Koordinator Forum Rakyat Lieus Sungkharisma mengapresiasi setinggi-tingginya kepada Bareskrim Polri karena bertindak cepat menangkap dan menjadikan Ambroncius Nababan tersangka terkait dugaan kasus ujaran rasisme terhadap mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai.
semarak.co-“Kita apresiasi Kabareskrim Polri karena telah memerintahkan jajarannya untuk segera bertindak dengan menangkap dan menjadikan Ambroncius Nababan tersangka dalam kasus itu,” kata Lieus di Jakarta, Rabu (27/1/2021).
Kasus Ambroncius adalah bola panas yang kalau dibiarkan berlarut dan tidak segera ditangani, nilai Lieus, dampaknya akan sangat besar dan merugikan bangsa dan negara ini baik secara nasional maupun di mata internasional.
“Di negara kita yang menganut ideologi Pancasila, perbuatan rasis seperti yang dilakukan Ambroncius itu tidak bisa ditolerir. Sebab hal itu akan merusak tatanan kebangsaan kita yang sudah dengan susah payah dibangun oleh para founding father negeri ini,” jelas Lieus, tokoh masyarakat Tionghoa.
Seperti diketahui, Ambroncius Nababan ditangkap paksa oleh Bareskrim Polri setelah Ketua Umum Projamin itu ditetapkan sebagai tersangka. “Yang bersangkutan dijemput paksa,” ujar Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Brigjen Slamet Uliandi pada wartawan.
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45A ayat (2) juncto Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan/atau Pasal 16 juncto Pasal 4 huruf b ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang penghapusan diskriminasi ras dan etnis dan/atau Pasal 156 KUHP.
Dimana Ambroncius Nababan diduga telah melakukan tindak pidana menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) dan/atau membuat tulisan atau gambar untuk ditempatkan.
Ditempelkan, atau disebarluaskan di tempat umum atau tempat lainnya yang dapat dilihat atau dibaca oleh orang lain dan/atau barang siapa di muka umum menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap suatu atau beberapa golongan rakyat Indonesia.
Gerak cepat Bareskrim Polri dalam menangani kasus ini, nilai Lieus, akan menjadi langkah awal yang baik bagi kepolisian dalam menjalankan tugasnya merawat dan memelihara kebhinnekaan di masa datang.
“Ini akan menjadi shockteraphy bagi siapapun untuk tidak lagi melakukan perbuatan yang menghinakan atau merendahkan orang lain atas dasar suku, agama, budaya maupun warna kulitnya,” ujarnya.
Mudah-mudahan ini, harap Lieus, menjadi starting point yang baik bagi Polri untuk menunjukkan bahwa penegakan hukum di negeri ini tidak tajam ke bawah tapi tumpul ke atas.
Dalam paparannya pada fit and proper test calon Kapolri, Kabareskrim Komjen Listyo Sigit Prabowo memang menyebut bahwa tak boleh lagi ada anggapan hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Namun demikian, calon Kapolri ini menegaskan, penegakan hukum harus dilakukan secara humanis.
Namun apapun langkah penegakan hukum yang diambil Polri ke depan, Lieus berharap di bawah kepemimpinan Komjen Listyo Sigit Prabowo nanti, Polri tidak hanya benar-benar bisa menjadi penjaga keamanan dan pelindung rakyat, tapi juga menjadi pemelihara persatuan dan kesatuan bangsa di bawah Pancasila dan UUD 1945. (smr)