potensinya masih besar,” kilahnya.

Dirut MRB Ahmad Sufi menyambut baik kerja sama yang dilakukan perusahaannya. Dia menilai, pembangunan pabrik ini merupakan langkah strategis guna mengurangi ketergantungan alat kesehatan impor. “Angka alkes akhir-akhir ini 90 persen masih impor. Sehingga ini kesempatan baik untuk Phapros dan MRB. Apalagi sejalan dengan Instruksi Presiden no. 6/2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan,” ucap Sufi dalam sambutan.

Komisaris Utama Phapros sekaligus Direktur Keuangan RNI M. Yana Aditya mengatakan kerjasama antara Phapros dengan PT MRB merupakan sinergi anak perusahaan RNI dalam mendukung upaya kemandirian alkes nasional. “Kerja sama ini sejalan dengan Instruksi Presiden No 6/2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Untuk itu kami gagas kolaborasi antara Phapros yang punya modal dan teknologi dengan MRB yang memiliki lahan dan aset bangunan idle. MRB juga telah dilengkapi sederet izin, seperti izin industri, edar, impor, dan sertifikasi pengembangan alat kesehatan,” ujarnya.

Corporate Secretary PT Phapros Imam Arif Juliadi menjelaskan MoU antara kedua perusahaan berisi kesepakatan penggunaan lahan dan bangunan milik MRB oleh Phapros. Produk Scaffold Hydroxyapatite adalah produk pengembangan Phapros berdasarkan hasil riset Universitas Airlangga dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Produk tersebut bisa dimanfaatkan sebagai komponen implantasi penopang tulang dan gigi.

Direktur Utama PT RNI B Didik Prasetyo menjelaskan kerja sama dengan Phapros adalah bagian dari upaya RNI mendukung kebijakan pemerintah mempercepat pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan. “Melalui kerja sama ini kami tidak hanya menargetkan produksi alat kesehatan mampu diserap pasar dalam negeri, tetapi juga memiliki kualitas ekspor agar mampu bersaing di pasar regional,” katanya.

Kolaborasi antara MRB dan Phapros, lanjutnya, tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan skala bisnis RNI di bidang alat kesehatan. Kerja sama tersebut juga bisa mengoptimalkan pemanfaatan aset yang dimiliki RNI dan anak usahanya. “Untuk itu kami gagas kolaborasi antara Phapros yang punya modal dan teknologi dengan MRB yang memiliki lahan dan aset bangunan idle. MRB juga telah dilengkapi sederet izin, seperti izin industri, edar, impor, dan sertifikasi pengembangan alat kesehatan,” kata Didik.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan saat ini industri alat kesehatan masih didominasi oleh produk impor. Izin edar alat kesehatan impor mencakup 94% dari nilai pasar industri alat kesehatan di Tanah Air yang mencapai Rp12 triliun. Komitmen pemerintah dalam mendorong pengembangan industri alat kesehatan domestik disampaikan melalui Instruksi Presiden no. 6/2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Pemerintah berambisi menekan impor alat kesehatan secara bertahap dari 90% dari jenis produk menjadi 45% dari jenis produk pada 2020. (lin)

Direktur Utama PT Phapros Barokah Sri Utami meletakan batu pertama menandai pembangunan pabrik disaksikan Komisaris Utama Phapros sekaligus Direktur Keuangan RNI, M. Yana Aditya (berdiri kiri) dan Dirut MRB Ahmad Sufi
Direktur Utama PT Phapros Barokah Sri Utami meletakan batu pertama menandai pembangunan pabrik disaksikan Komisaris Utama Phapros sekaligus Direktur Keuangan RNI, M. Yana Aditya (berdiri kiri)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *