Laut China Selatan (LCS) kembali memanas setelah muncul rencana pengerahan kapal induk terbaru Inggris ke area yang diklaim China. Rencana pengerahan kapal induk bernama HMS Queen Elizabeth milik Inggris ke LCS memicu ketegangan. Kapal induk itu rencanaya menjalani misi operasional pertamanya di Perairan LCS.
semarak.co-Sebelumnya, Amerika Serikat juga telah mengirimkan dua kapal induknya, USS Ronald Reagan dan USS Nimitz ke Laut China Selatan untuk menjalani latihan tempur.
Bukan hanya dua kapal induk, Angkatan Laut Amerika Serikat juga mengerahkan dua kapal perusak dan dua kapal penjelajah dalam latihan yang digelar pada pertengahan 2020.
Wakil Ketua MPR RI Syarief Hasan mendorong pemerintah Indonesia untuk bersiap siaga di Perairan Natuna Utara karena laut tersebut berbatasan langsung dengan Laut China Selatan yang sedang diperebutkan Amerika Serikat, China, dan beberapa negara lainnya.
Wakil Ketua MPR dari Partai Demokrat ini mengingatkan, perhatian ini sangat penting karena Perairan Natuna Utara adalah wilayah terluar Indonesia yang harus dipertahankan.
“Sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk memastikan seluruh wilayah, termasuk wilayah terluar di Perairan Natuna Utara dalam kondisi aman,” kata Syarief seperti dilansir malapost.net (Januari 28, 2021).
Syarief Hasan juga mengatakan bahwa jika kondisi ini terus berlangsung, maka potensi perang terbuka di Laut China Selatan dapat terjadi. “Kita harus terus berjaga-jaga karena jika terjadi perang terbuka, maka seluruh wilayah Asia Tenggara akan merasakan dampaknya,” ucap mantan Menteri Koperasi dan UKM.
Ia juga mengatakan bahwa perseteruan mengenai Laut China Selatan tidak dapat dianggap remeh. “China yang membuat klaim sepihak terhadap Laut China Selatan berdasarkan Sembilan garis putus-putus menyebabkan Amerika Serikat dan Inggris juga turut ikut campur,” ujarnya.
Kondisi ini akan berpotensi menjadi perang terbuka yang berakibat fatal. Ia juga mendorong seluruh pemimpin di Asia Tenggara untuk bersama-sama menjadi fasilitator dan Indonesia dapat mengambil peran sebagai ketua dalam menyelesaikan permasalahan ini.
“Sebagai kawasan yang paling merasakan dampak dari perseteruan di Laut China Selatan, ASEAN harus hadir sebagai jembatan. Kami mendorong agar ASEAN dapat mengedepankan pendekatan diplomasi. (net/smr)