UI, Muhammadiyah, PKS, dan al-Qassam Tanggapi Hendropriyono soal Palestina Bukan Urusan Indonesia

AM Hendropriyono. foto: indopos.co.id

Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Tamrin Amal Tomagola merespon pernyataan eks Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal TNI (Purn) Abdullah Mahmud (AM) Hendropriyono soal Palestina. Tamrin Tomagola menganggap twit Hendropriyono yang menyatakan Palestina bukan urusan Indonesia tak mewakili semua masyarakat.

semarak.co-Menurut Tamrin, dirinya dan banyak lagi warga Indonesia masih merupakan manusia yang punya rasa kemanusiaan. Maka dari itu, Tamrin menuturkan bahwa bangsa Indonesia ikut merasakan penderitaan rakyat Palestina yang diserang secara bengis oleh Israel.

Bacaan Lainnya

“Karena banyak dari kami masih manusia yang punya rasa kemanusiaan, maka kami ikut merasakan betapa kejamnya rakyat Palestina diperlakukan,” kata Tamrin Tomagola sebagaimana dilansir PikiranRakyat, Rabu (19/5/2021) yang dikutip hajinews.id/2021/05/19/Rabu.

Kemudian, Tamrin juga menegaskan bahwa kepedihan yang dirasakan Palestina merupakan urusan bangsa Indonesia. “Urusan penderitaan Palestina adalah urusan kami,” ucapnya seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari akun Twitter @tamrintomagola.

Dengan nada menyindir, Tamrin Tomagola lantas mengatakan takkan memaksa orang yang bukan manusia untuk menganggap Palestina sebagai urusannya. “Kami tidak memaksa yg bukan manusia lagi utk menjadikan Palestina sebagai urusannya,” ujar Tamrin mengakhiri cuitannya.

Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta Suwandi Danu Subroto mengaku tidak sependapat dengan pernyataan Hendropriyono yang menyebut konflik Palestina dan Israel bukan urusan Indonesia.

“Sebagai warga negara yang bertanggung jawab, saya tidak sependapat. Alasannya, Indonesia menganut politik bebas aktif untuk ketertiban dunia. Kedua, Indonesia merupakan negara yang anti penjajahan,” ujar Suwandi Danu Subroto kepada SINDOnews, Rabu (19/5/2021), seperti dikutip faktakini.info.

Kemudian yang ketiga, lanjut dia, Indonesia harus bisa berbalas budi kepada negara Palestina. “Bukankah negara luar yang pertama kali mengakui kemerdekaan RI adalah Palestina?” tuturnya.

Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bukhori Yusuf mengaku prihatin dengan pernyataan Hendropriyono yang menyatakan Palestina dan Israel bukan urusan Indonesia, melainkan urusan mereka bangsa Arab dan Yahudi. Sebab, Bung Karno sebagai pencetus Pancasila saja sangat membela Palestina.

“Saya prihatin atas pernyataan dari seorang tokoh yang mengaku sangat memperjuangkan Pancasila, lha Bung Karno sebagai pencetus Pancasila sangat membela rakyat Palestina untuk bisa merdeka, dan selamanya akan membela Palestina sepanjang masih terjajah oleh zionis Israel,” ujar Bukhori kepada SINDOnews, Rabu (19/5/2021) seperti dilansir Faktakini.info.

Bukhori membeberkan dalam pembukaan UUD 1945 sangat tegas menyebutkan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa karena itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.

“Jika dalam pembukaan UUD 1945 tegas lugas, lalu pembantaian Israel terhadap bangsa Palestina urusan mereka semata, dan kita tidak perlu ikut campur, lalu Pancasila yang mana yang dimaksudkan?” tuturnya.

Kemudian, kata dia, selain aspek konstitusi yaitu aspek kemanusiaan. Dia mempertanyakan moral atau kemanusiaan apa jika membiarkan suatu bangsa ditindas, dibombardir serta diusir tanpa pandang bulu, yang korbannya juga menyasar pada anak-anak maupun perempuan.

“Jadi jelas zionis Israel itu menyerobot tanah Palestina, lalu setelah berhasil galang sana sini kemudian mengusir menembaki dan menista pemilik tanah, ini logika kemanusiaan cap apa?” tandasnya.

Pernyataan Hendropriyono ternyata sampai ke telinga Brigade al-Qassam. Melalui akun twitternya, Brigade al-Qassam mengutip pernyataan mantan Presiden Soekarno dan Soeharto yang menyatakan bahwa masalah Palestina adalah urusan Indonesia.

“Bung Karno dan Bung Harto begitu jelas, tegas dan begitu sering kemerdekaan Palestina adalah urusan kita,” bunyi terjemahan tweet Brigade al-Qassam di akun Twiiternya yang dipantau Sindonews, Rabu (19/5/2021).

Tidak hanya itu, Brigade al-Qassam juga mengutip bunyi alinea pertama dari Undang-undang Dasar 1945. “Saudara Hendropriyono. Dalam UUD 1945 terlihat jelas bahwa kemerdekaan sebenarnya adalah hak semua bangsa, sehingga dunia harus didekolonisasi karena tidak sejalan dengan prinsip kemanusiaan dan keadilan,” demikian tweet dari Brigade al-Qassam.

