Dua karya anak Indonesia terpilih dari 12.563 karya lukis di ajang Lomba Melukis Lingkungan Internasional Kao untuk anak-anak ke Sembilan. Kao Indonesia meneruskan komitmen tanggung jawab sosial untuk memperkaya kehidupan masyarakat melalui program edukasi Remaja KAO (Kreatif, Aktif, Optimis)
Dua anak Indonesia, Sherly Vermont Kwerni dan Farhan Wibisono berhasil menjadi pemenang dari 12.563 lukisan dan 44 negara yang masuk dalam Lomba Melukis Lingkungan Internasional Kao. Dalam kesempatan yang sama, Kao Indonesia juga memperkenalkan Program Remaja KAO bekerja sama dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB).
Senior Manager Corporate Communications and Head Committee Painting Contest Kao Indonesia Johny Lay mengatakan, tahun ini bisa dibilang merupakan salah satu tahun terbaik dalam pelaksanaan Lomba Melukis Lingkungan Kao.
“Kami menerima 4.379 lukisan dari seluruh Indonesia. Hal ini mengalami kenaikan sekitar 18,2%. Dari segi kuantitas dan kualitas, kegiatan ini mengalami perkembangan,” ujar Johny di sela pengenalan pelukis, Sabtu (23/02).
Dua anak Indonesia yaitu Sherly dan Farhan juga terpilih mewakili Indonesia di Jepang. Pencapaian ini tentu sangat mengembirakan bagi Kao Indonesia. “Mereka seolah mewakili tingginya harapan anak bangsa untuk kelestarian bumi yang dapat diwujudkan ke dalam tindakan nyata sederhana sehari-hari,” ujarnya.
Lomba Melukis Lingkungan Kao untuk Anak-anak ini merupakan bagian dari komitmen Kao untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih. Tema yang diusung adalah “Eco Together”.
Para peserta diajak untuk mengungkapkan berbagai cara yang dapat dilakukan dalam aktivitas sehari-hari untuk menjaga lingkungan. Para peserta juga diajak untuk menorehkan ide ke dalam lukisan yang mereka buat. Peserta bebas menggunakan berbagai material dalam lukisannya.
Lewat kontes ini, anak-anak diajak untuk aktif menjadi agen perubahan yang mampu mendorong teman-teman, keluarga, serta orang terdekat di sekitar lewat ide-ide dalam menciptakan lingkungan bersih, sehat dan ramah.
Farhan yang masih berusia 14 tahun dari Sidoarjo melukis tentang kehidupan bercocok tanam di desanya. Ia mengambil inspirasi dari keadaan sekitarnya dan berbagai situasi yang terjadi di Indonesia.
“Indonesia baru-baru ini mengalami bencana alam yang disebabkan oleh dampak tanah gundul. Saya ingin Indonesia hijau kembali dan dikenal kembali sebagai negara agraris,” imbuhnya.
Dalam lukisan itu ada beberapa tahap, rinci dia, langkah pertama adalah mengolah tanah dan menanam bibit pohon dengan baik dan pada tahap kedua menunjukkan bahwa masyarakat senang dan lebih rajin merawat tanaman.
Tahap ketiga dan keempat adalah tahap terakhir di mana orang bahagia karena pohon telah tumbuh dengan baik. “Mereka lalu merayakan rasa syukur dengan reog untuk menghibur masyarakat, meningkatkan antusiasme, dan mengungkapkan terima kasih kepada Tuhan,” ujar Farhan yang bersekolah di SMP Al-Islam Krian, Sidoarjo.
Sementara Sherly melukiskan impiannya tentang masa depan yaitu lingkungan yang hijau. Menurutnya, setiap orang harus mulai berpartisipasi dalam mengatasi pemanasan global. Salah satu metode adalah menanam pohon, membuang sampah di tempat yang tepat, dan mengubah sampah yang tidak dapat terurai menjadi sesuatu yang bermanfaat.
“Kita dapat mulai berkampanye untuk penggunaan energi terbarukan, teknologi alternatif, dan cinta lingkungan. Semua yang kita lakukan adalah untuk masa depan yang lebih baik, lebih hijau, lebih sejuk dan lebih nyaman untuk semua makhluk hidup di Bumi,” ujar Sherly, siswi SMP Marsudirini Bekasi.
Indonesia juga mendapatkan satu pemenang di kategori Eco Friend Prize lewat lukisan “Spread the Message of Environment Conservation through Wayang” karya Viola Arielle Suliandy. Selain itu, Indonesia memborong semua penghargaan di kategori Group Prize.
Proses pengumuman telah dilakukan pada tanggal 30 November 2018 yang lalu. Pemenang Kategori “Planet Earth Grand Prix” dan “Kao Prize” dari seluruh dunia diundang ke Tokyo, Jepang, untuk berpartisipasi dalam acara penyerahan hadiah dan penghargaan.
Lukisan-lukisan yang menjadi pemenang seluruh kategori individu dipamerkan di booth Kao pada acara pameran Eco-Pro yang diselenggarakan di Tokyo Big Sight, Jepang pada 8 Desember 2018.
Pada acara yang sama, Kao Indonesia mengumumkan pembaruan program kolaborasi dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) yang bernama Remaja KAO. Program ini merupakan pengembangan dari program Anak KAO yang telah berjalan dalam periode dua tahun.
Program Anak KAO yang menyasar anak usia 9-12 tahun, kini ditingkatkan menjadi usia 13-15 tahun dengan nama program Remaja KAO. “Kao Indonesia dan YCAB Foundation sepakat menyasar kalangan remaja dengan rentang usia 13-15 tahun terutama untuk menangani isu-isu seperti bullying, cyber bullying, body shaming, dan lainnya yang berpengaruh negatif terhadap prestasi di sekolah dan pandangan anak muda tentang masa depan mereka,” paparnya.
Keberadaan program edukasi KAO yang menyasar usia remaja diharapkan dapat menjadi panduan bagi remaja untuk fokus terhadap hal-hal positif dan dapat menjadi lebih kreatif, aktif dan optimis. “Harapannya, mereka akan tumbuh menjadi generasi yang independen dan berprestasi,” jelas Ibu Veronica Colondam, Pendiri dan CEO dari YCAB Foundation.
Melalui Program Remaja KAO, para siswa Sekolah Menengah Pertama mendapatkan pengetahuan yang lebih komprehensif mengenai cara meningkatkan self-esteem atau penghargaan diri. Hal itu bisa dimulai dengan menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Para siswa juga terlibat sesi berbagi pengalaman bersama anggota Kao Indonesia.
Dalam program ini, Remaja KAO juga diajarkan untuk menjadi semakin Kreatif dalam menemukan cara menjaga kebersihan lingkungan, Aktif berperan dalam perilaku sehari-hari yang ramah terhadap kebersihan lingkungan.
Sehingga Optimis menatap masa depan dengan lingkungan yang jauh lebih baik. Program ini berhasil menjangkau lebih dari 2.500 siswa Sekolah Menengah Pertama di 25 sekolah yang tersebar di Cikarang, Karawang, dan Jakarta.
“Program ini dirancang untuk mendorong kaum muda untuk fokus pada hal-hal positif yang mereka miliki daripada yang negative. Pada akhirnya, kami berharap mereka bangga dengan diri sendiri dan memiliki kepercayaan diri untuk memberikan yang terbaik dalam hidup mereka,” tutup Johny. (ita)
Para pemenang dari Group Prize:
- MTs N 1 Bangil Pasuruan dengan 669 karya
- SD Alfurqan Jember dengan 635 karya
- Mts Wahid Hasyim Bangil dengan 524 karya
- SMPN 1 Citeureup dengan 492 karya
- SMPN 2 Bangil Pasuruan dengan 487 karya