Lama Kosong, Indonesia Siap Rebut Juara Dunia Tinju Lagi

Petinju Tibo Monabesa (tengah) didampingi Elisabeth Liu dan Chris Jon siap merebut gelar juara dunia. foto: gunawan tarigan

Lama sudah Indonesia tak memiliki juara dunia tinju, promotor cantik dari Flores, Elisabeth Liu siap mengorbitkan petinju pro terbaik tanah air, Tibo Monabesa dari Nusantara Tenggara Timur (NTT) dalam The Border Battle 2019 di GOR Flobamora, Kupang, NTT, 5-7 Juli 2019.

Dalam pertarungan internasional kelas terbang layang ini, Tibo melawan petinju Australia Omari Kimweri, peringkat 1 kelas light flyweight atau mantan juara silver internasional WBC.

Selain Tibo, ikut dipertandingkan dua petinju tuan rumah, Defry Palulu (Sumba Timur) NTT melawan petinju asal Thailand Panya Uthok memperebutkan gelar juara Super Feather IBO Internasional & WBC Asia.

Kemudian tak kalah gesit satu lagi petinju asal Ngada, NTT John Ruba akan bertarung melawan Joepher Mantano, petinju asal Filipina di kelas Super Lightweight memperebutkan title IBO Oceania dan WBC Asia.

Ketua Fahiluka Surya Production Elisabeth Liu mengatakan, event tingkat dunia ini baru pertama kali digelar di kota Kupang. Event The Border Battle, sudah dipersiapkan sejak September 2018 lalu.

“Kita melihat beberapa tahun terakhir ini, setelah eranya Chris John dan Daud Jordan berakhir, atau empat tahun terakhir ini kita tidak memiliki juara dunia lagi. Kami melihat ada beberapa petinju  NTT yang punya potensi untuk dijadikan sebagai petinju dunia guna mencetak juara tinju dunia,” ujar promotor yang akrab disapa Elsa di Jakarta, Senin (17/6/2019).

Pihak-pihak lain, seperti stakeholders atau pihak swasta dan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), harap Elsa, bisa membantu terselenggaranya pertarungan tinju tingkat dunia ini.

“Sebagai orang yang pernah dibesarkan di NTT, saya melihat potensi petinju-petinju NTT sangat mumpuni untuk diorbitkan. Kami juga berterima kasih kepada Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat yang telah memberikan dukungan penuh terhadap event ini,” ungkap Elsa yang diamini David Kenenbudi dari Mitra Event NTT.

Penegasan juga disampaikan mantan juara tinju dunia kelas bulu Chris John. “NTT punya potensi yang luar biasa dalam melahirkan petinju-petinju berbakat. Ini kesempatan yang luar biasa,” imbuhnya di tempat yang sama.

Dari event ini, harap Chris John, akan lahir juara-juara dunia seperti yang pernah dilahirkan Indonesia enam juara dunia, termasuk dirinya sendiri. “Saya melihat potensi itu ada di NTT bahkan mungkin di daerah-daerah lain,” tegas Chris John.

Ke depan, harap dia lagi, agar daerah-daerah lain bisa menggelar seperti yang dilakukan pihak Fahiluka Surya Production. “Mungkin, misalnya di Papua, Ambon, atau Sumatera Utara. Artinya, agar ke depan kita dapat dengan segera melahirkan juara-juara dunia baru,” harap Chris John.

Asisten Deputi Olahraga Prestasi di Deputi III Kemenpora Arsani menambahkan, prinsipnya selama itu berkaitan dengan prestasi, maka pemerintah punya kewajiban untuk membantu penyelenggaraan event.

“Kami dari Kemenpora sangat mendukung dan mensupport event dunia ini. Apalagi event ini digelar dalam rangka mencetak juara dunia dari batas negara,” ujar Arsani.

David Kenenbudi dari Mitra Event NTT menambahkan, selain mempertandingkan tiga partai petinju tuan rumah, event ini juga menggelar 15 pertandingan amatir, putra, putri, dan junior.

“Kami juga menggelar pertandingan eksebisi atau pertanding khusus antara Chris John melawan dua penantang yakni Gubenur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan Menpora Imam Nahrawi. Itu sebabnya, agar event ini meriah kita gelar selama tiga hari,” papar David Kenenbudi. (trigan)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *