Maskapai berbiaya murah atau low cost carrier (LCC) Citilink Indonesia melakukan uji coba penerbangan (proving filght) di Bandara Internasional Jogjakarta (BIJ), Kulon Progo, Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ).
Uji coba menggunakan armada jenis Airbus A320 dengan nomor penerbangan QG3361. Mengangkut 14 awak, uji coba berangkat dari Bandara Internasional Halim Perdanakusuma Jakarta pukul 11:00 WIB dan mendarat di BIJ pukul 12.00 WIB.
Juru bicara Proyek Pembangunan BIJ PT Angkasa Pura (AP) I Agus Pandu Purnama mengatakan uji coba penerbangan dilakukan pesawat komersial Citilink cukup membanggakan. Pasalnya, seluruh proses penerbangan, pendaratan, hingga parkir pesawat berlangsung lancar.
“Alhamdulillah tadi dari final approach (mendarat mendekati landasan), touchdown (roda pesawat menyentuh landasan) kemudian parkir semuanya, kapten pilot menyatakan mulus dan sesuai standar internasional,” tutur Agus di Kulon Progo, DIJ, Kamis (2/5).
Meski agenda peresmian bandara itu masih menunggu konfirmasi dari pihak kepresidenan, menurut Pandu, bandara itu sudah siap membuka penerbangan domestik. Untuk penerbangan komersial pertama akan dilakukan Citilink pada Senin (6/5) mendatang dengan rute Halim-BIJ-Halim.
“Insya Allah sesuai dengan keinginan Citilink pada 6 Mei sudah dilakukan penerbangan dan nanti setiap hari,” imbuh Agus.
Setelah penerbangan pertama Citilink, pada 10 Mei akan disusul maskapai lain seperti Lion Air dan Batik Air dengan rute-rute domestik seperti Jakarta, Bali, Palangkaraya, dan Batam. ”Untuk penerbangan sementara satu kali, kurang lebih pukul 12.00 WIB,” ucap Agus.
Agus mengatakan sesuai arahan Menteri Perhubungan (Menhub) untuk sementara BIJ baru membuka penerbangan domestik. Alasannya, menjelang lebaran akan ada penambahan rute-rute baru.
“Penambahan untuk angkutan lebaran kurang lebih 25-30 penerbangan ekstra sehingga akan diarahkan ke Kulon Progo,” ulasnya.
Pilot Citilink Agus Setiono mengakui seluruh rangkaian penerbangan hingga pendaratan pesawat dalam kondisi normal. Bahkan, karena kondisi landasan cukup panjang untuk mendarat tidak dibutuhkan terlalu banyak pengereman seperti di Bandara Adisutjipto.
Selain itu, permukaan landasan bandara telah sesuai standar internasional. ”Kalau di sini kan landasannya panjang. Jadi, kami separuh (pengereman) sudah berhenti, tidak full remnya,” aku Agus. (lin)
sumber: indopos.co.id