PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencatat kinerja baik di pasar perdana surat berharga. Baik konvensional maupun syariah yang membuatnya terus mendapatkan apresiasi. Kali ini melalui ajang penghargaan bertajuk Dealer Utama 2017 yang digelar Kementerian Keuangan (Kemenkeu) di Hotel Pullman, Jakarta, Senin malam (3/12).
BRI berhasil memborong tiga penghargaan sekaligus, sebagai Dealer Utama Terbaik Tahun 2017, Dealer Utama dengan Kinerja Terbaik di Pasar Perdana Tahun 2017, dan Peserta Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Terbaik Kedua Tahun 2017.
Hadir dalam acara penyerahan penghargaan ini Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman, Direktur Surat Utang Negara (SUN) Kemenkeu Loto Srinaita Ginting, dan Direktur Keuangan Bank BRI Haru Koesmahargyo.
“Kami tentunya sangat bersyukur atas penghargaan yang diberikan. Penghargaan ini merupakan satu motivasi kami, sebagai primary dealer, untuk tetap menghasilkan kinerja yang positif ke depannya,” ungkap Haru dalam rilis Humas BRI, Selasa (4/12/2018).
Adapun Primary Dealer, atau Dealer Utama merupakan bank yang ditunjuk Menteri Keuangan untuk menjalankan kewajiban tertentu baik di pasar perdana maupun pasar sekunder. Baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing dengan hak tertentu.
Fungsi terpenting dari primary dealer adalah menjadi penggerak pasar atau market makers di pasar sekunder. Dealer Utama ini mempunyai berbagai hak, antara lain akses eksklusif sebagai peserta lelang di pasar perdana dan sekunder, hak eksklusif untuk mendapatkan informasi pertama tentang program pengelolaan SUN oleh pemerintah.
Dealer juga berkewajiban untuk menyerap SUN di pasar perdana dalam jumlah tertentu, memperdagangkan seri SUN yang sudah ditetapkan pemerintah sebagai benchmark, serta membuat kuotasi harga dua arah atau bid-offer dengan kisaran spread tertentu.
Sebagai Dealer Utama, Bank BRI ikut serta dalam kegiatan pendalaman pasar keuangan dengan melakukan pengelolaan portfolio yang optimal dan perluasan basis nasabah antara lain bank komersial, perusahaan asuransi, dana pensiun, perusahaan sekuritas, dan aset manajemen.
BRI juga aktif melakukan quotasi harga jual-beli surat berharga dan transaksi treasury lainnya yang kompetitif dan up to date. Luasnya jaringan pemasaran baik unit kerja di dalam negeri maupun luar negeri menjadi nilai tambah BRI dalam kegiatan tersebut. Pencapaian ini menunjukan BRI aktif dalam mendukung pemerintah dalam pembangunan ekonomi nasional dan dukungan ini akan dilanjutkan pada tahun berikutnya.
Kontribusi BRI sebagai Dealer Utama terus meningkat setiap tahunnya dengan pertumbuhan sebesar 277.46% dan 29.48% di tahun 2017 dan 2018. Hal ini sejalan dengan kontribusi BRI melalui pasar sekunder yang juga meningkat setiap tahunnya.
Tak hanya itu, berdasarkan hasil evaluasi kinerja Dealer Utama tahun 2017, BRI berhasil menyerap 13.4% dari total penerbitan SUN di pasar perdana melalui mekanisme lelang, jumlah ini naik signifikan lebih dibandingkan pada tahun 2016 sebesar 5.84%.
Sedangkan volume perdagangan BRI pada semua seri obligasi di pasar primer dan sekunder yakni sebesar 14.6%, angka ini juga meningkat dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 13.5%.
Pada 2017, pertumbuhan aktifitas pembelian dan penjualan sama-sama meningkat di pasar sekunder yakni pembelian sebesar 62% dan penjualan sebesar 101.9%. “Pada tahun 2016 kemarin, kami masih berada pada peringkat ke-8, sedangkan tahun ini, kami sudah mencapai peringkat pertama. Peningkatan juga terjadi di pasar sekunder,” kata Haru.
Sementara, kondisi pasar domestik dan pasar obligasi Indonesia terus berkembang dan menarik. Hal ini tercermin dari kenaikan rata-rata perdagangan harian SUN dari Rp. 29.1 T di Tahun 2016 menjadi Rp. 34.09 T di Tahun 2017. Kondisi ekonomi Indonesia juga dalam kondisi yang baik dengan GDP sebesar 5.17% (September 2018) dan inflasi terjaga di 2.94% (Oktober 2018).
Di sisi lain, pasar Surat Berharga Syariah Negara juga mengalami peningkatan dilihat dari meningkatnya realisasi penerbitan SBSN di tahun 2017 sebesar Rp. 192,49 T dibandingkan realisasi tahun 2016 sebesar Rp 179.9 triliun. Hal ini tentunya menarik capital inflow yang lebih besar ke dalam Indonesia seperti yang terlihat dari Foreign Incoming Bid pada Tahun 2017 mencapai Rp 9.96 triliun per lelang. (lin)