Oleh Ustadz Felix Siauw
semarak.co– 1. Penguasa mengesankan, seolah masalah dan ancaman terbesar bagi Indonesia adalah radikalisme, sehingga untuk de-radikalisasi, harus dilakukan apapun juga, termasuk 3-4 menteri yang khusus diangkat untuk de-radikalisasi, termasuk Menteri Agama
Sejak awal 2017, di Masjid Gede Kauman Jogja saya sudah sampaikan, saya curiga program De-Radikalisasi dari penguasa sebenarnya adalah De-Islamisasi
Kenapa? Sebab semua program De-Radikalisasi ini hanya tertuju kaum Muslim, terutama yang disebut “Barisan 212”, atau Muslim yang selama ini punya pandangan berbeda dengan mereka
2. Penguasa menjadikan radikalisme sebagai threat, ancaman, ketakutan, lalu menjual “obat” dari radikalisme itu, seolah jadi pahlawan, padahal sangat sarat kepentingan
Misal, menuduh PTN radikal, membesar-besarkan di media, lalu mengganti rektor, menghapus pogram kaderisasi Masjid, dan diberikan pada siapapun pendukungnya, agar tak ada kritik
Dalam kasus “Radikalis Good-Looking”, Menag jelas menawarkan solusi, “Agar pengurus masjid itu dari pemerintah”, agar bisa kendalikan aktivitas Masjid. Persis kayak di Cina ya?
3. Apa indikasi radikalisme itu? Standarnya apa? Lucu kan ketika salah satu lembaga survei menjadikan saya ustadz no. 2 paling radikal? Apa ukuran radikal? Kalah ganteng? Kalah pinter?
Bagi Fir’aun, Musa itu radikal abis. Bagi peradaban jahil, Islam itu mengubah secara radikal blas. Ukuran radikal apa? Kasitau dong? Dan jangan jadi bola liar, ditentuin seenak-enaknya
4. Ada banyak masalah yang lebih ngeri dari “so-called radicalism”. Pesta sex sejenis, kemesuman di kanal-kanal sosial-media, ekonomi meroket nggak karuan, yang jelas jauh lebih perlu ditangani
Jadi radikal ini sepertinya cuma cara untuk membungkam siapapun yang berseberangan dengan penguasa, agar semua diam terhadap kedzaliman. Rumusnya, selain dia ya radikal, gitu?
Makanya wajar kalau ada ketua partai yang kayak ngirim pesan, “Kalau partai gue kalah, itu berarti negeri anda gak serius pancasila”. Main klaim, mumpung penguasa
Nggak mau taat terserahlah, tapi jangan tuduh yang mau taat itu radikal. Nggak hafidz nggak dosa, gak good looking gapapa, tapi curigain good-looking yang demen ke masjid. Itu jahad pak
Video bahasannya: https://youtu.be/1K0DtGR7JrU
sumber: WA Group KAHMI Nasional (post Minggu 6 September 2020)