Universitas Budi Luhur Rilis Hasil Survei, Mahasiswa Diharapkan Ambil Manfaat

(ki-ka) Direktur Utama Politika Research and Consulting (PRC) Rio Prayogo, Rektor Universitas Budi Luhur Wendi Usino. Foto: internet

Pelibatan kaum perempuan di bidang politik terbilang lebih rendah dari kaum pria. Setidaknya ini terlihat dari jumlah perwakilan perempuan di parlemen atau menjadi anggota dewan. Hal ini menandakan, perempuan masih belum mewakili jumlah perempuan di Tanah Air.

semarak.co -Rektor Universitas Budi Luhur Wendi Usino mengatakan, mahasiswa Universitas Budi Luhur (UBL) harus cerdas dan berbudi luhur dan harus menjadi satu kesatuan. Dalam kondisi saat ini baik mikro dan makro, banyak sekali orang cerdas tetapi banyak yang menggunakan kecerdasanya untuk merusak alam serta situasi politik dan ekonomi.

“Alhamdulillah seluruh mahasiswa bisa mendengar paparan dan komentar dari pemapar terkait hasil rilis atas kerjasama dengan pusat kerjasama kajian komunikasi. Semoga mahasiswa bisa mengambil manfaat dan inspirasi yang dapat dijadikan bentuk dalam study,” ungkap Wendi di sela-sela diskusi, di Kampus UBL, kawasan Larangan, Jakarta Selatan, Jumat (20/3/2020).

UBL baru mencanangkan menjadi kampus merdeka. Untuk mahasiswa tugas akhir bukan hanya tugas skripsi. Tetapi yang dikerjakan dan dilakukan juga berupa project dan sebagainya.

“Pagi ini para mahasiswa mendapatkan ilmu lagi yang bermanfaat bagi semua mahkluk ciptaan Tuhan. Target akhir UBL berguna, bermanfaat bagi seluruh ciptaan Tuhan,” imbuhnya.

Ketua Pusat Kajian Komunikasi UBL yang juga Direktur Riset Politika Research and Consulting (PRC) Dudi Iskandar menjelaskan, sinetron menjadi tayangan televisi favorit perempuan Indonesia saat ini.

Berdasarkan hasil survei nasional Politika Research and Consulting (PRC)-Parameter Politik Indonesia (PPI), akhir Januari-Awal Februari lalu, sinetron menempati posisi teratas dengan angka 50,6 persen.

Berarti setengah lebih perempuan Indonesia menjadikan sinetron sebagai tayangan yang banyak ditonton. Posisi kedua tayangan televisi yang diminati adalah berita sebanyak 18,9 persen, reality show (5,7 persen).

Sisanya infotainment, rinci Dudi lagi, musik, talk show dan sebagainya.Sedangkan sumber berita kaum perempuan yang dipercaya adalah televisi dengan angka 83,3 persen. Menyusul media sosial 10,3 persen, media online (3,2 persen) selanjutnya koran dan majalah.

Dudi melanjutkan untuk kepemilikan dan penggunaan media dan jejaring sosial, Whatapps menjadi yang tertinggi 45,3 persen (kepemilikan) dan 78,6 persen untuk penggunaannya pada setiap harinya. Untuk kepemilikan urutan kedua diduduki Facebook (38,4 persen), Youtube (18,4 persen), Instagram (16.6 persen) , dan Twitter (3,5 persen).

“Yang memprihatinkan adalah tingkat perempuan dalam membaca/menonton berita. Yang jarang membaca/menonton berita lebih dari setengahnya, yaitu, 50,6 persen. Berita yang disukai adalah hiburan, olahraga, dan infotainment sebanyak 62,5 persen. Menyusul politik dan pemerintahan 22,3 persen serta Ekonomi dan Bisnis 10,6 persen,” urai Dudi.

Direktur Utama Politika Research and Consulting (PRC) Rio Prayogo mengungkapkan, sekitar 7,2 persen saja yang menyatakan ingin sesama perempuan meraih posisi politik tertinggi yakni menjadi calon preesiden dan wakil presiden.

Sebaliknya Capres-Cawapres laki-laki dipilih sekitar 72,2 persen oleh mayoritas responden perempuan. Sisanya Tidak Tahu atau Tidak Menjawab. “Survey dilakukan antara rentang Februari dari seluruh Aceh dan papua sekitar 2200 responden. Kami bagi 50-50 laki-laki dan perempuan,” terangnya.

Proporsi laki-laki sekitar 49 persen dibulatkan menjadi 50 persen. Margin error di angka 2,13 persen. “Kami paparkan di Sini respinden kami yang perempuan saja. Dengan responden perempuan saja ditemukan margin error 3,3 persen dengan tingkat keprcayaan 9,6 persen,” ungkapnya.

Survei nasional menggunakan metode multi stage random sampling. Jumlah responden di tiap propinsi diambil secara proporsional berdasarkan data jumlah pemilih dalam DPT Pemilu 2019.

Responden adalah perempuan yang telah berusia minimal 17 tahun atau sudah menikah. Jumlah responden sebanyak 1.098 orang. Responden terbesar secara proporsional pada 220 desa/kelurahan.

Mayoritas perempuan di Indonesia menginginkan pemimpin politik seorang laki-laki. Hal ini dapat dilihat dalam temuan survei Politika Research and Consulting (PRC) mengenai latar belakang gender calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) 2024.

Hanya sekitar 7,2 persen saja yang menyatakan ingin sesama perempuan meraih posisi politik tertinggi tersebut. Sebaliknya capres-cawapres laki-laki dipilih sekitar 72,2 persen oleh mayoritas responden perempuan. Sisanya tidak tahu atau tidak menjawab. Demikian salah satu temuan penting survei nasional yang dilakukan oleh PRC-PPI, akhir Januari-Awal Februari lalu.

Direktur Utama PRC, Rio Prayogo, angka 7,2 persen dibagi empat orang nama yaitu, Tri Rismaharini (3,0 persen), Khofifah Indar Parawansa (2,6 persen), Susi Pujiastuti (1,1 persen), dan Puan Maharani (0,5 persen).

“Ada satu alasan kuat yang ditemukan dalam survei ini mengapa tokoh tokoh perempuan tersebut tidak banyak dipilih oleh pemilih perempuan sendiri. Sebesar 73,8 persen menginginkan pemimpin Indonesia adalah laki-laki, baik sebagai presiden maupun wakil presidennya.

Tentu preferensi perempuan itu erat kaitannya dengan konstruk sosial budaya dan agama di Indonesia,” ujar Rio Prayogo dalam rilis hasil survei dan diskusi media, Perempuan, Politik dan Media di Universitas Budi Luhur, Selasa (10/3/2020).

Namun menurut Rio, hambatan itu bisa dimodifikasi. Caranya para tokoh tokoh perempuan yang memiliki kapasitas dan posisi politik strategis wajib tampil dan membawa agenda strategis keperempuaanan lebih populer dan tidak elitis, seperti akses pendidkan, pengawalan akses kesehatan ibu rumah tangga dan anak di samping urusan utama yakni sembako.

“Puan Maharani, Khofifah IP, Tri Risma Harini atau tokoh tokoh politik lainnya jika ingin menjaga cita-cita di 2024 wajib mendekati pemilih perempuan dengan pola tersebut,” ujar Rio.

Survei nasional menggunakan metode multi stage random sampling. Jumlah responden ditiap kecamatan diambil secara proporsional berdasarkan data jumlah penduduk hasil sensus terakhir. Penentuan responden dilakukan dengan random sistematis. Kriteria responden adalah masyarakat yang telah berusia minimal 17 tahun atau sudah menikah

Quality control dilakukan untuk menjaga akurasi dan realibilitas data yang diperoleh. Tingkat kepercayaan (significant level) survei ini adalah 95 persen dengan margin of error sebesar 2,13 persen. Respondents check 30 persen dari total responden, verifikasi 100 persen data kuesioner terkumpul.

Responden adalah penduduk berusia minimal 17 tahun atau sudah menikah. Proporsi responden laki-laki dan perempuan sebesar 50,1 persen – 49,9 persen. Jumlah responden sebanyak 2.197 orang.

Responden terbesar secara proporsional pada 220 desa/kelurahan. Dari total target responden 2.200 orang yang berhasil diwawancara sebanyak 2.197 orang. Tiga responden tidak dapat diwawancarai hingga masa akhir berlangsungnya pengumpulan data survei, sehingga Response Rate survei ini sebesar 99,86 persen.

Rektor UBL Wendi Usino berharap mahasiswanya bisa mengambil hasil survei ini sebagai inspirasi yang dapat dijadikan bentuk dalam studi. “Mahasiswa UBL harus cerdas dan berbudi luhur serta harus menjadi satu kesatuan.

“Dalam kondisi saat ini baik mikro dan makro, bnyak sekali orang cerdas tetapi banyak yang menggunakan kecerdasanya untuk merusak, alam situasi politik dan ekonomi,” ujar Wendi dalam sambutannya.

 

sumber: BeritaSatu.com/akurat.co/

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *