PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) siap menyalurkan dua skim stimulus pemerintah dalam upaya mendorong pertumbuhan kredit di tengah pandemi Covid-19. Pertama bantuan langsung tunai (BLT) dan kredit usaha rakyat (KUR), yaitu yang Super Mikro. BLT senilai Rp2,4 juta akan disalurkan kepada UKM dengan syarat harus digunakan untuk usaha.
semarak.co– Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, stimulus BLT diberikan untuk kreditur yang benar-benar baru. BRI pun mengajukan syarat untuk stimulus seperti ini kepada pemerintah.
Ada empat syarat yang harus dipenuhi, pertama harus ada uang yang tersedia, data yang benar, sistem penyaluran yang akuntabel, dan harus dikomunikasikan dengan baik dan benar.
“Artinya, kalau sudah ada uangnya, boleh BRI menyalurkan duluan. Karena uangnya sudah disediakan pemerintah, dan tiga hal lain yang dibutuhkan kami sudah punya,” kata Sunarso dalam acara Press Conference Kinerja Keuangan Kuartal II – 2020 secara virtual atau daring (dalam jaringan) atau online, Rabu (19/8/2020).
Adapun syarat data yang benar, lanjut Sunarso, bagi BRI data bisa didapatkan dari nasabah Simpedes yang saldonya tidak melebihi Rp2 juta, dan tidak sedang menikmati kredit lain. Sedangkan syarat ketiga, yaitu BRI berperan sebagai penyalur dan tidak aman dibukukan ke neraca kredit.
“Saat ini BRI telah menyiapkan 4,3 juta nasabah yang sesuai dengan kriteria, dan 1,1 juta nasabah telah diverifikasi yang bisa digunakan untuk penyaluran pertama,” kata Sunarso, mantan Dirut PT Pegadaian.
BRI punya datanya kalau diterima data sebagai kriteria, kata Sunarso, kemudian BRI punya sistemnya, karena langsung kredit ke rekening nasabah. “Maka itulah yang dikatakan sistem penyaluran yang akuntabel,” katanya.
Untuk sosialisasi pada nasabah yang memenuhi kriteria bisa dipanggil ke kantor unit mikro kecamatan. Kemudian form penerimaan juga akan dibuat oleh BRI sehingga bisa akuntabel dan dapat diaudit nantinya. Ini beda dengan form yang disiapkan Kementerian Koperasi dan UKM.
“Ini akan kita lakukan dan belum dilaunching. Tapi kami siapkan itu dan uangnya disediakan pemerintah. Jadi data dan sistem penyaluran BRI yang sediakan,” katanya.
Kemudian KUR yang diperluas menjadi KUR Super Mikro dimana maksimal Rp10 juta dan bunganya ditetapkan 19% dan dipotong premi 2% untuk penjaminan. Dengan begitu yang diterima bank 17% dan seluruhnya disubsidi pemerintah. Dana super mikro, kata Sunarso, bank mencari sendiri seperti mengumpulkan dari penyaluran lain.
“Bedanya dengan BLT produktif yang murni bantuan pemerintah dan tidak dicatatkan ke aset kredit, KUR super mikro dananya tetap dari bank tetapi bunganya dibayarkan oleh negara,” terang dia.
Inilah stimulus negara bagi UMKM dan BRI sebagai salah satu pelaksana stimulus. “Selama ini KUR itu ritel, mikro, dan sejenisnya. Sekarang ada KUR super mikro. Sedangkan bedanya dengan Bantuan Presiden, ini bukan dalam bentuk hibah,” kata Sunarso.
Sebagai informasi, pemerintah akan menyalurkan BLT untuk senilai Rp2,4 juta kepada lebih dari 12 juta UMKM. Hal ini menjadi tantangan dalam masalah akuntabilitas agar bantuan bisa disalurkan secara cepat dan tepat sasaran.
“Jadi memberi kredit yang sudah eksisting tidak melanggar aturan dan ini yang jadi target BRI, tapi kalau ada yang baru tentu bagus. Maka itulah, kami target 44 persen untuk yang belum eksisting. Di pihak lain, bank didorong untuk memberi kredit kepada korporasi yang penjaminannya sebagian dibayari pemerintah. Persisnya kredit di atas Rp10 sampai Rp300 miliar, itu 100% preminya dibayari APBN,” paparnya.
Tidak hanya pemerintah yang berencana untuk menyalurkan kredit usaha rakyat dengan bunga 0 persen, bank juga memberikan sejumlah penawaran. Bisnis merangkum sejumlah penawaran yang dilakukan pemerintah maupun perbankan di tengah pandemi Covid-19.
Ada pemberian bunga nol persen merupakan wacana yang sempat dilontarkan pemerintah untuk memperkuat bantuan kepada usaha mikro kecil menengah (UMKM) melalui KUR.
Menteri BUMN sekaligus Ketua Pelaksana Penanganan Covid-19 & PEN Erick Thohir mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan ada kredit dengan suku bunga lebih murah untuk mendukung bisnis wong cilik selama masa pandemi.
“Ini sudah dibicarakan bersama presiden, dan ada rencana bisa sampai 2 juta [debitur]. Ini baru tahap pembicaraan tetapi sudah sama umumkan di sini,” katanya, belum lama ini.
Sebelum pemerintah mewacanakan bunga nol persen untuk KUR, pemberian subdisi bunga untuk UMKM telah berlangsung. Pemberian subsidi bunga tersebut terbagi dalam tiga sasaran.
Direktur Utama BRI Sunarso menyampaikan hari ini pemerintah telah mengumumkan terkait program bantuan produktif usaha mikro. Bantuan produktif sebesar Rp2,4 juta diberikan kepada masyarakat untuk modal usaha.
Lebih lanjut, perseroan menjadi salah satu bank Himbara yang mendapat tugas untuk menyalurkan bantuan produktif kepada nasabah yang sesuai dengan kriteria. “Kami telah membuat kriteria, menyiapkan data, sistem penyalurannya, dan orang yang akan menyampaikan informasi ini kepada nasabah,” katanya.
Pertama BPR, perbankan, dan perusahaan pembaiayaan dengan nilai Rp27,6 triliun. Kedua, sasaran pemberian subsidi bunga yakni KUR, Umi, Mekaar, dan Pegadaian senilai Rp75,3 triliun. Ketiga, melalui online, koperasi, petani, LPDB, LPMUKP, UMKM Pemda senilai Rp0,49 triliun.
Berdasarkan data terakhir yang diterima Bisnis pada awal Agustus 2020 lalu, realisasi subsidi bunga program KUR telah mecapai Rp167,17 miliar dari 7 lembaga penyalur (BRI, Mandiri, BNI, BPD Bali, KSP Guna Prima Dana, BTN, dan BPD Papua. Sementara itu, untuk non-KUR, realisasi subsidi bunga non KUR mencapai RP191,17 miliar dengan jumlah 758.500 debitur dari 1 penyalur yakni BRI. (net/smr)