Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menggelontorkan hampir Rp20 miliar untuk membantu pemulihan pascabencana 28 September 2018 di berbagai sektor di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala.
Ketua Baznas Prof Bambang Sudibyo mengatakan, dana itu berasal dari sumbangan masyarakat dan penggalangan dana (fundrising) dari berbagai pihak, baik dari dalam mapun luar negeri.
Selanjutnya dana tersebut disalurkan oleh Baznas selaku inisiator untuk memulihkan berbagai sektor yang terdampak parah bencana seperti di sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.
“Dana itu dipakai untuk membangun kembali dan memperbaiki sekolah, klinik kesehatan maupun tempat ibadah. Paling banyak dipakai dan akan dipakai membangun huntara atau hunian sementara dan huntap, yaitu hunian tetap,” ujar Bambang di Donggala, Senin (29/7/2019) seperti dilansir media online ibu kota.
Bambang hadir di Donggala untuk meresmikan penggunaan kembali Madrasah Ibtidaiyyah Swasta (MIS) Al Amin Wani bantuan Komite 60 Tahun Jepang-Indonesia yang diinisiasi Baznas di Desa Wani, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala.
“Semoga bantuan yang telah dan akan disalurkan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di wilayah terdampak bencana terutama oleh pengungsi dan korban yang terdampak langsung,” harapnya.
Namun tidak menutup kemungkinan, sambung dia, bantuan tersebut akan terus bertambah. Mengingat Baznas selalu membuka pintu yang selebar-lebarnya bagi pihak-pihak yang ingin membantu korban bencana di Palu, Sigi dan Donggala melalui Baznas.
“Bantuan melalui kami banyak disalurkan untuk pembangunan infrastruktur sebab tujuan pembangunan infrastruktur adalah untuk memuliakan manusia,” ungkapnya.
Sebelumnya Baznas bekerja sama Komite 60 Tahun Jepang Indonesia dalam meresmikan penggunaan kembali Madrasah Ibtidiyah Swasta (MIS) Al Amin Wani di Desa Wani Tanantove, Donggola.
Pembangunan kembali MIS Al Amin Wani setelah rusak parah akibat gempa disusul tsunami 28 September 2018 silam oleh Komite 60 Tahun Jepang yang diinisiasi Baznas itu sekurang-kurangnya menelan anggaran Rp550 juta.
“Kami berharap dengan kembali dimanfaatkannya MIS Al Amin Wani ini akreditasinya dapat naik dari akreditas C menjadi B bahkan A. Agar makin banyak orang tua di wilayah itu yang berlomba-lomba menyekolahkan anaknya di MIS Al Amin Wani,” harapnya.
Sebab nilai akreditasi terhadap suatu sekolah sangat berpengaruh terhadap minat orang tua peserta didik untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah tersebut. “Kalau akreditasnya dinaikkan maka akan makin banyak yang mau sekolah di situ karena tujuan dari suatu pembangunan infrastruktur untuk membangun manusia. Akreditasnya mohon diperhatikan,” imbaunya.
Sementara Komite 60 Tahun Jepang-Indonesia yang diwakili Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii menyatakan jika bantuan tersebut diberikan sebagai bentuk keprihatinan dan kepedulian pemerintah dan warga negara Jepang atas bencana yang meluluhlantahkan Kabupaten Donggala khususnya sarana dan prasarana infrastruktur di sektor pendidikan.
“Saya berharap melalui bantuan ini hubungan Indonesia dan Jepang makin baik lagi. Beberapa waktu lalu kami sudah memperingati 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dengan Jepang. Sebagian dananya kami sisihkan untuk memperbaiki madrasah ini,” ujarnya.
Kepala MIS Al Amin Wani Rita tak kuasa menitikkan air mata atas bantuan yang diberikan Komite 60 Tahun Jepang-Indonesia yang diinisiasi oleh Baznas. Ia sangat bersyukur 158 peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan di MIS itu dapat kembali melalukan kegiatan belajar mengajar dengan nyaman dan aman di dalam bangunan ruang belajar baru.
“MIS Al Amin Wani ini diresmikan pada tahun 1992. Paaca bencana kondisi bangunan sudah sangat tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai tempat belajar mengajar,” ujarnya.
Peresmian bangunan baru MIS Al Amin Wani ditandai pemotingan pita oleh Ketua Baznas RI Bambang Sudibyo dan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii di salah satu ruang belajar. (net/lin)