كان بونغ كارنو وباك هارتو واضحين جدًا وحازمين جدًا ومتكررًا لدرجة أن استقلال إخواننا – فلسطين – كان من شأننا.

شقيق هيندروبريونو

من الواضح في دستور عام 1945 أن الاستقلال هو في الواقع حق لجميع الأمم ، لذلك يجب إلغاء الاستعمار في العالم لأنه لا يتماشى مع مبدأ الإنسانية والعدالة. pic.twitter.com/NmkVL4HeyR

— المجاهدين (@All_Qassam) May 19, 2021

Meski begitu, akun Twitter Brigade al-Qassem ini tidak dapat diketahui apakah benar milik kelompok tersebut atau bukan karena tidak ada tanda centang biru sebagai bukti jika akun tersebut telah terverifikasi.

Brigade al-Qassam atau Brigade Izzuddin al-Qassam adalah sayap militer kelompok Hamas yang dibentuk pada tahun 1991. Namanya diambil dari seorang pendakwah Palestina Izz Ad Din Al Qassam.

Sebelumnya Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) Jenderal (Purn) AM Hendropriyono mengklaim Palestina dan Israel bukan urusan Indonesia, melainkan urusan mereka, bangsa Arab dan Yahudi. “Urusan Indonesia adalah nasib kita dan hari depan anak cucu kita,” ujar AM Hendropriyono di Jakarta, Selasa (18/5/2021).

Hal tersebut disampaikan AM Hendropriyono terkait dengan maraknya pro-kontra dukung-mendukung perang Israel-Palestina. Ia menyampaikan keprihatinannya kepada teman-temannya sesama anggota Kerukunan Keluarga (KEKAL) Akmil 1967.

“Untuk nasib bangsa kita, saya mohon KEKAL Akmil 1967 tidak diam saja, tapi mikir, ngomong dan berbuat sebisanya. Negara kita sedang diserang oleh pemikiran ideologi khilafah,” kata Hendropriyono.

Hendropriyono mengklaim, banyak orang sudah terbawa arus pengkhianatan mendukung ideologi khilafah, liberalisme, kapitalisme, komunisme, atau ideologi asing apapun. Ada juga oknum aparat militer dan polisi, apalagi Aparatur Sipil Negara (ASN), juga politisi.

“Kalau ada yang melecehkan saya karena membela filsafat dasar bangsa kita, Pancasila, tolong merapatkan barisan dengan saya untuk membela diri, bangsa kita sendiri. Ironis sekali orang yang mengritik saya membela Pancasila, demi membela negeri sendiri, tapi dia menggebu-gebu membela Palestina,” ujarnya.

Lebih jauh Hendropriyono mempertanyakan apakah pengeritiknya tahu tentang siapa Palestina dan Israel itu?

“Apakah pengkhianat itu kenal dengan Mahmoud Abbas atau kenal dengan Ismail Haniyeh, atau kenal sama Reuven Rivlin, atau Benjamin Netanyahu? Saya yakin tidak kenal. Yang dia kenal adalah anak, istri, mantu, dan cucu sendiri. Kenapa yang dibela orang-orang yang tidak dikenal?” tanya Hendropriyono.

Ucapan Hendropriyono ini pun akhirnya menuai kecaman banyak pihak. Karena dinilai bertentangan dengan sikap resmi pemerintah Indonesia terhadap konflik Palestina – Israel yaitu mendukung penuh perjuangan bangsa Palestina dan menentang Israel.

“Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel,” Itulah ucapan Presiden Republik Indonesia Soekarno, 1962.

Dukungan Presiden Republik Indonesia pertama, Ir Soekarno, terhadap kemerdekaan Palestina tak terbantahkan dan selalu konsisten. Bukan sekadar lewat kata-kata, tapi juga dibuktikan melalui tindakan nyata.

Meskipun Bung Karno belum pernah menjejakkan kaki di tanah Palestina, namun jejak dukungan Sang Proklamator Indonesia untuk kemerdekaan Palestina telah terpatri dalam catatan sejarah.

Dukungan pemerintah Indonesia, yang digaungkan Bung Karno, terhadap kemerdekaan Palestina tak lepas dari sokongan yang diberikan pemerintah dan rakyat Palestina terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Bahkan setahun sebelum Indonesia merdeka, pada 6 September 1944 mufti besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini memberikan dukungan secara terbuka bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Berdasarkan buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri karya M Zein Hassan Lc Lt, sejak dukungan yang disampai secara terbuka melalui siaran radio Syekh Muhammad Amin Al-Hussaini, jalanan di Palestina dipenuhi gelombang aksi solidaritas dan dukungan kepada Indonesia oleh masyarakat Timur Tengah.

“Terimalah kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia,” kata saudagar kaya Palestina, Muhammad Ali Taher saat membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia pada 1944.

Setelah merdeka, saat Indonesia membutuhkan pengakuan sebagai negara berdaulat, lagi-lagi rakyat Palestina bergerak, mendorong Mesir mengakui Indonesia. Pengakuan kedaualatan dari Mesir dan Palestina pada 1947 itu merupakan buah diplomasi H Agus Salim melalui jaringan Ikhwanul Muslimin, yang berbasis di Palestina. (net/smr)

 

sumber: faktakini.info dari sindonews.com/pikiranrakyat.com/sindonews.com di WAGroup ALUMNI HMI

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *