Perusahaan umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) harus dioptimalkan dalam program penyaluran beras untuk Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Karena Bulog memiliki pengalaman di industri perberasan, distribusi, dan kemampuan infrastruktur.
Perusahaan pelat merah ini memiliki kapasitas menyediakan beras untuk 15,6 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di seluruh wilayah Indonesia. Baik wilayah perkotaan maupun pelosok yang sulit diakses oleh transportasi biasa, termasuk sinyal operator.
Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengatakan, program utama pemerintah harus mengutamakan kehadiran Bulog, termasuk BPNT.
“Tapi kan ada pemahaman yang berbeda, Bulog bisnis, tidak ada penugasan. BPNT semua pasar bebas, ini melemahnya kendali pangan oleh Negara,” ujar Budi Waseso saat acara Halal Bihalal dengan Media, di Gedung Bulog Corporate University, Jalan Gatot Soebroto, Jakarta Selatan, Selasa pagi (2/7/2019).
Semua berpikir bagaimana dapat uang, lanjut pria yang akrab disapa Buwas, sebagian berpikir itu pangsa pasar BPNT adalah peluang bisnis. “Berkolaborasi dengan pengusaha suplai beras, untuk bisa bebas menjual,” sindir Buwas, mantan Kepala BNN.
Saat ini, klaim dia, ada 2,5 juta ton Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Itu dapat digunakan untuk BPNT. “Kalau BPNT juga akan di suplai pasar bebas. Bulog tidak bisa keluar berasnya,” ungkapnya.
Dengan begitu, sambung Buwas, berkurang juga daya serap Bulog membeli beras. “Kalau BPNT tidak diberikan ke Bulog, percuma kita menyerap beras petani,” pungkasnya.
Menurut dia, terdapat multiplier effect dengan Bulog sebagai penyedia beras untuk BPNT. Petani akan bergairah menanam. Karena ada kepastian dibeli hasil panennya di atas HPP, agen BPNT, yaitu agen himbara dan e-Warong akan menerima beras yang berkualitas dan terjangkau harganya.
“Sehingga memberikan keuntungan bagi agen, dan agen BPNT yang terdapat di desa-desa akan tumbuh dan berkembang. Sehingga akan berdampak kepada perekonomian desa. Dengan adanya jaminan Bulog sebagai penyedia beras BPNT, ada keseimbangan dalam penugasan Bulog untuk menjaga ketahanan pangan disisi hulu dan hilir,” katanya.
Di sisi hulu, Bulog dapat menyerap gabah petani sebanyak-banyaknya. Baik untuk stok CBP maupun untuk BPNT. Sedang disisi hilir, beras hasil penyerapan dari petani disalurkan untuk KPM BPNT. Sehingga stok yang menumpuk dan mengakibatkan turun mutu akan berkurang.
Keberhasilan menjaga ketahanan pangan di seluruh wilayah Indonesia akan tercipta bila dilakukan secara bersama dengan dukungan seluruh pihak. Terutama dukungan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Dinas terkait, Satgas Pangan dan para pelaku pasar.
“Dengan seimbangnya penugasan Bulog disisi hulu dan hilir, artinya negara mampu menjaga tiga pilar ketahanan pangan nasional, Pilar Ketersediaan, Keterjangkauan, dan Stabilisasi,” pungkasnya.
Buwas mengeluhkan Bulog dibilang selalu mensuplai beras bau dan berkutu. Serta beras berkualitas rendah. “Permainan kartel yang dengungkan beras Bulog kurang bagus, melemahkan Bulog,” ujarnya.
“Padahal beras bulog berkualitas. Kalau ada beras yang rusak, klaim dia, dikarantina supaya tidak tercampur. Kita juga tidak mengedarkan,” bebernya.
Saat menjabat Dirut Bulog, dia sudah menegaskan jajarannya jangan sampai ada pangan tidak layak beredar. “Saya semenjak jadi dirut, berusaha memenuhi standar di Bulog yang ditentukan Negara,” jelasnya.
Selain itu kata dia, tugas Bulog adalah penyerapan yang harus bisa menyerap hasil pangan. Sehingga bisa menstabilkan harga. Di sisi lain, hal itu juga untuk mencegah jangan sampai saat panen raya harga pangan justru turun.
Gebrakan lainnya, saat ini Bulog memanfaatkan teknologi. “Sistem sudah mulai dibangun, Bulog harus mengikuti perkembangan teknologi. Jangan konvensional. Sekarang masyarakat berharap, pelayanan semakin cepat. Nanti setiap pelayanan pakai teknologi. Belanja online sudah bisa melayani,” bebernya.
Selain itu, dia juga mengingatkan media untuk terus mengontrol Bulog. Terutama dalam menjaga 3 pilar ketahanan pangan Nasional yakni Pilar Ketersediaan, Keterjangkauan, dan Stabilisasi. “Peran media penting untuk mengontrol Bulog,” pungkasnya. (net/lin)
sumber: indopos.co.id