Perusahaan umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Subdivre Surakarta Jawa Tengah membuka sungkup Cocoon atas 180 ton beras yang telah dibeli Bulog tahun lalu, di Gudang Duyungan, Surakarata, Jawa Tengah, Rabu (14/8/2019).
Metode penyimpanan ini merupakan salah satu inovasi dari Bulog sebagai bagian dari penugasan untuk menjaga jumlah stok beras yang aman bagi negeri ini. Sebagai penjaga ketahanan pangan, Bulog terus melakukan inovasi untuk menyediakan pasokan pangan.
Antara lain, dengan lebih mengutamakan pengadaan dalam negeri, menjaga sejumlah stok tertentu yang selalu tersedia setiap saat di setiap inchi tanah air, dan siap melaksanakan penyediaan pasokan ke setiap lini masyarakat dengan harga yang terjangkau dan stabil.
Cocoon berbentuk bahan semacam plastik yang akan menyungkup beras yang akan dijaga kualitasnya pada waktu tertentu. Metode penyimpanan dengan Cocoon ini merupakan cara menyimpan beras dan biji-bijian dengan cara menjaga kadar CO2 pada titik tertentu dan meminimalisir oksigen.
Direktur Operasional & Pelayanan Publik Bulog Tri Wahyudi Saleh mengatakan, dengan kontrol CO2 dan oksigen yang minimal tidak lagi ada kesempatan bagi hama untuk hidup dan mengganggu atau menurunkan mutu beras.
“Penyimpanan dengan Cocoon adalah penyimpanan yang ramah lingkungan karena tidak ada lagi perlakuan-perlakuan perawatan menggunakan obat-obatan berbahan baku kimiawi,” ujar Tri dalam rilis Humas Bulog.
Kalau penyimpanan konvensional, nilai Tri, perlu perlakuan spraying dan fumigasi dengan bahan kimia. Maka selama tersimpan dalam sungkup plastik cocoon, tidak diperlukan lagi perlakuan tersebut. “Dengan demikian Bulog dapat menghemat pemgeluaran biaya perawatan beras secara signifikan,” klaimnya.
Hasil penyimpanan dengan metode Cocoon selama setahun telah dibuktikan dengan baik dalam pembukaan Cocoon pagi ini di Gudang Duyungan. “Terbukti bahwa penyimpanan dengan metode cocoon ini dapat mempertahankan kualitas beras seperti saat beras tersebut pertama kali disimpan,” jelasnya.
Tidak ada perubahan kualitas baik dari sisi warna, bau, dan penampakannya. Hama-hama yang biasanya muncul pada bulan kedua atau ketiga saat penyimpanan, terlihat tidak bisa melakukan perkembangbiakan dan bahkan mati.
“Jumlah hama yang mati pun, relatif sedikit sekali dan terkumpul dalam setiap pojok sungkup. Sementara kemasan karung pembungkus masih nampak bagus dan rapi seperti semula saat dimasukkan dalam sungkup cocoon, ” lanjutnya.
Dengan keberhasilan dalam uji coba inovasi penyimpanan ini, BULOG semakin yakin bahwa penugasan menjaga stok pangan terutama beras dapat dilakukan dengan baik dan terjaga dengan kualitas yang tetap standard. Uji coba ini baru dilaksanakan di Surakarta, Surabaya, Cirebon dan Makassar.
Ke depan, metode ini akan menjadi bagian dari pelayanan BULOG dalam menjalankan penugasan Pemerintah untuk menjaga stok pangan pada jumlah yang aman dan dalam jangka waktu yang lebih lama. (lin)