by Zeng Wei Jian
semarak.co -Akhirnya Covid-19 masuk Jakarta. Warga Negara Jepang dansa dengan perempuan Depok. Kena. Ibunda si perempuan tertular.
Tanggal 28 Februari, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad mendesak Mendagri bentuk “desk corona”. Lakukan kordinasi dengan Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia.
Tanggal 01 Maret, media sosial ribut. Fahira Idris diserang sebagai penyebar hoax corona. Gubernur Anies Baswedan merilis “Ingub Corona”. Menurutnya ada 115 orang dalam pemantauan suspect corona. Menkes Terawan membantah.
Tanggal 02, Presiden Jokowi dan Menkes Terawan resmi menyatakan dua orang terinfeksi Covid-19.
Sekitar pukul 10 pagi, sebelum pengumuman presiden, Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad langsung bereaksi. Dia minta pemerintah membuat crisis center (pusat krisis) soal penanganan virus Corona di Indonesia.
Warga Tanah Pasir, Wignyo Prasetyo kirim pesan WA. Dia bilang, tetangga pada ribut. Kata mereka, “Nah kalau presiden yang ngomong kita baru percaya dah”.
Publik sontak histeris. Panik. Mereka serbu pusat-pusat sembako. Nyetok pangan. Gile. Beras berkarung. Berdus-dus mie instant. Minyak goreng. Biskuit. Harga masker & hand sanitizer meroket.
Kepanikan dunia nyata diiringin dengan silang caci-maki. Aniser bergairah menghujat Menkes dan Presiden. Haters Anies tetap menyatakan Fahira-Anies sebar hoax. Jumlah angka suspect jadi alasannya.
Reaksi publik cukup normal. Reaksi serupa pecah di Singapura, Jerman, Amerika dan sebagainya.
Namun ketahuilah; Mereka bangsa underdogs. Tidak disiplin. Run-amock. Pengecut. Labil. Suka panikan.
Hentikan segala caci-maki. Sok jago. Saling klaim. Tenang. Saatnya semua element rakyat bersatu menghadapi musuh bersama; Covid-19 outbreaks.
Kabar positive datang dari Israel. Mereka di ambang keberhasilan menciptakan anti-virus. Tidak lama lagi beredar di pasar.
Dr Widya Murni mengatakan, “Jangan percaya sama Amerika. Ini politik. Jaga stamina. Covid-19 bisa ditahan dengan vitamin c dosis tinggi”.
Dari 90 ribu penderita Covid-19, ada 3 ribu lebih yang tewas. Sisanya sembuh. Virus ini mengerikan. Tapi bukan berarti tidak bisa dikalahkan.
Orang-orang kaya mesti bantu. Jangan egois. Jangan panik & nyetok sembako. Itu akan memancing yang kalah cepat bertindak sendiri. Percaya kepada Pemerintah; Presiden, Menteri Pertahanan, Menkes, Ketua-ketua DPR, Panglima TNI, Kapolri, Gubernur, Walikota, Ulama dan orang tua. Patuhi instruksi mereka.
Pasti ada element yang sangat menginginkan Presiden Jokowi jatuh. Chaoz pintunya. Covid-19 sangat mungkin dijadikan trigger.
Negara harus hadir di situasi krisis. The head of family mesti mengambil peran. Tegakan hukum. Operasikan TNI-Polri. Kendalikan harga. Beri ketenangan kepada rakyat. Padamkan benih api sebelum membesar menjadi kobaran. Use the iron fist.
Sekali lagi, panic is not the solution. Be calm. Tenang. Jika China saja mampu stabil dan kalem, masa kita kalah…??
Hidup & mati di tangan Tuhan. Don’t be afraid. Sooner or later, we would die anyway. It’s not a big deal. Ingat pesan Masashi Kishimoto; “All things that have form eventually decay.”
THE END