BNI Syariah Tingkatkan Literasi Inklusi Keuangan Syariah Lewat Industri 4.0

Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah, Wahyu Avianto (kiri) bersama Rektor IAIN Madura, Mohammad Kosim (kanan, Selasa (30/4). Foto: Humas BNI Syariah

Bank BNI Syariah berusaha meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah melalui industri 4.0. Berdasarkan survei nasional literasi dan inklusi keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2017 tercatat tingkat literasi keuangan syariah masih lebih rendah dibanding perbankan konvensional.

Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah Wahyu Avianto mengatakan, untuk literasi keuangan syariah hanya 8% lebih rendah dibanding bank konvensional 30%. Sedangkan untuk inklusi keuangan syariah juga hanya 11% atau lebih rendah dibanding bank konvensional 68%.

“Seiring angka literasi dan inklusi dalam negeri yang masih rendah, Indonesia hanya menempati posisi kesepuluh dalam pangsa pasar Islamic finance di dunia (Sumber: IFSI Stability Report, IFSB 2017,red), maka BNI Syariah terus dan komit meningkatkan kedua hal itu,” ungkap Wahyu dalam Seminar Nasional Ekonomi Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura, Selasa (30/4) seperti dirilis Humas BNI Syariah, Rabu (1/5).

Hadir Rektor IAIN Madura Mohammad Kosim, Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BNI, Dadang Setiabudi; dan Sekretaris I DPP IAEI, Roikhan Mochamad Aziz. Seminar nasional dengan tema “Islamic Fintech: Menakar Peluang dan Ancaman Keuangan dan Pemasaran Digital pada industri 4.0”

“Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan, serta strategi menghadapi isu keuangan global kepada mahasiswa, dosen, dan pelaku bisnis. Seminar nasional ini diinisiasi IAIN Madura dan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) dalam rangka literasi keuangan syariah kepada milenial,” ungkapnya dalam sambutannya.

Untuk meningkatkan inklusi dan literasi perbankan syariah ini teknologi digital berperan penting. Pada tahun ini BNI Syariah sedang gencar melakukan transformasi digital. “Literasi dan inklusi keuangan syariah yang masih rendah di Indonesia ini seakan menjadi paradoks karena Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia,” imbuhnya.

Transformasi digital ini dilakukan dengan penerapan metodologi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan nasabah (metodology human center design). Hal ini dilakukan dengan pengembangan aplikasi digital yang bisa memenuhi kebutuhan gaya hidup nasabah dalam beribadah dan bertransaksi setiap hari.

“Dalam pengembangan digital, kami melakukan beberapa langkah strategis diantaranya pengembangan digitalisasi layanan perbankan, kolaborasi atau bekerjasama dengan perusahaan startup berbasis teknologi,” katanya.

Dalam pengembangan aplikasi digital, BNI Syariah mengembangkan platform dan aplikasi payment untuk donasi ZIS dan wakaf yang menyatukan lembaga-lembaga LAZ dan nazhir melalui website www.wakafhasanah.bnisyariah.co.id dan aplikasi android.

Terkait kolaborasi teknologi, saat ini BNI Syariah telah bekerja sama dengan 50 perusahaan teknologi meliputi e-commerce, fintech, serta perusahaan startup berbasis teknologi. Kerjasama ini terkait dengan penggunaan platform maupun pemanfaatan produk bank. Dengan kerjasama ini diharapkan ada beberapa benefit yang didapatkan BNI Syariah, yaitu peningkatan fee based income maupun pengendapan DPK.

Pada 2019, BNI Syariah menargetkan 100 perusahaan teknologi yang akan bekerjasama, termasuk perusahaan fintech. BNI Syariah tengah merancang skema investasi untuk turut berpartisipasi dalam mendukung pembangunan perekonomian syariah melalui startup di Indonesia.

Sebagai gambaran, anggaran belanja modal (capital expenditure) tahun 2019 untuk proses otomasi di BNI Syariah sebesar Rp 135 miliar dimana 50% digunakan untuk pengembangan digital. Anggaran ini naik dua kali lipat dibanding 2018 sebesar Rp 66 miliar. (lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *