Oleh Budi Santoso M
semarak.co-Manusia dan Tuhan (Abraham Lincoln). Kekhawatiranku bukanlah apakah Tuhan ada di pihak kita. Perhatian terbesarku adalah untuk berada di pihak Tuhan, karena Tuhan selalu benar. Hamdalah.
Agama dan Keberagamaan. Agama diyakini benar oleh pemeluknya. Keberagamaan, multi perspektif sikap dan tindakan pemeluknya. Keberagaman/kemajemukan/ pluralitas/keanekaan dalam keberagamaan tersebut sangat dipengaruhi pengetahuan (rasionalitas) dan emosi, (olah bathin) penganut agama tersebut.
Untuk itu, mari kita merenung keberagamaan kita dalam menyikapi fenomena yang terjadi saat ini, yang sangat kompleks, unik dan rumit. Ingat pembelajaran kasus ISIS, ada beberapa WNI yang sekarang stateless (hilang ke-WNI-annya).
Padahal konsep sebagai warga negara adalah konsep anugerah Tuhan yang luar biasa bagi pribadi manusia. Isis itu sebagaimana rahasia umum diklaim sebagai ciptaan AS sebagaimana diakui sendiri Hillary Clinton, mantan Menteri Luar Negeri dan ibu Presiden Amerika Serikat Bill Clinton.
Perjuangan yang mulia, caranya juga harus mulia. Pertanyaan kemudian, konflik Israel vs Palestine merupakan by default atau by design? Pd dimensi lain, konflik pecah kembali pasca Pilpres US (AS).
Era Trump, berencana membangun kota pemerintahan di Yerussalem, dengan stigma mesti tetap hidup berdampingan soft statements. On the other sides, Bidden melalui tim keamanannya (ia membentuk tim keamanan lebih dahulu, di banding kabinet menterinya) bilang hak Israel untuk mempertahankan diri adalah fundamental hard statement.
Bisa jadi sintesanya, Patriotism vs Globalist. Konflik Israel dan Palestina. Waktu panjang, jalan terjal, berliku dan menanjak karena yang terjadi perang hawa nafsu yang sangat sulit dipertemukan. Karena visi dua kelompok yang mustahil ketemu.
Visi Israel dengan Yahudinya untuk kembali ke wilayah leluhur (pewaris Nabi Daud dan Sulaiman-perhatikan bendera Israel) dan Visi Palestina untuk memiliki wilayah miliknya yang dikuasai Israel dan malah ada faksi di Palestina untuk keluar dari wilayahnya (seperti sediakala-sebelum tahun 1948).
Kalau adu kepala banteng secara national power logic Palestina pasti kalah. Untuk itu dukungan yang potensial adalah identitas agama Islam (masjidil aqsa dan mayoritas), negara tetangga sebelah selatan Mesir dan utara Jordania.
Mesir sudah mandul (camd david Treaty era Anwar Sadat. Jordania beban pengungsi Palestina dan Hizbullah. Negara kekhalihan Arab Saudi Qatar Uni Emirat Bahrain sangat konsern mempertahankan status quo. Irak dan Suriah masih sibuk konflik internalnya. Negara Islam di Afrika terlalu cekak duitnya.
Ya harapannya ya Turki dan Iran yang rasional military power bisa mengimbangi Israel tetapi kalau duel harus lewat Mesir Jordania atau laut? Belum lagi persaingan ideologi keislamanya. Tambah lagi dukungan AS dan sebagian besar negara besar-negara besar Eropah?
Dukungan Indonesia harus sejalan kebijakan PBB saja dan rakyatnya doa saja dan salah langkah seperti kawan yang mendukung ISIS. Kalau tidak hati bangsa Mongol yang di Mongolia (bangsa ini yang memorakpadan kekuasaan Islam di Eropah dan Asia) dilibas oleh Tiongkok bersama Tibet 1950.
Bangsa Turkistan dikuasai oleh Turki dan Irak, bangsa Kasmir disikat Pakistan dan India. Untuk Palestina mari kita tunggu keajaiban Ilahi. Manusia dan Hebat. (Maya Angelou). Apa yang ingin kau lakukan, jika ingin menjadi hebat dalam hal itu, kamu harus menyukainya dan berkorban untuk itu.
Artikel sudah disunting oleh redaksi dari tulisan hasil komen status di WAGroup.
sumber: WAGroup Sertifikat Seminar [09:56, 5/16/2021]