Opini by Zeng Wei Jian
Sebuah essay hitam beredar di intern dunia chebong. Penulis Dr. Bambang Noorsena. Judulnya “Indonesia Darurat Ideology”. HTI dikatakan Anti Pancasila dan Anti Republik Indonesia. Overall Konten essay bersifat ngaco. Menyamakan Darul Islam Kertosuwiryo dan HTI. Praxis Tulisan ini “fearmongering”. Menakut-nakuti adalah leit motif-nya.
Dia menuduh HTI dan Prabowo-Sandi saling menunggangi. Faktanya, Tidak ada satu pun anggota HTI terdaftar dalam BPN. Chebong sebagai alat kekuasaan tidak peduli dengan kemiskinan rakyat. Makanya, mereka berhalusinasi tentang “krisis ideology”. Bukannya “krisis pangan” yang nyata.
Dua dunia twilight. Bagi chebong, Indonesia Darurat Ideology. Bagi Rocky Gerung, “Indonesia Darurat Akal Sehat”. Pertama, tidak ada “Jejak-Jejak Darah” pada Jubir HTI Ismail Yusanto dan figur Felix Siauw.
Mereka intelektual. Bukan “combatant” apalagi “Warlord” seperti Che Guevara, Castro, Jenderal Tojo, Xanana Gusmao, Hitler, Mussolini, Kapten Raymond Westerling, Sudisman atau Kertosuwiryo. Kedua, HTI tidak punya “Dokrin Perang”, “Doktrin Militer”, dan ngga beli senjata.
Kelompok Pemberontak Peruvian Maoist seperti “Shining Path” atau “Sendero Luminoso” pasti memiliki gudang senjata. Jangankan weapon of mass destruction (WMD) atau sekedar Senapan Chung yang dipakai PKI, doktrin perang “jus bellum justum” atau Just War Theory saja HTI ngga punya.
Beda dengan doktrin Marxist’s Class Struggle. Turunan dari doktrin class struggle adalah combat marxist, Bolivia Foco, Mao Zedong’s assymetric guerrilla warfare, atau Antifa Movement. Tidak punya doktrin perang dan senjata, entah bagaimana cara HTI merebut NKRI. Di ruang wacana, HTI bahkan tidak seradikal dan sevulgar Fajrul Rahman sebelum dapet jatah kursi Komisaris BUMN. Dulu dia menyerukan agar UUD 45 diganti.
THE END