Oleh Ustadz Zulfi Akmal
semarak.co-Di dalam surah An-Naba’ ayat 21-26 Allah berfirman:
“Sungguh, (neraka) Jahanam itu (sebagai) tempat mengintai (bagi penjaga yang mengawasi isi neraka), menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas. Mereka tinggal di sana berabad-abad, mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah, sebagai pembalasan yang setimpal.”
Di ayat terakhir Allah mengatakan bahwa azab yang begitu dahsyat dalam waktu berabad-abad merupakan balasan yang setimpal. Mungkin muncul pertanyaan dalam fikiran kita, di mana letak setimpalnya? Padahal mereka melakukan kejahatan di dunia ini hanya 60-70, 100 tahun paling lama.
Itupun dipotong usia sebelum baligh. Tapi diazab di akhirat dalam waktu yang tidak tahu ujung dengan azaban yang tidak terbayangkan dahsyatnya. Sementara Allah berfirman: “Sungguh, Allah tidak akan menzhalimi seseorang walaupun sebesar zarrah…” (An-Nisa’: 40)
Untuk pendekatan pemahaman, barangkali pengalaman hidup yang saya saksikan ini bisa menjelaskan kepada kita hakikat dosa yang kita lakukan. Ketika saya masih sekolah di SD dulu ada seorang guru yang jatuh karena tergelincir gara-gara sepotong kulit duku. Akibatnya tempurung lutut beliau pecah dan harus dipasang pen.
Waktu itu jangankan di Bukittinggi, di Padang saja belum ada operasi pemasangan pen. Karena itu terpaksa beliau dibawa ke Jakarta dengan menaiki pesawat yang harga tiket pada zaman itu masih sangat mahal.
Dan tentu tidak mungkin beliau pergi sendirian. Untuk pemasangan pen juga menghabiskan uang yang tidak sedikit. Pemasangan pen ketika itu belum secanggih sekarang. Walau sudah pakai pen, beliau tetap pincang seumur hidup. Bisa dikalkulasikan, berapa penderitaan yang beliau rasakan?
Berapa kesusahan lahir dan batin yang diderita oleh suami, anak-anak, keluarga dan orang-orang dekat beliau gara-gara sepotong kulit duku yang dibuang sembarangan oleh seorang yang pasti tidak mengira kalau kesalahan yang kelihatannya begitu sepele akan mengakibatkan penderitaan yang begitu besar.
Lalu bagaimana kira-kira dengan besarnya dosa yang dilakukan oleh orang yang membakar hutan, yang menyengsarakan jutaan manusia. Belum lagi alam yang rusak, yang tidak hanya merugikan manusia sezamannya saja, bahkan bisa menghancurkan masa depan generasi yang akan datang.
Seberapa besar kira-kira dosa orang yang merampas kekayaan alam di bumi yang aslinya bagaikan sepotong surga yang dilemparkan kedunia ini hingga ratusan juta rakyat harus hidup dalam kesusahan, bahkan hidup di bawah garis kemiskinan. Bahkan ada yang sengsara.
Selain itu, anggaplah merokok itu perbuatan mubah, atau paling banter hukumnya makruh. Tapi merokoklah tanpa menzalimi hak menghirup udara bersih bagi orang sekeliling. Di saat mau merokok pergilah menjauh dari orang banyak. Jangan merokok di tempat-tempat fasilitas umum.
Setiap asap rokok yang dihembuskan dan menyakiti orang lain akan mengurangi amal kebaikan pelakunya di akhirat kelak, atau dosa orang yang ia aniaya dengan asap rokoknya dipikulkan kepadanya.
Jangan pandang enteng asap rokokmu!!!
Banyak lagi perbuatan zalim yang kita lakukan tanpa disadari bahwa itu adalah kezaliman. Menunda-nunda membayar hutang adalah perbuatan zalim, kata Rasulullah. Main serobot seenaknya di dalam berkendaraan adalah perbuatan zalim. Apalagi sampai membahayakan nyawa orang lain.
Terakhir, sebagian dosa itu kita anggap perbuatan enteng saja bahkan tidak sadar sedikitpun kalau itu dosa. Sementara Allah berfirman: “dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar”. (An Nur: 15)/
(@idntodayco/September 22, 2019)
Mengutip zulfiakmal.wordpress.com/2013/01/13/balasan-perbuatan-zalim/Khatib Jum’at tadi siang (11-1-2013). 20 tahun yang lalu, saya pernah membaca di koran al Ahram edisi Jum’at sebuah tulisan yang dikirim oleh seorang perempuan:
“Aku adalah seorang perempuan yang berasal dari sebuah keluarga kaya raya. Dulu aku mempunyai seorang pembantu perempuan yang berasal dari keluarga sangat miskin di daerah pedalaman Mesir (Sha’id).”
“Aku memperlakukannya dengan sangat kasar dan tidak berprikemanusiaan. Ia sering kena siksaan dan pukulan dariku. Sampai akhirnya ia buta. Setelah itu aku membuangnya begitu saja.”
Setelah berjalan beberapa lama, aku merasakan ada hal yang kurang beres dalam penglihatanku. Setelah membawa ke dokter spesialis, mereka angkat tangan. Akhirnya aku sampai berkeliling Eropa untuk berobat. Namun hasilnya sama.
Semua dokter mengatakan bahwa penglihatanku sedikit demi sedikit akan hilang, sampai betul-betul buta. Dan yang paling menyakitkan, mereka mengatakan mataku mustahil untuk disembuhkan. Ketika itulah aku mulai sadar bahwa Allah menghukumku sesuai dengan kejahatan yang telah ku lakukan.
Sekarang, bagi setiap pembaca yang mengetahui keberadaan gadis itu mohon mengantarkannya kepadaku. Biar ia bisa menemani sisa kehidupanku di rumahku”. Dalam surat kabar itu dituliskan nama dan ciri-ciri bekas pembantunya itu, sekalian alamat lengkap dan nomor telpon perempuan pengirim tulisan.
الجزاء من جنس العمل
“Balasan itu akan diterima sesuai dengan amal yang telah dilakukan”.
Mungkin kita dengan lancang dan tanpa beban menyakiti orang lain. Kita mengira itu akan berlalu begitu saja, karena kita orang kaya dan punya kuasa. Tapi ada Yang Maha Kuasa dan Maha Adil yang tidak pernah tidur dan lalai yang akan menuntut balas bagi yang telah dizalimi. Kalau tidak di dunia ini, nanti di akhirat.
Kita perlu ingat selalu bahwa banyak sekali ayat al Qur’an dan hadits Rasulullah yang melarang kita untuk berbuat zalim. Sekecil apapun kezalimannya. Karena tidak ada yang sia-sia dalam pandangan Allah. Mungkin menurut anggapan kita sangat sepele, tapi akibatnya bisa menyengsarakan orang banyak.
Saya teringat waktu SD dulu, salah seorang guru saya mengalami patah tulang gara-gara tergelincir oleh separoh kulit duku. Beliau harus dioperasi dengan dana yang sangat besar dan tulangnya harus disambung dengan platina.
Sampai hari ini beliau masih juga pincang. Itu hanya disebabkan oleh perbuatan yang barangkali tidak jadi pikiran oleh seseorang. Sudah sepantasnya kita tinggalkan sifat tak peduli, cuek, tanpa beban dalam melakukan sesuatu، sekalipun sepele.
قبل أن تعمل شيئا ففكر عاقبته
Sebelum anda melakukan sesuatu, pikirkan dulu akibatnya.
(Mesjid Fath Akhir Mahattah Hay 10)
sumber: @idntodayco/September 22, 2019) dan zulfiakmal.wordpress.com/2013/01/13/