Pada Rabu (29/4/2020) jumlah kematian melampaui 60 ribu, ini lebih tinggi daripada jumlah orang Amerika Serikat (AS) yang tewas dalam Perang Vietnam. Pada Jumat sore (1/5/2020), sedikitnya 63.260 orang meninggal, menurut hitungan Reuters berdasar laporan pemerintah setempat dan pusat.
semarak.co -Lebih dari 2.000 orang di Amerika Serikat meninggal dunia akibat virus corona jenis baru penyebab Covid-19 dalam kurun 24 jam, selama tiga hari berturut-turut.
Berdasarkan data statistik Johns Hopkins University, tercatat 2.053 orang meninggal pada Kamis (30/4/2020), setelah 2.502 kematian pada hari sebelumnya, dan 2.207 pada Selasa (28/4/2020).
Secara keseluruhan, 63.856 orang meninggal dunia di Amerika Serikat karena penyakit Covid-19. Worldometer mencatat 1.095.023 kasus Covid-19 di AS dan 152.324 di antaranya sembuh per Jumat (1/5/2020) waktu Indonesia.
Berdasarkan data tersebut, AS masih menjadi negara yang paling terdampak penyebaran pandemi corona. AS merupakan negara dengan kasus serta angka kematian akibat corona tertinggi di dunia saat ini.
Dilansir AFP, sejumlah ahli memprediksi jumlah kasus terinfeksi sebenarnya lebih banyak dari yang terlaporkan karena pemeriksaan dan tes corona di AS masih minim.
Meski kasus corona baru dan angka kematian di AS masih meningkat, pemerintahan Presiden Donald Trump tetap berencana melonggarkan sejumlah kebijakan pembatasan pergerakan. Sejumlah negara bagian di AS, seperti Georgia, Texas, Missouri juga telah mulai membuka beberapa kegiatan bisnis.
Presiden Amerika Donald Trump tampak meningkatkan perkiraannya tentang kemungkinan kematian akibat corona di AS seraya berharap kurang dari 100 ribu kematian, angka yang lebih tinggi dari 60 ribu sampai 70 ribu kematian yang dia bahas pada Senin (27/4/2020).
“Diharapkan kami akan sampai pada angka di bawah 100.000 korban jiwa, yang bagaimana pun merupakan jumlah yang mengerikan,” kata Trump dalam kegiatan di Gedung Putih AS, Jumat (1/5/2020) seperti dipantau dari laman Reuters.
Berbagai perkiraan ke depan mengenai korban jiwa akibat Covid-19 bervariasi. Anthony Fauci, pejabat penting penyakit infeksi, mengatakan pada Maret 2020 bahwa rakyat AS harus siap dengan 100 ribu kematian.
“Jadi, ya, kita kehilangan banyak orang. Tapi bila anda melihat pada proyeksi awal yakni 2,2 juta, kita mungkin sedang menuju angka 60.000, 70.000,” kata Trump pada pengarahan pers pada Senin (27/4/2020).
Di bagian lain Trump mengaku yakin bahwa virus corona mungkin berasal dari sebuah laboratorium virologi China namun menolak menjelaskan buktinya. Pernyataan Trump itu meningkatkan ketegangan dengan Beijing China mengenai asal mula virus mematikan tersebut.
Trump tidak berbasa-basi saat konferensi pers di Gedung Putih pada Kamis (30/4/2020) ketika ia ditanya apakah ia sudah melihat bukti yang membuatnya punya keyakinan tingkat tinggi bahwa virus itu berasal dari Institut Virologi Wuhan.
“Ya, ya, sudah,” kata Trump, tanpa memberikan penjelasan. “Saya tidak bisa mengatakannya kepada Anda. Saya tidak diperbolehkan memberi tahu Anda soal itu,” sergahnya seperti dikutip Reuters.
Institut Virologi Wuhan, yang mendapat dukungan pemerintah China, membantah tuduhan tersebut dan pejabat AS lainnya meremehkan dugaan tersebut. Banyak ahli yakin virus tersebut bersumber dari sebuah pasar satwa liar di Wuhan dan menular dari hewan ke manusia.
Presiden Republikan itu memperlihatkan semakin frustrasi terhadap China dalam beberapa pekan belakangan atas pandemi, yang di AS sendiri telah menelan puluhan ribu nyawa, merusak ekonomi sekaligus mengancam peluangnya dalam pilpres pada November mendatang.
Trump sebelumnya mengatakan pemerintahannya sedang berupaya menentukan apakah virus corona bersumber dari laboratorium Wuhan. Pernyataannya itu muncul setelah ada laporan media bahwa virus itu mungkin saja merupakan sintesis buatan di sebuah laboratorium dukungan pemerintah China, atau mungkin bocor dari fasilitas semacam itu.
Wabah virus corona memperdalam gesekan antara pemerintahan Trump dan China. Beijing menyebut militer AS berpotensi membawa virus corona ke China. Sementara itu, Trump mengatakan bahwa China tidak memberi peringatan kepada dunia secara tepat waktu dan terbuka soal risiko virus corona.
Trump mengatakan pada Kamis (30/4/2020) bahwa China mungkin saja tidak menghentikan penyebaran virus corona atau membiarkannya menyebar. Ia menolak mengatakan apakah ia meminta pertanggungjawaban Presiden China Xi Jinping atas apa yang menurutnya sebagai infomasi salah soal kemunculan virus corona.
Saat wawancara pada Rabu (29/4/2020), Trump mengatakan kepada Reuters bahwa ia sedang mempertimbangkan berbagai langkah untuk membuat Beijing menerima akibat atas virus tersebut. “Banyak yang bisa saya lakukan,” ucapnya. (net/lin)