Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyarankan kepada pasangan muda di Tanah Air agar sebaiknya menunda kehamilan dulu saat pandemi Covid-19. BKKBN juga menyarankan pasangan usia subur untuk menggunakan alat kontrasepsi guna menghindari kehamilan dalam waktu dekat.
semarak.co– Deputi Bidang Keluarga Berencana Kesehatan Reproduksi (KB KR) BKKBN dr Eni Gustina mengatakan, apabila ada keluhan kesehatan dari pasangan usia subur, sebaiknya langsung menghubungi petugas kesehatan dengan catatan membuat perjanjian dulu sebelum bertemu.
“Kami berpesan pada pasangan usia subur agar rencanakan setiap kehamilan atau sebaiknya ditunda dulu. Masyarakat juga bisa mencari informasi terkait seputar kesehatan dari lembaga resmi maupun dari BKKBN,” kata dr Eni saat diskusi virtual yang dipantau di Jakarta, Kamis (24/9/2020).
Selama pandemi COVID-19, BKKBN juga melakukan terobosan baru dengan melibatkan tenaga penyuluh lapangan keluarga berencana yakni mendistribusikan alat kontrasepsi pada masyarakat. “Para petugas ini mendistribusikan alat kontrasepsi kepada masyarakat yang diawasi tenaga kesehatan dari puskesmas,” katanya.
Secara umum berkaitan dengan peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia, BKKBN terus mengajak masyarakat di Indonesia untuk menggunakan alat kontrasepsi. Penggunaan alat kontrasepsi bisa berdampak pada penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Bila masyarakat atau pasangan suami istri menggunakannya, maka risiko terlalu banyak anak, terlalu dekat kelahiran satu dengan yang lain, hamil dalam usia tua maupun muda bisa dicegah.
Di bagian lain BKKBN memperkirakan terdapat 47 juta perempuan kehilangan akses kontrasepsi akibat terdampak COVID-19, pada April 2020. “Data tersebut belum lagi termasuk tujuh juta prediksi kehamilan yang tidak direncanakan,” ujar dr Erni.
Kondisi tersebut belum lagi dipengaruhi angka pertambahan penduduk di Tanah Air yang masih tinggi yakni berkisar 1,49%. “Artinya, setiap tahunnya diperkirakan akan ada lima juta bayi yang lahir di Tanah Air. Jumlah tersebut bahkan lebih banyak dari jumlah penduduk Singapura,” katanya.
Singapura berpenduduk hanya 3,5 juta, dan Denmark berpenduduk lima juta sementara Indonesia dalam satu tahun bisa melahirkan penduduk sebanyak satu negara setiap tahunnya.
Selain itu menurut dia, saat ini angka fertilitas atau kemampuan menghasilkan keturunan di Indonesia juga masih tergolong tinggi. “Berdasarkan survei angka fertilitas itu 2,4 persen dalam 10 tahun ini angkanya belum turun-turun,” ujarnya.
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2017 penggunaan alat kontrasepsi modern mengalami penurunan dari 61 menjadi 57%. “Tentu kita harus berjuang kembali untuk meningkatkan penggunaan kontrasepsi modern,” katanya.
Selain menurunnya penggunaan alat kontrasepsi modern, BKKBN juga mengatakan persoalan angka putus pakai di Tanah Air masih tinggi akibat rendahnya pendidikan yang mempengaruhi kehidupan rumah tangga.
“Rendahnya pendidikan tadi mengakibatkan kesadaran masyarakat dalam penggunaan alat kontrasepsi menjadi minim. Padahal, hal itu penting sekali,” ujar dia. (net/smr)