Para demonstran merusak kantor berita resmi China, Xinhua News yang berada di Hong Kong. Laporan Guardian, Sabtu (2/11/2019) menyebut, itu adalah pertama kalinya kantor media Tiongkok di hancurkan setelah protes anti pemerintah berjalan selama beberapa bulan.
Media lokal Hong Kong memperlihatkan kebakaran di lobi kantor Xinhua yang terletak di distrik Wan Chai. Hampir seluruh jendela pecah dan banyak grafiti yang disemprotkan ke dinding. Masih belum jelas apakah masih ada orang di dalam gedung.
Para pengunjuk rasa menargetkan bank-bank dan bisnis yang dianggap memiliki hubungan atau memberikan dukungan pada Beijing. Para demonstran menganggap Tiongkok melakukan prlanggaran atas kebebasan yang telah dijamin ketika Inggris mengembalikan Hong Kong pada Tiongkok tahun 1997.
Polisi menembakkan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan demonstrasi pada hari Sabtu, setelah beberapa pemrotes melemparkan bom bensin ke arah mereka. Para demonstran memenuhi jalan-jalan di daerah perbelanjaan kelas atas Causeway Bay, sambil meneriakkan slogan-slogan pro-demokrasi.
Polisi anti huru hara melakukan pencarian dan mengeluarkan peringatan bahwa demonstrasi itu ilegal dan para pemrotes melanggar larangan pemerintah atas penggunaan topeng.
Gas air mata juga disemprotkan untuk membubarkan kerumunan besar di dekat Victoria Park, setelah pengunjuk rasa menggali tiang gawang dari lapangan sepak bola dan pagar logam untuk memblokir pintu masuk taman. Beberapa pengunjuk rasa juga ada yang ditahan.
Demonstran yang lain dengan cepat berkumpul kembali dan menggunakan kerucut plastik dan pagar logam untuk memblokir jalan. Mereka bersiap untuk kemungkinan bentrokan lebih lanjut dengan polisi.
Protes anti pemerintah dimulai pada awal Juni atas rencana untuk memungkinkan ekstradisi ke daratan Tiongkok, namun kini undang-undang tersebut telah ditangguhkan. Sejak itu, aksi protes itu mengajukan tuntutan lain, termasuk pemilihan langsung untuk para pemimpin Hong Kong.
Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, meminta kekuatan darurat bulan lalu untuk memberlakukan larangan masker wajah, sebuah langkah yang dipandang sebagai pelanggaran lebih lanjut terhadap kebebasan yang dijamin di bawah kerangka ‘satu negara, dua sistem’ yang diberlakukan ketika Inggris mengembalikan kota itu ke Tiongkok.
Protes pada hari Sabtu menandai akhir pekan ke 22 dalam serangkaian kerusuhan yang semakin keras, yang telah merusak reputasi salah satu pusat keuangan terkemuka dunia itu. Hong Kong baru-baru ini tergelincir ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam satu dekade.
Lebih dari 3.000 orang telah ditahan dalam protes tersebut. Pembangkangan sipil telah menjadi tantangan besar bagi Beijing, yang pada hari jum’at berjanji untuk mencegah kekuatan asing menyebarkan tindakan separatisme, subversi, infiltrasi, dan sabotase di Hong Kong.
Dalam dokumen partai Komunis yang dirilis setelah pertemuan komite pusatnya, Beijing mengatakan akan membangun dan memperkuat sistem hukum dan mekanisme penegakan hukum untuk menjaga keamanan nasional di Hong Kong.
Hong Kong, yang memiliki sistem hukum terpisah dari Tiongkok daratan, telah mencoba untuk memberlakukan undang-undang anti subversi sebelumnya. Beijing mungkin mengindikasikan bahwa ia sedang bersiap-siap untuk mengambil tindakan sendiri dengan meminta Kongres Rakyat Nasional mengeluarkan interpretasi hukum yang memaksakan diberlakukannya undang-undang tersebut. (net/lin)
sumber: indopos.co.id