Beredar 14 Februari, Novel Antologi Rasa Kisahkan Percintaan Remaja

sutradara dan pemain film saat perkenalan film Antologi Rasa. foto: dok humas

Film yang mengadaptasi kisah romantic pada cerita sebuah novel tampaknya tidak akan ada hentinya. Kali ini novel percintaan karya Ika Natassa bertajuk sama dengan di filmnya, Antologi Rasa siap beredar di bioskop, 14 Februari 2018.

Film yang diproduksi Soraya Intercine Film ini disutradarai Rizal Mantovani. Sang penulis novel, Ika yakin cerita antologi rasa bukan sekedar copy paste dari novel ke film. Melainkan perasaan pembaca ketika membaca bukunya.

“Sebagai penulis aku selalu percaya proses adaptasi bukan copy paste yang kita pindahkan adalah perasaan seseorang ketika membaca novelnya,” kata Ika Natassa pada wartawan, di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (4/1).

Antologi Rasa bercerita tentang cinta di tengah persahabatan Harris (Harjunot Ali), Keara (Carissa Perusset) dan Ruly (Refal Hady). Keara telah lama menyukai seorang Ruly bahkan tiga tahun lamanya memutuskan pergi bersama Harris ke Singapura.

Selama di Singapura, banyak hal yang terjadi antarkeduanya. Namun Keara masih menaruh rasa pada Ruly. Keara yakin bahwa Ruly yang dinantikannya selama 4 tahun adalah cinta sejatinya.

Sementara dia pun tahu, Ruly mencintai Denise (Atikah Suhaime), teman sekantor mereka yang telah menikah. Harris pun yakin Keara adalah cinta sejatinya meski Keara hanya menganggapnya sahabat.

Ferry Lesmana yang dipercaya sebagai penulis naskah adaptasi film Antologi Rasa, mengatakan jika syuting film sudah dimulai sejak Maret 2018. “Antologi Rasa banyak materi menarik yang justru bagaimana kita mengkompres ke dalam film dua jam,” tuturnya.

Aktor Herjunot Ali mengaku sempat dibully karena tidak cocok memerankan karakter Harris dalam film Antologi Rasa. “Setiap film dengan karakter berbeda, pastinya awalnya banyak yang tidak setuju,” ujar Herjunot.

Ia sangat optimis jika perannya sebagai Harris bisa diterima dengan baik oleh penikmat film dan penggemar novelnya. “Tidak khawatir. Karena ada banyak hal yang saya lalui. Apalagi yang berat-berat. Jadi, kalau ada yang bilang gak cocok. Ya, coba aja nonton filmnya nanti,” tuturnya.

Junot pun teringat pengalaman ketika berperan dalam film 5 cm yang meraih kesuksesan. Awalnya, ia dianggap tidak pantas berperan sebagai Zafran di film tersebut. Namun, dia berhasil membuktikannya.

“Pertama kali main 5 CM orang berpikir bahwa seharusnya bukan saya yang main. Tapi setelah main Tenggelamnya Kapal Van der Wijck malah dibilang Zafran banget. Berarti setiap aktor saya rasa punya kesempatan untuk memberikan sesuatu yang baik,” tutupnya. (lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *