Berdasarkan pengumuman yang disampaikan LKPP pada awal Maret 2017, tahun ini Phapros kembali berhasil memenangkan tender e-catalogue. Ada 41 obat generik yang dimenangkan Phapros dengan total nilai mencapai Rp498 miliar. Atau sekitar 16% dari keseluruhan nilai omzet yang ditawarkan e-catalogue yang mencapai lebih dari Rp 3 triliun.
“Jumlah ini naik sebesar 83% dari total nilai yang kami dapatkan pada saat lelang e-catalogue tahun 2016 lalu. Ke depannya kami akan pastikan agar supply produk tetap baik dan terjaga sehingga kami bisa memberikan yang terbaik untuk menyukseskan program BPJS Kesehatan,” ujar Barokah Sri Utami, Direktur Utama PT Phapros dalam rilisnya, Jumat (24/3).
Selain berhasil memenangkan tender e-catalogue, lanjut pria yang akrab disapa Emmy, awal tahun ini Phapros berencana menerbitkan surat utang jangka menengah atau Medium Term Notes (MTN) senilai Rp200 miliar yang ditargetkan bisa terealisasi pada triwulan I/2017. Penerbitan MTN tersebut akan digunakan untuk membangun pabrik baru di Ungaran dan penambahan kapasitas pabrik Phapros di kawasan Simongan, Semarang, Jawa Tengah.
“Saat ini, Phapros memiliki pabrik dengan kapasitas produksi sebesar 2 miliar butir obat per tahun dengan utilisasi sudah di atas 80%, untuk itu, kapasitasnya akan kami tingkatkan agar lebih maksimal,” lanjut Emmy.
Tak hanya di sektor farmasi, untuk menambah portofolio produk alat kesehatannya, sambung dia, Phapros tengah bekerjasama dengan anak perusahaan RNI lainnya, PT Mitra Rajawali Banjaran (MRB) untuk memproduksi Scaffold Hydroxyapetite.
Scaffold Hydroxyapetite merupakan produk yang dikembangkan Phapros berdasarkan riset yang dilakukan oleh Universitas Airlangga dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Produk tersebut bisa dimanfaatkan sebagai komponen implan penopang tulang dan gigi. “Kerjasamanya berupa kesepakatan penggunaan lahan dan bangunan milik MRB oleh Phapros untuk memproduksi produk tersebut,” pungkasnya. (lin)