Perusahaan umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) menyiapkan beras fortifikasi atau bervitamin untuk ikut mendukung program pemerintah mengatasi stunting dari perusahaan pelat merah (BUMN).
Wakil Direktur Bulog Gatot Trihargo mengatakan, bicara fortifikasi pangan bukanlah hal baru. Pada tahun 1986 pemerintah melalui Kemenkes telah berhasil mengatasi penyakit gondok. Yakni melalui kebijakan yang mewajibkan fortifikasi garam dengan Iodium.
“Produk beras berfotifikasi atau bervitamin merupakan bentuk dukungan Bulog untuk menghilangkan stunting. Dan membantu pemerintah mencetak SDM unggul,” ujar Gatot di Seminar Percepatan Pencegahan dan Penanganan Stunting dan Anemia di Indonesia melalui beras bervitamin, di Gedung Serbaguna Oryza Bulog, di Jakarta, Rabu (11/12/2019).
Bulog penyedia BPNT 20 persen, lanjut Gatot, jadi diupayakan beras berfortifikasi kita salurkan sekitar 100 ribu ton. “Jadi masyarakat juga punya pilihan apakah membeli beras biasa atau bervitamin,” jelas Gatot.
Beras fortifikasi dapat disalurkan kepada masyarakat berpenghasilan rendah. Hal itu untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat. “Beras fortifikasi atau beras bervitamin diperkaya dengan beberapa mikronutrien. Seperti vitamin A, vitamin B1, zat besi dan sebagainya,” pungkas Gatot.
Sementara itu, Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas Anang Noegroho Setyo Moeljono memastikan beras fortifikasi bukanlah beras impor. “Kita tidak pernah merencanakan impor beras fortifikasi. Bio fortifikasi bukan proyek.Ini adalah prioritas nasional. Karena itu kami apresiasi Bulog yang langsung aksi,” pungkasnya. (net/smr)