Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) pada Senin (4/5/2020) memperbarui data kasus wabah virus corona jenis baru penyebab Covid-19 menjadi 1.152.372 kasus dengan total 67.456 kematian.
semarak.co -Selama akhir pekan CDC mencatat 1.122.486 kasus positif dan 65.735 kematian di seluruh negara tersebut, namun jumlah tersebut masih awal dan belum dikonfirmasi oleh negara bagian.
Penghitungan CDC mengenai kasus penyakit pernapasan yang dikenal sebagai Covid-19 dan disebabkan virus corona jenis baru, pada Senin (4/5/2020) dibanding jumlah pada hari sebelumnya Minggu (3/5/2020) seperti dilansir Reuters.
Angka tersebut tentu saja tidak mewakili kasus yang dilaporkan oleh masing-masing negara bagian. Secara global Amerika dibanding negara-negara yang paling parah dilanda virus corona seperti Italia, Spanyol dan Prancis memiliki kasus corona lima kali lebih besar.
Meskipun masih banyak kasus baru infeksi corona terjadi di AS, belasan negara bagian melakukan pelonggaran pembatasan dengan alasan mengurangi tingkat kemerosotan lebih jauh aktivitas bisnis di era pandemi Covid-19.
Sebuah kajian terbaru memprediksi hampir 135 ribu kasus kematian akibat Covid-19 di AS terjadi hingga awal Agustus, menurut Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan (IHME) Universitas Washington pada Senin (4/5/2020).
Dalam kajian itu disebutkan angka prediksi kasus kematian secara rinci, yakni 134.475 yang diambil dari nilai tengah antara 95.092 dan 242.890, hampir dua kali lipat dari angka yang diramalkan sebelumnya hingga pertengahan April.
Kenaikannya diperkirakan lebih dari 62.000, kasus dibandingkan prediksi sebelumnya itu, dengan catatan sebanyak 8.700 kasus lebih terjadi di negara bagian New Jersey dan 7.800 kasus lebih di New York.
Prediksi baru tersebut sedikit banyak mencerminkan peningkatan mobilitas masyarakat, khususnya pelonggaran aturan pembatasan sosial yang rencananya dilakukan di 31 negara bagian pada 11 Mei, kata IHME yang model kajiannya digunakan di Gedung Putih.
Menurut IHME, peningkatan mobilitas tersebut juga berarti peningkatan kontak antarmanusia yang memperbesar risiko penularan virus corona. “Model kajian baru ini adalah dasar untuk perkiraan jumlah kematian di AS yang serius,” kata direktur IHME, Christopher Murray, kutip Reuters.
Itu dengan asumsi bahwa aturan pemerintah yang saat ini diterapkan masih terus diberlakukan hingga angka infeksi rendah. “Pada saat ini, kami yakin bahwa efek suhu udara pada penularan sangatlah penting, namun minimal,” ujarnya.
Seiring mulainya musim panas dan suhu yang naik, lanjut Murray, pihaknya akan mempelajari lebih jauh dan akan merevisi prediksi kami jika hal itu relevan secara statistik. (net/lin)