Baznas Resmikan Program Balai Ternak ke-8, di Kabupaten Gresik

Peresmian Balai Ternak Baznas di Gresik. foto: Humas Baznas

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) meresmikan Program Balai Ternak di Desa Kertosono, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Jumat (11/10/2019). Hadir dalam acara tersebut Anggota Baznas KH Masdar Farid Mas’udi, Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Baznas Irfan Syauqi Beik, dan Wakil Bupati Gresik Mohammad Qosim.

KH Masdar mengatakan, balai ternak  merupakan salah satu program pemberdayaan Baznas dengan menggunakan dana zakat, infak dan sedekah yang ditunaikan oleh para donatur untuk meningkatkan kesejahteraan para peternak kecil.

Program ini memadukan konsep pembibitan dan penggemukan ternak dengan pemberdayaan masyarakat petani dan peternak kecil. Balai ternak di Gresik ini adalah program ke-8 Baznas yang sudah tersebar di berbagai kota.

“Balai Ternak di Kabupaten Gresik ini sudah dirasakan manfaatnya oleh 35 Kepala keluarga. Balai ternak dikelola dua kelompok ternak di Desa Bangeran, Kecamatan Dukun dan di Desa Kertosono, Kecamatan Sidayu,” ujar Masdar dalam rilis Humas Baznas.

Penerima manfaat merupakan warga  miskin yang terverifikasi Studi Kelayakan Peternak Mustahik (SKPM).

Irfan Syauqi mengatakan, Kelompok Ternak terbentuk setelah dilakukan Pelatihan Dasar Kelompok (PDP) yang diikuti oleh semua calon anggota kelompok. Kelompok inilah yang akan menaungi para peternak penerima manfaat program.

Jumlah ternak yang sudah disalurkan ke  Balai Ternak sebanyak 329 ekor yang terdiri dari pejantan, induk dan bakalan. Dari hasil budidaya ini diharapkan selama pemeliharaan dua tahun dapat menghasilkan anak minimal 588 ekor.

Selain memberikan aset produktif berupa ternak domba, kambing dan sapi untuk dikelola dan dikembangkan secara berkelanjutan, BAZNAS juga aktif melakukan pendampingan secara intensif selama minimal dua tahun.

“Konsep pemberdayaan meliputi pendampingan yang melibatkan peternak kecil sebagai subyek agar mereka mampu memberdayakan dirinya dan keluarganya,” kata Irfan.

Pendamping tinggal di lokasi program bersama para peternak. Sehari-hari para pendamping akan menjadi motivator, fasilitator, dan mediator untuk mengembangkan masyarakat dalam hal teknis beternak, kelembagaan, organisasi, mental spiritual, dan pengembangan agribisnis.

Dengan adanya pendampingan tersebut, ditargetkan bisa mewujudkan kemandirian masyarakat dari tiga sisi yakni kemandirian ekonomi, kemandirian kelembagaan dan kemandirian spiritual.

Tidak berhenti di hulu, pengembangan usaha kelompok juga dikembangkan hingga ke hilir melalui penjualan bakalan setiap tiga bulan sekali, juga dilakukan penjualan sate, catering, penjualan pakan ternak, penjualan kompos dan pupuk cair, penjualan produk olahan hasil ternak seperti bakso, rendang, dendeng, abon dan sosis. (lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *