Pandemi Covid-19, Peluang Pengguna Medsos Bikin Konten Viral

Irmanto saat menjadi pembicara webinar yang diselenggarakan PWI Jaya. foto: istimewa

Penggunaan media sosial (medsos) meningkat cukup signifikan selama diberlakukan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) di tengah pandemi virus corona jenis baru penyebab Covid-19.

semarak.co– Data yang dirilis perusahaan analis Sosial Media Marketing berbasis di Warsawa, Polandia, NapoleonCat, periode Februari-Juni 2020 menyebut jumlah pengguna yang mengakses Facebook mencapai 163,7 juta dan didominasi rentang usia 24-35 tahun.

Bacaan Lainnya

Pada Februari tercatat 151,51 juta, lalu naik pada Maret menjadi 153,44 juta pengguna. Kemudian di April penggunanya melonjak hingga 158,16 juta. Selang sebulan kemudian atau Mei 2020 diperoleh data 161,98 juta pengguna, hingga ditutup pada Juni 2020 dengan catatan 163,7 juta.

Media sosial yang paling sering diakses selanjutnya adalah Instagram mencapai 73,76 juta. Mayoritas adalah generasi milenial. Sementara untuk platform Youtube tidak ada data jumlah penggunanya. Hanya ada jumlah subcriber terbanyak.

Peluang inilah yang kemudian dilihat oleh sebagian orang sebagai potensi pendapatan di masa pandemi. Banyak orang bahkan selebritas kemudian membuat kanal YouTube pribadi sebagai proyek sampingan.

Apa yang membuat orang berbondong-bondong beralih menjadi YouTuber? Masih menurut data NapeleonCat, lima kreator teratas dipegang oleh saluran Atta Halilintar dengan 24,3 juta pengikut, Ricil Official 21,3 juta pengikut, Gen Halilintar 16,5 juta pengikut, Rans Entertaiment dengan 16,5 juta dan Baim Paula 14,9 juta pengguna.

Wakil Bidang Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia DKI Jakarta Raya (PWI Jaya) Irmanto menilai, salah satu format konten terbukti yang ampuh menarik minat calon konsumen melalui media sosial.

“Memang lebih banyak konten berkaitan dengan viral. Namun jika menyinggung figur tertentu, semisal komika Bintang Emon itu juga bisa memonitize IG dia. Ketika dia diancam, terjadi kenaikan followernya hampir 4 juta,” kata Irmanto pada PWI Jaya Webinar Series bertajuk New Media di Era Pandemi dan Jurnalistik Era New Normal di Jakarta, Rabu (8/7/2020).

Otomatis harga iklan tanda kutip yang kerja sama diendorse dia juga naik, lanjut Irmanto, begitu pentingnya jumlah subscriber atau follower buat para Youtuber yang ingin mendapatkan sejumlah uang dari konten video mereka. Namun Irmanto mengingatkan agar hati-hati membuat konten.

“Kita harus cermat, tidak gegabah. Kominfo sudah membikin bagaimana menangkap hoax di online, ada semacam rubrik hoax dan kita bisa cek,” pesan mantan Penanggung Jawab Antara TV.

Pembicara lainnya, yaitu Ketua Sekolah Jurnalistik Indonesia (SJI) dan Redaktur Harian Terbit yang juga dosen Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bahasa Universitas Bina Sarana Informatika Romi Syahril.

Webinar series kerja sama dengan Tata Logam Lestari ini dipandu moderator wartawan senior Suara Merdeka Budi Nugraha bersama host Ary Julianto. Keduanya anggota PWI Jaya.

Irmanto mencermati kebijakan WFH di masa pandemi ini mendorong banyak orang beralih ke media sosial. Tapi frekuensinya akan berkurang jika aktivitas kembali normal sediakala. “Saya yakin kayaknya tidak ada kenaikan signifikan jumlah pengguna Youtube kalau normal kembali,” ucapnya.

Sementara itu Romi menanggapi keraguan media cetak bertahan di tengah gempuran media portal atau siber. “Insya Allah masih bisa bertahan karena media cetak masih punya penampilan khusus, pembaca setia,” katanya optimistis. (smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *