Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Mahfud MD angkat suara terkait pernyataan purnawirawan AM Hendropriyono soal ideologi Pancasila dan khilafah. Hal ini diungkapkan Mahfud saat melakukan teleconference di acara Kabar Petang TV One, Jumat (29/3).
Mahfud juga memberikan singgungan soal sikap politik Prabowo yang didukung oleh para mantan pejuang khilafah melalui bekas ormas HTI. Mulanya, pembawa acara bertanya soal pendapat Mahfud MD atas pernyataan Hendropriyono.
“Bagaimana pendapat Anda soal pernyataan Hendropriyono yang sebetulnya Pilpres kali ini bukan hanya pertarungan dua kubu saja, melainkan ada pertarungan ideology,” tanya pembawa acara seperti dilansir www.wow-tribunnews.com, Sabtu (30/3).
Mahfud lalu menjawab bahwa pernyataan Hendro tersebut biasa terjadi jelang pilpres. Namun, secara konstitusional, kedua capres tak terkait dengan ideologi di luar Pancasila. “Menurut saya sih itu pernyataan politik yang biasa saja, secara konstitusional kedua kubu ini tidak ada yang tidak Pancasila,” kata Mahfud MD.
Keduanya, kata Mahfud, sudah memenuhi syarat konstitusi undang-undang bahwa siapapun yang jadi calon presiden maupun wakil presiden syaratnya kan orang yang betul-betul harus setia pada Pancasila, UUD 45, dan NKRI.
“Pendukung khilafah yang sering dikaitkan dengan Prabowo juga tidak terbukti karena dukungan bisa berasal dari manapun. Prabowo pun juga tidak memperlihatkan dirinya yang juga mementingkan kepentingan khilafah,” bantah Mahfud, mantan Ketua Tim Pemenangan Prabowo Hatta di Pilpres 2014.
Begitu juga dengan Jokowi yang sering dikaitkan dengan dukungan partai komunis. Jokowi juga tidak memperlihatkan sikap komunisnya. “Prabowo dan Jokowi sudah memenuhi syarat, jadi tidak ada yang ideologi di luar Pancasila,” ujarnya.
Prabowo secara resmi bukan pengusung khilafah, lanjut dia, Jokowi juga bukan pendukung komunisme, ini pertarungan politik yang menjadi warna suasana kampanye seperti sekarang. Lalu, terkait adanya perang ideologi Pancasila versus khilafah, Mahfud lalu menyinggungkan soal pendukung Prabowo.
“Kalau ditelisik dari komponen pendukungnya yang dimaksud pak Hendropriyono itu mungkin membonceng tapi tidak menjadi dasar tampilnya Pak Prabowo ke pentas politik ke pentas pencapresan ini. Ikut menumpang misalnya bisa dipahami dulu ada sebuah ormas yang gerakannya membawa khilafah kemudian para pendukungnya menjadi pendukung kuat Prabowo,” paparnya.
Tapi memang, kata dia, Prabowo sendiri tidak terlihat dia memperjuangkan ide khilafah, sama juga Pak Jokowi. Namun, jika ada hal semacam pendukung yang membonceng menurut Mahfud adalah hal yang biasa. “Bahwa kalau ada yang menumpang itu biasa-biasa saja tidak perlu diperuncing,” tutur Mahfud.
Pengikutnya itu diidentifikasi menumpang pada calon itu, kutip dia, misalnya dulu orang percaya ormas namanya HTI itu kan orang-orangnya pada umumnya mendukung Prabowo, dulu itu kan HTI membawa khilafah tapi kan Pak Prabowo menerima semua dukungan.
Sebelumnya, diketahui, Hendropriyono memberikan keterangan itu yang beredar di media sosial. Satu di antaranya diunggah oleh purnawirawan Gatot Nurmantyo di Instagram, Jumat (29/3). “Pertempuran bukan sekedar pertempuran Prabowo dengan Jokowi,” ujar Hendriyopono melalui video.
“Tapi pertempuran antara merah putih dengan bendera hitam, antara Pancasila dan khilafah, maka hari ini kita datang ke sini untuk menolak mereka. Bahkan menolak dari proses demokratisasi domain yang akan diselenggarakan pada tanggal 17 April 2019,” ulasnya.
Jadi, pinta Mahfud kepada seluruh bangsa, pada seluruh anak bangsa tolak gerombolan yang telah mengotori Pilpres 2019 nanti, kalau ini ditolak kami akan turun, dan tolak. Hendriyono juga mengomentari soal adanya ide putihkan Tempat Pemungutan Suara (TPS).
“Aksi konsentrasi seperti di masjid, kemudian ada ide untuk membangun dapur umum, ada instruksi untuk memutihkan TPS, ini salah satu bentuk teroris, teror pada bangsa ini,” ujar Hendropriyono. (lin)
sumber: tribunnews.com