Krisis Covid-19, Baznas Inisiasi Program Family Farming di Desa Langko Lombok NTB

Pendamping Baznas melakukan pemilihan bibit tanaman untuk didistribusikan ke warga Desa Langko, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, NTB melalui program family farming. Foto: humas Baznas

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) melalui Baznas Microfinance Desa Gunung Sari menjalankan program Family Farming di Desa Langko, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).

semarak.co -Family Farming merupakan salah satu bagian dari aksi Tanggap Covid-19 Baznas yang bertujuan untuk menjaga kebutuhan pangan yang bergizi seimbang di tengah pandemi Covid-19.

Bacaan Lainnya

Kepala Program BAZNAS Microfinance Noor Aziz mengatakan Family Farming masuk dalam program skema pembiayaan baru, dimana Baznas melakukan refocusing pembiayaan untuk mendorong investasi dan tenaga kerja, seperti gerai Mikro Tanggap Covid-19 yang telah berjalan sebelumnya.

“Desa Langko merupakan desa pertama dalam pelaksanaan Family Farming ini. Dalam proses sosialisasi program, Pemerintah Desa menyambut baik program ini dan menjadikannya sebagai program desa tanggap Covid-19,” jelas Noor Aziz, Selasa (21/4/2020) seperti dirilis Humas Baznas.

Skema yang dikembangkan Baznas Microfinance di Desa Langko, nilai Noor Aziz, adalah mitra mustahik berperan sebagai kelompok yang menyediakan bibit, untuk kemudian dibeli oleh Pemerintah Desa yang selanjutnya akan didistribusikan kepada sekitar 3.000 Kepala Keluarga (KK) di Desa tersebut.

“Target pembibitan yang disiapkan sebanyak 15 ribu bibit yang terdiri atas cabai, terong, tomat, dan kacang panjang.  Baznas akan turut serta melakukan pendampingan, terutama kepada para mustahik,” ucapnya.

Noor Aziz menjelaskan konsep Family Farming adalah mengajak setiap keluarga untuk menanam tanaman pangan di pekarangan rumahnya. Hal ini dilakukan agar setiap keluarga mampu memenuhi kebutuhan pangan keluarga secara mandiri saat dalam kondisi pandemi Covid-19 ini.

“Pada akhirnya semua akan bermuara pada bagaimana orang bisa tetap produktif dalam kondisi yang serba sulit saat ini. Selain itu, dengan semakin banyaknya ruang-ruang terbuka yang berisi tanaman produktif, diyakini juga dapat memberikan dampak psikologis bagi masyarakat untuk menumbuhkan harapan,” jelasnya.

Terpisah, Kepala Divisi Pendayagunaan Baznas Randi Swandaru menambahkan dalam kondisi krisis Covid-19 yang tidak bisa diprediksi kapan akan berhenti, perlu adanya upaya antisipasi khususnya terkait dengan cadangan kebutuhan pangan agar masyarakat dapat berproduksi secara mandiri tidak bergantung pada pasokan bahan pangan dari daerah lain.

“Dengan adanya inisiasi dari BAZNAS terkait program family farming, diharapkan dapat menjadi alternatif masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangannya dengan hasil pengembangan di lahan mereka secara mandiri selama kondisi pandemi ini. Ke depannya bukan tidak mungkin dapat menjadi industri baru terkait dengan penyediaan pangan di Indonesia,” pungkasnya.

Melalui berbagai lembaga program, BAZNAS terus mengupayakan untuk melakukan pemberdayaan kepada masyarakat atau mustahik binaan khususnya agar tetap produktif meskipun dalam kondisi yang sulit.

Baznas telah menjalankan program bantuan secara tidak langsung lewat berbagai aksi seperti pelibatan UKM disabilitas dalam produksi masker dan juga pendirian gerai mikro untuk pelaku UKM. (smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *