Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra menggelar acara syukuran Hari Ulang Tahun (HUT) ke-12 Partai Gerindra di kantor DPP Partai Gerindra, Jalan Harsono RM No. 54, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (6/2/2020).
semarak.co -Dalam memperingati dan memeriahkan HUT Gerindra, DPP Partai Gerindra juga melaksanakan syukuran dan santunan anak yatim serta pengobatan gratis dan donor darah.
Panitia acara turut mengundang jajaran pengurus DPP Partai Gerindra, Dewan Pembina, Dewan Penasehat, Dewan Pakar, anggota DPR RI Fraksi Gerindra, badan/lembaga partai, sayap partai, dan tenaga ahli Fraksi Gerindra DPR RI.
Perayaan HUT Partai Gerindra juga akan dilaksanakan Fraksi Gerindra di DPR/MPR pada Kamis siang (6/2/2020) dengan acara santunan anak yatim, eksibisi pencak silat, dan pertandingan sepak bola di lapangan bola di Kompleks Parlemen, Jakarta.
Pertandingan sepak bola persahabatan dilakukan antara Tim Sepak Bola Kementerian Kelautan dan Perikanan melawan Tim Sepak Bola Kementerian Pertahanan. Dijadwalkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri KKP Edhy Prabowo ikut berpartisipasi dalam laga persahabatan tersebut.
Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto menyinggung terkait loyalitas kader partai tersebut dalam perayaan HUT ke-12. Perayaan tersebut, menjadi penilaian sejauh mana loyalitas kader terhadap partai tersebut karena diselenggarakan secara sederhana.
Perayaan HUT Gerindra dilakukan secara mendadak dan sederhana, kata Prabowo, karena negara sedang banyak masalah sehingga tidak baik kalau perayaan dilakukan berlebihan.
“Perayaan HUT Gerindra ke-12 dalam suasana sederhana, tidak besar namun menjadi kesempatan untuk menilai loyalitas. Ini tes kesetiaan, alhamdulillah saya lihat wajah yang setia,” kata Prabowo saat menyampaikan pidatonya dalam perayaan HUT Ke-12.
Selain itu dia juga menyinggung dirinya dan para kader Gerindra telah menghabiskan dana yang banyak khususnya setelah pelaksanaan Pemilu 2019. “Satu tahun Pemilu habis-habisan, kalian senyum-senyum tapi itung-itung utang belum dibayar. Sandiaga (Uno) senyumnya kecut dan Pak Hashim (Djojohadikusumo) juga,” ujarnya.
Dia mengingatkan kepada para kader Gerindra untuk setia pada cita-cita partai dan jangan jadikan Gerindra sebagai kendaraan politik untuk mencari jabatan. Menurut dia, menjadi kepala daerah dan anggota legislatif sangat baik dan mulia, namun tujuannya untuk membangun dan memajukan daerah agar lebih baik.
“Sebagian kita ada yang masuk eksekutif, semakin saudara mendapatkan wewenang yang besar maka tanggung jawab makin besar. Saya harap iman, akhlak dan cinta pada bangsa dan negara terus kuat mengalahkan berbagai godaan,” katanya.
Prabowo yang juga Menteri Pertahanan (Menhan) Kabinet Indonesia Maju ini memimpin perayaan HUT bersama ratusan anak yatim piatu. Menurut dia, merayakan bersama anak yatim piatu merupakan salah satu bentuk rasa syukur atas usia partai tersebut yang menginjak 12 tahun.
“Kami hari ini merayakan ulang tahun kami yang ke-12 secara sederhana. Kami intens saja bersama anak yatim piatu dengan kader-kader. Alhamdulillah, kami sudah berhasil melampaui 12 tahun,” kata Prabowo.
Prabowo mengatakan bahwa merayakan bersama ratusan anak yatim piatu pada usia ke-12 partai yang ia dirikan tersebut suatu bentuk rasa syukur. Ia meminta seluruh kader Gerindra untuk tetap berjuang sesuai dengan ideologi partai yang berlandaskan Pancasila.
Prabowo mengatakan bahwa cita-cita pendiri bangsa harus tetap diteruskan oleh semua kader Gerindra. Hal itu menjadi jalan kesuksesan berbangsa dan bernegara.
“Saya ingatkan pemikiran kami jauh ke depan dan benar karena pemikiran kami didasarkan pada cita-cita pendiri bangsa Indonesia. Jangan jadikan partai hanya untuk kendaraan untuk orang-orang cari jabatan saja,” ujarnya.
Hadir dalam acara tersebut para jajaran petinggi Partai Gerindra, seperti Wakil Ketua Dewan Pembina Hashim Djojohadikusumo, Sandiaga Uno, dan Rahmawati Soekarnoputri, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, dan Sufmi Dasco Ahmad.
Selain itu, juga dihadiri Menteri Kelautan dan Perikanan yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Edhy Prabowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Dalam pidatonya, Prabowo mengenang masa-masa awal dirinya bersama beberapa orang mendirikan partai tersebut pada 12 tahun lalu. Dia menceritakan, di awal berdirinya Gerindra, partai tersebut sering diejek dan tidak diperhitungkan dalam perpolitikan nasional.
“Jadi 12 tahun yang lalu dari tidak ada apa-apa, kita berkumpul dengan suatu gagasan besar. Gagasan ingin ikut mempengaruhi jalannya kehidupan bangsa dan Negara,” kenangnya.
Gerindra didirikan bukan untuk menjadi penonton, pengamat, dan pengkritik saja, lanjut Prabowo, namun terjun dalam kancah perpolitikan nasional untuk melakukan perubahan bagi nasib bangsa dan negara.
Prabowo menceritakan, Gerindra didirikan oleh segelintir orang seperti Fadli Zon, Hashim Djojohadikusumo, dan Ahmad Muzani, hampir terlambat mendaftar ke Kementerian Hukum dan HAM.
“Waktu kita mendirikan partai dari segelintir orang, saudara Fadli Zon, Hashim Djojohadikusumo, Muzani, hampir terlambat ke kumham, cari gambar, cari nama. Ada kawan-kawan kita yang tertawakan kita,” ujarnya.
Menteri Pertahanan itu lalu melanjutkan ceritanya, ada teman-temannya yang sudah lama berjuang bersama sejak kecil dan orang yang dibesarkannya dengan memberi banyak proyek bantuan, diajaknya mendirikan partai.
Orang-orang tersebut menurut Prabowo hanya bereaksi tertawa dan menanyakan ulang maksud Prabowo untuk mendirikan partai. “Reaksi mereka ketawa. Mereka tanya apa? Partai apa itu? Gerindri, Gerindru? Ini demi Allah. Tapi kami tidak ragu-ragu, tidak berkecil hati, kita diejek, dihina, tapi kita terus berjuang untuk rakyat Indonesia,” katanya.
Prabowo juga mengingat ketika mengejar pendaftaran partai politik di beberapa daerah menghadapi tantangan seperti di Jawa Tengah sedang terjadi banjir sehingga ketika mendaftar harus menggunakan rakit, lalu di Nusa Tenggara Timur (NTT) ada kader yang meninggal saat pendaftaran partai.
Dia mengatakan, saat itu yang menjadi penggerak para kader untuk mendirikan Gerindra hanya cita-cita dan cinta pada tanah air serta ketidakrelaan melihat negara di jalan yang tidak benar, tidak tepat dan tidak sesuai cita-cita pendiri bangsa. (net/lin)