Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Sulawesi Tenggara Bersatu (Formasub) melakukan unjuk rasa di depan Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Sulawesi Tenggara (Sultra) menuntut penetapan tersangka penembakan dua mahasiswa Universitas Halu Oleo yang tewas pada unjuk rasa, 26 September 2019.
semarak.co -Dalam tuntutannya, massa aksi mendesak pihak kepolisian setempat untuk segera menetapkan tersangka kasus meninggalnya demonstran bernama Muhammad Yusuf Qardhawi dan Randy yang diduga ditembak polisi.
Selain itu, mereka meminta transparansi proses penyelesaian perkara kasus meninggalnya Muhammad Yusuf Qardhawi dan Randy serta menolak upaya-upaya represif dari pihak kepolisian dalam penanganan massa demonstrasi.
Dalam orasinya, massa aksi menuntut bertemu Kepolda Sultra Brigjen Merdisyam, namun Kapolda tidak dapat bertemu massa aksi karena sedang melaksanakan rapat koordinasi penanganan dan antisipasi penyebaran wabah Virus Corona di wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) bersama Gubernur Sultra dan jajaran forkopimda serta stakeholder terkait.
Baca: http://semarak.co/kenang-mahasiswa-uho-yang-tewas-saat-demo-wakil-ketua-kpk-laode-syarif-baca-puisi/
Aksi tersebut sempat memanas, peserta aksi saling dorong dengan pihak kepolisian yang melakukan penjagaan di depan Polda Sultra. Terlihat Kapolres Kendari AKBP Didik Erfianto dan beberapa polisi lainnya melakukan komunikasi dengan para peserta aksi, namun mereka tetap menuntut ingin bertemu Kapolda Sultra.
Pada pukul 15.13 WITA, massa aksi membubarkan diri dengan rasa kecewa karena tidak ditemui Kapolda Sultra. Namun mereka tidak membubarkan diri begitu saja. Mereka melampiaskan rasa kekecewaannya dengan melakukan pelemparan kepada kepolisian dengan menggunakan batu dan kayu.
Mendapat lemparan batu dari massa aksi, polisi pun melepaskan tembakan gas air mata dan watercanon ke arah massa aksi. Hingga pukul 16.10 WITA peserta aksi pun membubarkan diri.
Sebelumnya diberitakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) berduka. Seorang kader terbaik IMM bernama Immawan Randi tewas setelah tertembak peluru tajam di dada kanannya saat melakukan aksi unjuk rasa di kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) bersama ribuan mahasiswa se-Kota Kendari, Kamis (26/9/2019).
Tembakan peluru tajam di dada sebelah kanan itu diduga terjadi, saat bentrokan pecah antara mahasiswa dan pihak pengamanan. Peristiwa ini adalah bukti nyata dari tindakan represif yang dilakukan oleh pihak keamanan terhadap mahasiswa yang ingin menyuarakan aspirasinya.
Baca juga: http://semarak.co/demo-mahasiswa-di-berbagai-daerah-lagi-satu-tewas-diduga-tertembak-peluru-tajam/
Ketua Dewan Pimpinan Pusat IMM Najih Prastiyo mengungkapkan bela sungkawa serta kehilangan yang sangat mendalam atas peristiwa tersebut.
“Kami, IMM se-Indonesia menyatakan bela sungkawa yang mendalam atas meninggalnya salah satu kader IMM yang tertembak peluru tajam ketika melakukan aksi unjuk rasa di Kendari, Sulawesi Tenggara. Ini adalah kehilangan yang sangat besar bagi kami,” ungkap Najih lewat keterangan tertulisnya yang beredar di kalangan wartawan, Kamis (26/9/2019).
Najih mempertanyakan prosedur pengamanan aksi yang kemudian sampai menodongkan senjata dan terjadi penembakan meregang nyawa. “Tidak dibenarkan prosedur pengamanan aksi sampai dengan terjadi penembakan peluru tajam,” ungkap Najis dengan kecewa atas tindakan represif aparat.
Secara pribadi, lanjut Najis, mengecam atas terjadinya peristiwa ini. Bagaimana bisa dibenarkan, terang Najih, prosedur pengamanan unjuk rasa dengan memakai senjata lengkap dengan peluru tajam.
“Ini mau mengamankan aksi, atau mau perang kepada mahasiswa. Pihak kepolisian harus bertanggung jawab mengusut kasus ini sampai tuntas, dan kami kader IMM se-Indonesia akan mengawal penuh kasus ini,” tandas Najis. (net/lin)