Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno melakukan pertemuan dengan Duta Besar (Dubes) RI untuk Prancis Arrmanatha Nasir.
semarak.co-Dalam pertemuan itu keduanya membahas potensi kerja sama dengan Group Lous Vuitton Moët Hennessy (LVMH) untuk pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Tanah Air di kancah internasional.
“Ini merupakan langkah cepat kami dalam menggali potensi industri pariwisata dan ekonomi kreatif untuk menjalin kolaborasi berikutnya dengan Louis Vuitton Moët Hennessy yang merupakan perusahaan induk dari brand-brand ternama dunia,” ujar Menparekraf Sandi Uno di Gedung Sapta Pesona lt.16, Jakarta Pusat, Senin (5/4/2021).
Turut hadir dalam pertemuan tersebut, tulis rilis humas melalui WAGroup Kemenparekraf2, Senin (5/4/2021), Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Neil El Himam, Staf Ahli Menteri Bidang Inovasi dan Kreativitas Joshua Puji Mulia Simanjuntak, Direktur Pemasaran Ekonomi Kreatif Yuana Rochma.
Koordinator Industri Kreatif Fesyen, Kriya, dan Desain Produk Romi Astuti, Sekretaris Kedua Bidang Politik Duta Besar Sandri Ghifari, dan WKU Bidang Industri Kreatif KADIN Ariful Y. Hidayat.
Dubes RI untuk Prancis, Andorra, dan Monaco, Arrmanatha Nasir, menjelaskan bulan Januari 2021 brand KENZO telah melakukan syuting iklan komersial untuk minyak wangi baru mereka di Ubud, Bali.
Hal yang sama dengan Christian Dior yang juga telah menjalin kerja sama untuk menghasilkan produk kreatifnya dengan menggunakan tenun endek Bali untuk spring summer collection 2021 mereka. Untuk itu, Menparekraf akan terus mendorong agar produk ekonomi kreatif seperti kain-kain tenun tradisional Indonesia dapat dipakai oleh brand-brand dunia.
Sehingga produk ekonomi kreatif Indonesia semakin dikenal dan pelaku UMKM atau artisan lokal bisa naik kelas hingga pasar internasional. Begitupun dengan promosi pariwisata melalui iklan komersial yang dilakukan brand ternama.
Selain itu, Dubes Arrmanatha menjelaskan terdapat departement store di Paris yang merupakan satu group dengan Galeries Lafayete. Pengunjung yang datang mencapai sekitar 21 juta pertahun.
“Dan pihak Prancis menawarkan kerja sama untuk melakukan promosi pariwisata dan ekonomi kreatif, yang nantinya bisa diperuntukkan bagi artisan lokal Indonesia untuk menampilkan produk kreatifnya di pasar internasional khususnya di Prancis. Ini peluang besar untuk pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif,” katanya.
Koordinator Industri Kreatif Fesyen, Kriya, dan Desain Produk Romi Astuti, menuturkan salah satu potensi terbesar adalah kerja sama dengan LVMH, karena di bawah group ini banyak sekali brand premium. Bagaimana brand-brand di bawah grup LVMH ini bisa kita berikan insentif untuk bisa membuat iklan di Indonesia.
“Sebelumnya saya sempat bertemu dengan teman-teman dari P3I (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia), mungkin kita bisa membuat satu konsep dimana insentif dari Pemerintah diberikan kepada komponen yang di Indonesia,” ujarnya.
Ditambahkan Sandi Uno, “Saya yakin waktu iklan Kenzo pasti ada Indonesia partnernya, ada crew, peralatan, penginapan, catering, dan lain sebagainya. Ini sebenarnya juga kalau kita bisa memberikan satu program insentif dan dikombinasikan dengan sektor periklanan termasuk juga promosi pariwisata, jadi evertything we can win on this project.”
Wakil Ketua Umum Bidang Industri Kreatif KADIN Ariful Y. Hidayat, mengatakan banyak peluang yang bisa terjalin dengan Prancis untuk mendorong produk-produk industri ekonomi kreatif atau UMKM bisa berkembang tidak hanya di ranah nasional tapi internasional.
Terlebih lagi dengan adanya department store seperti yang dikatakan Dubes Arrmanatha, yang nantinya bisa menjual produk kreatif Indonesia. “Saya berpikir bahwa UMKM kita ini bisa masuk di food truck di Prancis, misalnya martabak Indonesia kita bawa ke center of Paris, dengan mengedepankan cita rasa khas Indonesia,” ujarnya.
Namun, kata dia, ini perlu mendapat dukungan dari pihak-pihak terkait terutama dari kedutaan yang bisa memasukkan produk lokal Indonesia ke negara tersebut. Sehingga, mereka mengenal bahwa makanan seperti martabak ini berasal dari Indonesia,” ujarnya. (smr)