Bank Rakyat Indonesia (BRI) membukukan laba bersih sebesar Rp13,4 triliun, pada semester I-2017. Atau tumbuh 10,4% dari periode sama 2016 sebesar Rp12,1 triliun. Laba ini sudah tumbuh double digit pada semester ini. Kenaikan laba ini didorong oleh beberapa faktor, di antaranya pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga yang semester I 2017 di atas double digit. Sehingga meningkatkan fee based income (FBI) BRI.
Direktur Utama BRI Suprajanto mengatakan, hingga semester-I ini, FBI diperoleh Rp4,9 triliun atau naik 19% yoy (year on year). Komposisi FBI terhadap pendapatan secara yoy naik dari 7,7% di Juni 2016 menjadi 8,6% di Juni 2017. Salah satu penyumbang FBI adalah transaksi e-channel dan kartu debit dengan komposisi 26% dari keseluruhan fee base income.
“Faktor lain pendukung laba bersih adalah dari fee base income. Kini perseroan serius meningkatkan pendapatan dari jasa bank salah satunya dengan memperkuat bisnis transaction banking,” kata Suprajanto dalam paparan kinerja di gedung BRI Pusat, di Jakarta, Kamis (3/8).
Ia menjelaskan terkait kredit mencapai Rp687,9 triliun pada semester I-2017 atau tumbuh 11,8% dari penyaluran kredit periode yang sama tahun lalu sebesar Rp615,5 triliun. Penyaluran kredit ini mampu mengerek pendapatan bunga bersih (NII) naik sebesar 12,4% yoy menjadi Rp36,3 triliun.
Dari total kredit tersebut, lanjut dia, 74,4% disalurkan ke UMKM sebesar Rp490 triliun.”UMKM merupakan fokus bisnis BRI. Kedepan kami tetap akan memprdayakan UMKM salah satunya melalaui akses pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR),” tutupnya. (wiyanto)