PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) menggandeng Institute Pertanian Bogor (IPB) untuk bersama-sama melakukan riset dan penelitian untuk pengembangan produk turunan dari industry tebu. Menyusul dilakukannya nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) antara RNI dan IPB di kawasan Bogor, Jawa Barat, Kamis (23/8).
Direktur utama RNI B Didik Prasetyo mengatakan, Bagi perusahaan pelat merah di bidang industry gula dan perkebunan ini, kerja sama ini merupakan wujud konkrit RNI dalam mewujudkan link and match antara dunia industry dan pendidikan.
Kerja sama bidang pendidikan, penelitian, pengembangan inovasi, komersialisasi inovasi, teaching industry, dan pengabdian masyarakat ini, harap Didik, berbagai hasil riset dan inovasi dalam bidang agro dapat diaplikasikan dalam skala industry sehingga mampu memberikan manfaat bagi masyarakat.
“Industri tebu harus punya turunan yang tidak hanya produksi gula. Pabrik gula itu kalau mau eksis jangan hanya memproduksi gula, tapi disertai produksi turunannya. Nah, kami masuk dalam penelitian riset dalam kerja sama ini. Tapi, saya belum berani terbuka. Karena ini masih dalam taraf riset dan penelitian,” ujar Didik usai menjadi pembicara dalam seminar dalam rangkaain MoU.
Setelah MoU ini, Didik mematok target minimal terjadi satu pola kerja sama konkrit yang akan dikembangkan antara IPB dengan RNI, tahun ini. “Dari awal kerja sama ini, kami sudah mendapatkan hasil riset dan penelitian berupa biomolcular. Ini semacam tetes tebu yang diambil unsur kimianya untuk diolah menjadi produk bahan pakan dan bahan baku obat-obatan,” ungkap Didik didampingi Rektor IPB Arif Satria.
IPB, lanjut Didik, merupakan salah satu perguruan tinggi yang concern dalam riset dan pengembangan bidang pertanian, perkebunan, serta agroindustri, aktifitas ini sangat cocok dengan lini bisnis yang dibidangi RNI. Jadi MoU ini, klaim Didik, adalah payung untuk mewujudkan sinergi yang lebih luas lagi.
Meningkatkan Daya Saing
Banyak yang dapat dilakukan melalui kerja sama dalam lingkung penelitian, pengembangan, serta komersialisasi inovasi. Apalagi guna meningkatkan daya saing dalam menghadapi revolusi industry 4.0 ini kebutuhan RNI akan pengembangan dan pemanfaatan teknologi baru sangat tinggi.
“Di sisi on farm, pengembangan varietas baru merupakan hal yang harus terus dilakukan dan dikembangkan. Begitu pula pada sisi off farm, pengembangan teknologi serta digitalisasi adalah hal yang tidak ditawar lagi,” imbuhnya.
Rektor IPB Arif Satria menyampaikan apresiasi atas terwujudnya kerja sama ini. “Sinergi antara industry dengan dunia pendidikan menjadi suatu hal yang wajib dilakukan, mengingatkan keduanya berada pada kondisi yang saling terkait erat. Kami mendapatkan tugas dari BUMN agar menjadi R&D bagi PTPN, RNI dan perusahaan lainnya,” kata Arif dalam Seminar Nasional bertemakan Daya Saing Industri Gula Di Era Revolusi Industri 4.0.
Kerja sama ini, rinci Arif, akan memberikan kesempatan bagi mahasiswa IPB untuk bekerja di pusat penelitian perusahaan perkebunan milik negara dalam bidang riset penelitian, pengembangan dan teknologi. Dalam bidang teknologi, ia mencontohkan dapat mengerahkan mahasiswa dalam bidang teknologi pencitraan satelit dan drone untuk melakukan pemetaan terkini.
Kemudian dari sisi sosial, Arif menyatakan melalui kerja sama ini dapat membangun kesadaran sosial entrepreneurship dalam mahasiswa guna menjembatani masyarakat petani dengan industri dan teknologi. Pasalnya, bila perkembangan teknologi dan tuntutan industri tidak disosialisasikan dengan baik ke masyarakat, maka bisa terjadi ketimpangan sosial dan ekonomi. (lin)