Status penutupan wilayah atau lockdown Kota Wuhan, di China resmi berakhir hari ini Rabu 8 April 2020 yang diikuti dengan mulai pulihnya kehidupan sehari-hari 11 juta jiwa warga Ibu Kota Provinsi Hubei, China.
semarak.co -Sejumlah media Tiongkok terpantau melamporkan menurunkan foto-foto suka cita warga masyarakat Wuhan, khususnya kalangan anak-anak. Pada Rabu dini hari (8/4/2020) petugas keamanan membuka blokade yang terpasang di tengah jalan selama 76 hari terhitung sejak 23 Januari 2020.
Demikian pula dengan warga yang antre di pintu masuk mal di kota ekonomi terbesar kedelapan di China itu karena harus mendapatkan pengukuran suhu tubuh oleh petugas keamanan.
“Saya akan gunakan kesempatan ini untuk berjalan-jalan sebebasnya,” kata Hou, warga Wuhan sebagaimana dikutip media resmi setempat. Hingga Selasa malam (7/4/2020) di Wuhan hanya menyisakan 181 pasien positif COVID-19.
Di bagian lain Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Selasa (7/4/2020) menyampaikan kritik tajam terhadap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan menuduhnya terlalu fokus kepada China dan mengeluarkan nasihat buruk selama wabah virus corona.
“WHO benar-benar gagal. Untuk beberapa alasan, (meskipun) sebagian besar didanai oleh AS, (WHO) sangat China-sentris. Kami akan memperhatikan isu ini,” kata Trump dalam posting Twitter-nya seperti dikutip Reuters.
Untungnya, klaim Trump dirinya menolak saran mereka membuka perbatasan negaranya ke China sejak awal. Mengapa mereka memberi kami rekomendasi yang salah seperti itu? WHO tidak menanggapi permintaan komentar soal ini dari Reuters.
Pada 31 Januari, WHO menyarankan negara-negara untuk membiarkan perbatasannya tetap terbuka meskipun wabah menyebar. Namun, WHO menegaskan negara-negara memiliki hak mengambil langkah-langkah guna melindungi warganya.
Pada hari yang sama, pemerintah AS pimpinan Trump mengumumkan pembatasan perjalanan dari China. Kaum konservatif AS kian keras mengkritik WHO selama pandemi global dengan mengatakan badan kesehatan dunia itu mengandalkan data wabah virus corona yang salah dari China.
Pekan lalu, Senator Marco Rubio menyerukan pengunduran diri Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dengan mengatakan dia membiarkan Beijing memanfaatkan WHO untuk menyesatkan masyarakat global. (net/lin)