PT Bank BCA Syariah (BCA Syariah) bergabung dalam penyaluran pembiayaan sindikasi syariah dengan nilai total Rp4 triliun untuk PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Dalam pembiayaan sindikasi syariah ini, BCA Syariah memberikan fasilitas pembiayaan dengan akad musyarakah sebesar Rp100 miliar. Penandatangan dilakukan bersama-sama oleh peserta pembiayaan sindikasi di Plaza Mandiri, Gatot Subroto, Jakarta, (21/8).
Pembiayaan sindikasi syariah ini merupakan bagian dari pembiayaan sindikasi senilai Rp14 triliun dengan partisipasi dari 13 lembaga keuangan konvensional dan syariah. Fasilitas tersebut bertujuan untuk pembiayaan investasi PLN, sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2018, termasuk didalamnya merealisasikan pembangunan pembangkit 35.000 MW, yang bertujuan untuk menyediakan tenaga listrik yang andal dan terjangkau bagi pelaku industri dan warga negara Indonesia.
Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih mengatakan, partisipasi BCA Syariah merupakan bentuk dukungan kami untuk mensukseskan program pembangunan pemerintah. Ketersediaan listrik yang memadai dapat meningkatkan produktivitas industri dan masyarakat yang tentunya memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia.
Sebelumnya, 31 Juli 2018 lalu, BCA Syariah turut berpartisipasi dalam penyaluran pembiayaan sindikasi untuk proyek pembangunan jalan tol Jakarta-Cikampek II Elevated (Jalan layang Cikampek) dengan jumlah yang sama, Rp100 miliar.
“Pembiayaan infrastruktur telah menjadi salah satu target penyaluran pembiayaan BCA Syariah di 2018. Di antaranya di bidang pembangunan jalan raya/tol, pembangkit tenaga listrik dan lainnya. Tahun ini, BCA Syariah memproyeksikan pembiayaan infrastruktur sekitar Rp250 sampai 500 miliar, dengan mempertimbangkan tingkat permintaan di pasar dan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian,” ujar Kosasih dalam rilis Humas BCA Syariah, Senin (27/8).
Penyaluran pembiayaan BCA Syariah pada semester 1-2018 meningkat sebesar 21,3% (yoy) menjadi Rp4,7 triliun. Penyaluran pembiayaan masih fokus pada sektor produktif khusunya segmen komersial diikuti oleh UMKM dan konsumer.
Rasio pembiayaan bermasalah tetap berada pada level yang rendah dengan NPF Gross 0,73% dan NPF Nett 0,31%. “Kami menargetkan pembiayaan tahun ini meningkat 15 – 20% dibandingkan akhir tahun lalu,” tutupnya. (lin)