Opini: Dr Agung Sudjatmoko, MM: Memilih Sandi

Agung Sudjatmoko. foto: internet

Opini: Dr. Agung Sudjatmoko, MM, Pengamat Ekonomi Kerakyatan

Perkataan sederhana dari jawaban istri saya terkait Pemilu Presiden (Pilpres) tahun 2019 ini, saya berpikir pilihan rasional kala dilihat dalam banyak perspektif. Sandi, Sandiaga Salahuddin Uno (calon wakil presiden/capres) nomor urut -2 menjadi simbol perubahan kondisi ekonomi sosial masyarakat.

Di usia yang relatif masih muda, Sandi, sapaan akrabnya, telah menjelma menjadi pengusaha sukses. Latar belakang keluarganya yang bukan pebisnis dan bagaimana dia membangun bisnisnya merupakan bentuk keberhasilan perjuangan dia untuk hidup lebih baik.

Sandi juga menjadi sosok manusia muda Indonesia yang cerdas. Tanpa kemampuan cerdas, kekuatan berjuang, niat tulus membangun usaha, sehat, muda dan milenial merupakan ciri-ciri tertumpunya harapan perubahan di negara ini akan terjadi.

Saya sebagai cendekia mempunyai beberapa analisa objektif yang dapat menjadi pembenar atas harapan rakyat untuk memperbaiki kehidupan rakyat. 1). Teori harapan, sosok Sandi yang berpasangan dengan calon presiden (capres) Prabowo Subianto di Pilpres 2019 ini memberikan harapan bahwa dia bisa kerja profesional, smart mengambil keputusan, komprehensip untuk memperbaiki ekonomi negeri ini.

Hal ini tentu ditambah ketegasan capres Prabowo yang berlatar belakang militer. Sandi tidak perlu banyak bicara dan berjanji kehadiranya dengan gaya muda, joging, main futsal, main basket, dan ceramah kewirausahaan di kaum milenial, telah menyeret simpati besar kelompok nuda negeri ini.

2). teori manajemen. Ibarat sebagai organisasi negara ini harus dipimpin oleh kesatuan ide, gagasan, sikap dan langkah, antara presiden dan wapres sebagai dwi tunggal yang saling isi di antara keduanya.

Kemampuan leadership, visi, kecepatan dan ketepatan dalam mengelola semua bidang dibutuhkan  dan pasangan calon (paslon) 02 mempunyai kesemua itu. Ini berbeda dengan paslon lainnya, yang mengesankan pilihan pasangan ini tidak objektif, hanya mau mendulang suara kaum muslim dan ada kepentingan tertuntu atas pasangan paslon 01.

Beradasatkan teori nanajemen dalam menjalankan kerja sama, menggunakan sumber daya pembangunan, kesatuan planing, organizing, actuating, dan controling akan lebih jalan dengan baik dan memberikan harapan perbaikan kehidupan rakyat.

3), teori Relasi Politik dan Sosial. Paslon 02 lebih menunjukan pluralisme gabungan Jawa- sulawesi. Elektabilitas paslon presiden dan wapres di pilpres 2019 ini memang akan ramai.

Kemenengan capres di hari pencoblosan, 17 April 2019 ditentukan oleh swing voter generasi muda, milenial, dan cerdas  yang belum menentukan pilihanya. “Harapan kita sebagai rakyat Pilpres 2019 ini berjalan dengan baik dan menghasilkan kepemimpinan nasional yang semakin kuat, terpercaya, dan memenuhi segala janji-janjinya. ***

Dr. Agung Sudjatmoko, MM, Pengamat Ekonomi Kerakyatan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *