Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan UMKM (LPDB KUMKM) menganggarkan dana bergulir senilai Rp50 -100 miliar khusus untuk segmen koperasi mahasiswa (kopma). Ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan koperasi berbasis pemuda di kalangan kampus tersebut.
semarak.co -Direktur Utama LPDB KUMKM Braman Setyo mengatakan, pihaknya mengalokasikan anggaran khusus untuk kopma di perguruan tinggi seluruh Indonesia yang bisa merealisasikan bisnis plan atau model bisnis yang baik.
“Dalam ekosistem koperasi berbasis pemuda dan gender di Indonesia, Koperasi Mahasiswa merupakan entitas yang paling kecil dari sisi jumlahnya dengan penetrasi 0,20 persen dari total koperasi,” kata Braman dalam acara Rebranding Kopma tema Transformasi Koperasi Mahasiswa Menghadapi Revolusi Industri 4.0 di Surabaya, Rabu (4/3).
Dalam laporannya, Braman mengutip penelitian yang dilakukan oleh IDN entrepreneurship, bahwa kaum milenial yang ada di kampus, saat ini memiliki keinginan meraih kesuksesan melalui profesional mandiri, mulai dari membuat startup, menjadi selebgram, menjadi wirausaha, youtuber, dan bahkan membuat usaha kopi menjadi barista.
“Ini adalah fenomena masa depan yang harus di kembangkan sejak dini, saat sampai dengan 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi sebesar 35 persen dari total jumlah penduduk adalah para penduduk muda atau di usia produktif,” katanya dihadapan puluhan pengurus kopma dari berbagai perguruan tinggi di Tanah Air.
Karena itu, Braman menekankan, agar Indonesia dapat memetik manfaat maksimal dari bonus demografi, ketersediaan sumber daya manusia usia produktif yang melimpah harus diimbangi dengan peningkatan kualitas dari sisi pendidikan dan keterampilan, serta pengalaman.
“Termasuk kaitannya dalam menghadapi keterbukaan pasar tenaga kerja, untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0,” katanya dihadapan Deputi Bidang SDM Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim mewakili Menteri Koperasi dan UKM dan Kepala Dinas Koperasi Jawa Timur Mas Purnomo Hadi.
Dalam wawancara, Braman mengatakan pihaknya menggelar acara serupa untuk merebranding kopma yang digelar di tiga kota yakni Surabaya, Bandung, dan Yogyakarta. “Acara di masing-masing kota akan diikuti 50 kopma,” katanya.
Ia berharap kopma di setiap perguruan tinggi bisa membuat model bisnis yang kemudian bisa diterapkan sehingga manfaatnya berdampak positif bagi masyarakat sekitar. “Dari sisi anggaran kami mencoba mengusulkan kepada Kemenkeu, agar pinjaman oleh kopma ini bisa menggunakan offtaker sebagai agunannya,” katanya.
LPDB mendorong gerakan rebranding kopma agar bisa menjadi entitas usaha yang mampu menciptakan model bisnis aplikatif sehingga mendatangkan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya. “Kami memberikan perhatian bahkan anggaran yang dialokasikan khusus kepada kopma,” imbuhnya.
Untuk itu, pihaknya menginisiasi acara Rebranding Koperasi Mahasiswa yang digelar di tiga kota meliputi Surabaya, Bandung, dan Yogyakarta yang masing-masing mengundang 50 ketua kopma dari berbagai perguruan tinggi di tanah air.
“Hal ini penting agar lebih banyak generasi milenial mau berkoperasi, berani mengusulkan regulasi, berani mengeluarkan ide kreatif, memiliki motivasi, dan berani menjalankan tantangan yang diberikan oleh kami selaku fasilitator,” kata Braman.
Braman juga menegaskan perlunya rebranding kopma karena perannya selama ini sebagai wadah kelompok muda potensial, akselerator usaha rintisan, instrumen digitalisasi usaha, inkubator bisnis, dan promotor produk UMKM.
Braman menyarankan agar kopma dalam mengembangkan usahanya menggunakan dan mengembangkan apa yang sudah ada, di sisi lain menciptakan apa yang belum ada. “Jika tidak ada inovasi, maka bisnis yang ada saat ini sudah tentu akan mengalami fase penurunan, yang merugikan kopma itu sendiri,” terangnya.
Sedangkan dalam pertemuan ini nantinya para mahasiswa akan diajarkan bagaimana mengembangkan model bisnis yang baru dengan berbagai pola pikir milenial yang baru dan berkelanjutan.
Untuk itu proses transformasi kopma menurut Braman meliputi fase transformasi, akselerator, dan proses branding hingga kemudian kopma bisa menjadi inkubator yang menumbuhkan wirausahawan dan menciptakan lapangan kerja secara mandiri dan kekinian.
”Kita akan menggandeng seluruh ekosistem yang berkaitan dengan penumbuhan kopma. Diantaranya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian agama, Perguruan tinggi, Asosiasi dan mitra yang akan bekerja sama langsung untuk menumbuhkan wirausahawan,” katanya.
Kegiatan tersebut kata Braman merupakan rangkaian dimana nantinya ketua kopma yang dalam forum ini, akan diberikan tantangan atau untuk menciptakan wirausahawan di dalam kopma yang nanti pada Oktober 2020 akan memaparkan masing-masing kepada Menteri Koperasi dan UKM.
“Jadi persiapkan membawa nama baik almamater kalian, karena yang terbaik akan menjadi pemenang dalam ’challenge’ kegiatan ini,” pinta mantan Kadiskop Jatim.
Kopma sudah saatnya diredefinisi ulang dalam ”value proposition” yang semula melayani kebutuhan anggota seperti, toko, foto copy, dan kantin menjadi menciptakan lapangan pekerjaan dan kekayaan dengan startup cooperative, worker cooperative, platform cooperative, dan sebagainya.
Kopma ke depan akan berfungsi sebagai platform bagi anggota yang mencetak startup coop, worker coop, platform coop atau model lainnya. Koperasi Mahasiswa model lama, yaitu pengelolaan bisnis dikerjakan secara mandiri, orientasi entitas bisnis, eksklusif hanya untuk anggota, manajerial oriented, dan melayani kebutuhan mahasiswa.
“Koperasi Mahasiswa model baru, yaitu inkubasi bisnis, dikerjakan secara kolaboratif, orientasi business platform, inklusif untuk semua mahasiswa yang tertarik, berorientasi wirausahawan, dan menumbuhkan wirausahawan mahasiswa,” tutupnya. (net/lin)