Presiden Bashar al-Assad terpilih kembali untuk masa jabatan keempat kalinya sebagai presiden Suriah yang dilanda perang. Assad terpilih berdasarkan hasil resmi pemungutan suara meskipun ada tuduhan negara Barat bahwa pemungutan suara itu tidak bebas dan tidak adil.
semarak.co-Pemungutan suara kontroversial yang memperpanjang kekuasaan Assad adalah yang kedua sejak dimulainya konflik sipil selama satu dekade yang telah menewaskan lebih dari 388.000 orang. Konflik itu membuat jutaan orang terpaksa mengungsi dan menghancurkan infrastruktur negara itu.
Ketua parlemen mengumumkan kemarin bahwa Assad memperoleh 95,1% suara sekaligus mengalahkan dua penantang yang hampir tidak dikenal. Lawan Assad dan negara-negara Barat menilai kemenangan itu ditandai oleh kecurangan.
Pemerintah Assad mengatakan pemilihan pada Rabu (26/5/2021) menunjukkan Suriah berfungsi normal meskipun ada konflik yang telah berlangsung selama satu dekade. Konflik telah menewaskan ratusan ribu orang dan mengusir 11 juta orang – sekitar setengah populasi.
Ketua parlemen Hammouda Sabbagh mengumumkan hasil pada konferensi pers pada Kamis (27/5/2021) seperti dilansir republika.co.id, Jumat (28/5/2021). Hammouda mengatakan jumlah pemilih sekitar 78 persen, dengan lebih dari 14 juta warga Suriah mengambil bagian.
Pemilu tetap berjalan meskipun ada proses perdamaian yang dipimpin Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyerukan pemungutan suara di bawah pengawasan internasional yang akan membantu membuka jalan bagi konstitusi baru dan penyelesaian politik.
Para menteri luar negeri Prancis, Jerman, Italia, Inggris dan Amerika Serikat mengatakan dalam sebuah pernyataan yang mengkritik Assad menjelang pemilihan bahwa pemungutan suara tidak akan bebas atau adil.
Turki, musuh Assad, juga mengatakan pemilihan itu tidak sah. Kemenangan tersebut mengantarkan Assad, 55 tahun, tujuh tahun lagi berkuasa dan memperpanjang pemerintahan keluarganya hingga hampir enam dekade.
Ayahnya, Hafez al-Assad, memimpin Suriah selama 30 tahun hingga kematiannya pada tahun 2000. Tahun-tahun Assad sebagai presiden telah diwarnai konflik yang dimulai pada 2011 dengan protes damai sebelum berubah menjadi konflik multi dimensi dan telah memecah belah negara Timur Tengah dan menarik teman dan musuh asing.
“Terima kasih kepada semua warga Suriah atas rasa nasionalisme mereka yang tinggi dan partisipasi mereka yang penting. Untuk masa depan anak-anak Suriah dan kaum mudanya, mari kita mulai besok kampanye kerja kita untuk membangun harapan dan membangun Suriah,” tulis Assad di halaman kampanye Facebooknya.
Tantangan terbesar Assad, sekarang setelah ia mendapatkan kembali kendali atas sekitar 70% negara itu, adalah ekonomi yang sedang merosot. Pengetatan sanksi AS, keruntuhan keuangan negara tetangga Lebanon.
Lalu pandemi Covid-19 yang menghantam pengiriman uang dari warga Suriah di luar negeri dan ketidakmampuan sekutu Rusia dan Iran untuk memberikan bantuan yang cukup, berarti prospek pemulihan tampak buruk.
Unjuk rasa dengan ribuan orang mengibarkan bendera Suriah dan memegang foto Assad sambil bernyanyi dan menari berlangsung sepanjang Kamis (27/5/2021) dalam perayaan pemilihan, seperti dilansir kabar24.bisnis.com/read/20210528.
Para pejabat mengatakan kepada Reuters secara pribadi bahwa pihak berwenang menyelenggarakan demonstrasi besar dalam beberapa hari terakhir untuk mendorong pemungutan suara, dan aparat keamanan yang menopang kekuasaan minoritas Alawiyah Assad telah menginstruksikan pegawai negara untuk memilih.
Pemungutan suara itu diboikot oleh pasukan pimpinan Kurdi yang didukung AS yang mengelola wilayah kaya minyak di timur laut dan di wilayah barat laut Idlib, daerah kantong pemberontak terakhir yang ada, di mana orang-orang mengecam pemilihan tersebut dalam demonstrasi besar pada Rabu (26/5/2021).
Assad mencalonkan diri melawan dua kandidat yang tidak jelas, mantan wakil menteri kabinet Abdallah Saloum Abdallah dan Mahmoud Ahmed Marei, kepala partai oposisi kecil yang secara resmi disetujui. Marei mendapat 3,3% suara, sementara Saloum menerima 1,5%, kata Sabbagh.
Penantangnya adalah mantan menteri luar negeri Abdallah Salloum Abdallah dan Mahmud Merhi, seorang anggota oposisi. Menjelang pemilu, AS, Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia mengatakan pemungutan suara itu tidak bebas dan tidak adil.
Sedangkan oposisi yang terfragmentasi di Suriah menyebutnya sebagai lelucon. Dalam jajak pendapat multi-kandidat terakhir pada tahun 2014, Assad memenangkan 88 persen suara.
Poster-poster besar kampanye Assad telah menjamur di dua pertiga negara di bawah kendalinya menjelang pemungutan suara. Sebelum hasil pemilu diumumkan, puluhan ribu warga Suriah berkumpul di berbagai kota untuk merayakan kemenangan dengan mengibarkan bendera Suriah dan membawa foto Assad, menurut media pemerintah.
Kemeriahan itu pecah setelah panitia pemilihan, yang dilaporkan oleh TV lokal, mengatakan bahwa proses penghitungan suara telah selesai di sebagian besar provinsi Suriah. Puluhan ribu orang di provinsi Tartus berkumpul di pinggir laut untuk merayakan kemenangan yang diharapkan Assad, menurut kantor berita negara SANA.
Beberapa di antaranya menari dan menabuh genderang berdasarkan rekaman yang disiarkan oleh televisi Suriah. Perayaan juga berlangsung di Aleppo dan di Sweida yang mana massa berkumpul di depan balai kota, menurut media pemerintah. (net/rep/bis/smr)