Netizen bully Jokowi. Terpingkal nonton wayang di Yogyakarta. Nyantai pake sniker di Candi Borobudur. Bagi-bagi sertifikat tanah.
Buzzer frustasi dan antek-antek free-riders merasa dapet angin. Jokowi dikatakan “cemen”. Ngga berani ke Papua.
Opini yang Super duper absurd.
Gesture Jokowi sebagai presiden harus di-interpretasi dengan kacamata politik. Artinya; Papua is under control. No problemo. Makanya dia nyantai nonton wayang dan lawakan Kirun.
Netizen Cut Meutia mengatakan otak dan dalang rusuh Papua sudah di tangan BIN. Rezim Jokowi hebat.
Wayang dan Yogyakarta adalah simbol Jawa. Jokowi hendak mengatakan Papua tidak punya masalah dengan Jawa dan Rasisme. Papua sepenuhnya bagian dari NKRI. Bahkan anak emasnya.
Orang lupa “Rezim Jokowi” terdiri dari para ahli perang, warlords, eksekutor Peristiwa Priok, Talang Sari dan sebagainya.
Indonesia sudah melewati berbagai turmoils. Pemberontakan PKI, NII Kertosuwiryo, RMS, Konflik Aceh, Reformasi berdarah dan lain-lain. Pastinya, Rezim Jokowi ngga kaget dengan Konflik Papua saat ini. Anatomi Rusuh Papua jelas dipahami.
Antek-antek Penumpang Gelap ingin mengais celah dan menunggangi Konflik Papua.
Aksi “Kedaulatan Rakyat” digelar di depan Gedung DPR tanggal 30 Agustus. Undangannya serem. Ada seruan menduduki MPR. Na’as.
Demonstran yang hadir sedikit. Netizen ga jelas bernama Dokter Khilafat marah-marah. Dia tuding “para pejuang cuma garang medsos”.
Lho, baru tau ya?
THE END