Dari berbagai sumber *
كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِه ( رواه البخاري، رقم 2026 ومسلم، 1172)
“Biasanya (Nabi sallallahu’alaihi wa sallam) beri’tikaf pada sepuluh malam akhir Ramadan sampai Allah wafatkan. Kemudian istri-istrinya beri’tikaf setelah itu.” (HR. Bukhari, no. 2026 dan Muslim, no. 1172).
عن عائشة رضي الله عنها قالت، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
تَحَرَّوْا ليلة القدرِ في الوِتْرِ، من العشرِ الأواخرِ من رمضانَ
Dari Aisyah radhiallahu’anha, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Carilah oleh kalian keutamaan lailatul qadr (malam kemuliaan) pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan ramadhan.” (Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya (2017), Muslim dalam kitab Shahih-nya pula (1169))
Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:
1- “Malam kemuliaan” dikenal dengan malam Lailatul Qadr, yaitu satu malam yang penuh dengan kemuliaan, keagungan dan tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala, karena malam itu merupakan permulaan diturunkannya Al-Quran.
2- IbnuAbbas radhiallahu’anhuma berkata, ‘Allah telah menurunkan al-Quran dari Lauh Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah (di langit dunia) secara langsung (sekaligus), kemudian menurunkannya kepada Rasulullah secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa-peristiwa (yang terjadi semasa hidupnya) selama dua puluh tiga tahun.
3- Dengan demikian, jelaslah alasan mengapa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam perintahkan umatnya agar sungguh-sungguh mencari keutamaan malam Lailatul Qadr ini.
4- Amal (shalih), puasa, dan shalat pada malam Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan (seseorang melakukan ibadah)”.
5- Adapun maksud para ulama tafsir bahwa ibadah pada malam Lailatul Qadr lebih utama dari ibadah selama seribu bulan adalah (seribu bulan) yang di dalamnya tidak terdapat Lailatul Qadr
6- Malam-malam ganjil sepuluh terakhir dibulan ramadhon kemungkinan besar turunnya lailatul qadar, maka perintah rasulullah, “Carilah oleh kalian keutamaan lailatul qadr (malam kemuliaan) pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan”.
Tema hadist yang berkaitan dengan Al Qur’an:
– “Malam kemuliaan” dikenal dengan malam Lailatul Qadr, yaitu satu malam yang penuh dengan kemuliaan, keagungan dan tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala, karena malam itu merupakan permulaan diturunkannya al-Quran.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS. Al-Qadr: 1-5).
Malam Lailatul Qadr adalah malam yang sangat mulia. Pada malam itu Allah turunkan beribu rahmat untuk hamba-Nya yang tulus ikhlas beribadah atas dasar keimanan. Sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadr: 1-3)
Sebagai Muslim yang mengharapkan kebaikan Allah Subhanahu Wata’ala dan kebahagiaan di akhirat kelak, maka sudah sepatutnya kita melakukan 4 kegiatan ini:
- Itikaf di masjid.
- Perbanyak membaca Al Quran.
- Perbanyak sholat malam.
- Berdoa.
Setiap muslim pasti menginginkan malam penuh kemuliaan, Lailatul Qadar. Malam ini hanya dijumpai setahun sekali. Orang yang beribadah sepanjang tahun tentu lebih mudah mendapatkan kemuliaan malam tersebut karena ibadahnya rutin dibanding dengan orang yang beribadah jarang-jarang.
Keistimewaan Malam Lailatul Qadar.
1- Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Quran
Ibnu ‘Abbas dan selainnya mengatakan, “Allah menurunkan Al Qur’an secara utuh sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah yang ada di langit dunia. Kemudian Allah menurunkan Al Qur’an kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- tersebut secara terpisah sesuai dengan kejadian-kejadian yang terjadi selama 23 tahun.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 403). Ini sudah menunjukkan keistimewaan Lailatul Qadar.
2- Lailatul Qadar lebih baik dari 1000 bulan
Allah Ta’ala berfirman,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadar: 3). An Nakho’i mengatakan, “Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.” (Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 341).
Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar. (Zaadul Masiir, 9: 191). Ini sungguh keutamaan Lailatul Qadar yang luar biasa.
3- Lailatul Qadar adalah malam yang penuh keberkahan.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhon: 3). Malam penuh berkah ini adalah malam ‘lailatul qadar’ dan ini sudah menunjukkan keistimewaan malam tersebut, apalagi dirinci dengan point-point selanjutnya.
4- Malaikat dan juga Ar Ruuh -yaitu malaikat Jibril- turun pada Lailatul Qadar.
Keistimewaan Lailatul Qadar ditandai pula dengan turunnya malaikat. Allah Ta’ala berfirman,
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا
“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril” (QS. Al Qadar: 4)
Banyak malaikat yang akan turun pada Lailatul Qadar karena banyaknya barokah (berkah) pada malam tersebut. Karena sekali lagi, turunnya malaikat menandakan turunnya berkah dan rahmat. Sebagaimana malaikat turun ketika ada yang membacakan Al Qur’an, mereka akan mengitari orang-orang yang berada dalam majelis dzikir -yaitu majelis ilmu-.
Dan malaikat akan meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu karena malaikat sangat mengagungkan mereka. (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 407). Malaikat Jibril disebut “Ar Ruuh” dan dispesialkan dalam ayat karena menunjukkan kemuliaan (keutamaan) malaikat tersebut.
5- Lailatul Qadar disifati dengan ‘salaam’.
Yang dimaksud ‘salaam’ dalam ayat:
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْر
“Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS. Al Qadr: 5) yaitu malam tersebut penuh keselamatan di mana setan tidak dapat berbuat apa-apa di malam tersebut baik berbuat jelek atau mengganggu yang lain.
Demikianlah kata Mujahid (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 407). Juga dapat berarti bahwa malam tersebut, banyak yang selamat dari hukuman dan siksa karena mereka melakukan ketaatan pada Allah (pada malam tersebut). Sungguh hal ini menunjukkan keutamaan luar biasa dari Lailatul Qadar.
6- Lailatul Qadar adalah malam dicatatnya takdir tahunan.
Allah Ta’ala berfirman,
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah” (QS. Ad Dukhan: 4). Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya (12: 334-335) menerangkan bahwa pada Lailatul Qadar akan dirinci di Lauhul Mahfuzh mengenai penulisan takdir dalam setahun, juga akan dicatat ajal dan rizki. Dan juga akan dicatat segala sesuatu hingga akhir dalam setahun. Demikian diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, Abu Malik, Mujahid, Adh Dhohak dan ulama salaf lainnya.
Namun perlu dicatat -sebagaimana keterangan dari Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim (8: 57)– bahwa catatan takdir tahunan tersebut tentu saja didahului oleh ilmu dan penulisan Allah. Takdir ini nantinya akan ditampakkan pada malikat dan ia akan mengetahui yang akan terjadi, lalu ia akan melakukan tugas yang diperintahkan untuknya.
7- Dosa setiap orang yang menghidupkan malam ‘Lailatul Qadar’ akan diampuni Allah
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901)
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa yang dimaksud ‘iimaanan’ (karena iman) adalah membenarkan janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang yang menghidupkan malam tersebut). Sedangkan ‘ihtisaaban’ bermakna mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan karena mengharap lainnya yaitu contohnya berbuat riya’. (Lihat Fathul Bari, 4: 251)
Ya Allah, mudahkanlah kami meraih keistimewaan Lailatul Qadar dengan bisa mengisi hari-hari terakhir kami di bulan Ramadhan dengan amalan sholih. Aamin Yaa Mujibas Saa-ilin.
Menggapai Keutamaan Lailatul Qodar
Ketahuilah bahwa diantara salah satu keutamaan dan keistimewaan Bulan Romadhon, adalah adanya satu malam, yang mana beribadah sesaat pada malam tersebut, nilai dan keutamaan pahalanya sama dengan beribadah selama seribu bulan (kurang lebih, 83 tahun lebih 4 bulan).
Itulah yang dinamai dengan Lailatul Qodar. Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang apa itu Lailatul Qodar, dan hal-hal yang terkait dengannya.
Pertama, Mengapa dinamai dengan Lailatul Qodar?
Secara bahasa, Lailatul Qodar tersusun atas dua kata, “Lail”, yang artinya “malam”, dan “Al-Qodar”, yang artinya adalah “kemuliaan, atau penetapan, atau pengaturan.” Para ulama menyebutkan beberapa sebab/alasan, mengapa dinamai dengan Lailatul Qodar.
Ada yang berpendapat, karena pada malam itu Alloh Ta’ala menentukan (menakdirkan) sesuai dengan kehendak-Nya, semua urusan (yang terkait dengan kehidupan makhluk-Nya/hamba-Nya) selama satu tahun yang akan datang.
Dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman Alloh Ta’ala:
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةٖ مُّبَٰرَكَةٍۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ ٣ فِيهَا يُفۡرَقُ كُلُّ أَمۡرٍ حَكِيمٍ ٤ أَمۡرٗا مِّنۡ عِندِنَآۚ إِنَّا كُنَّا مُرۡسِلِينَ ٥ رَحۡمَةٗ مِّن رَّبِّكَۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ ٦
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (Yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul. Sebagai rahmat dari Robb-mu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Ad-Dukhon : 3-6)
Ada pula yang berpendapat, dinamai dengan Lailatul Qodar, adalah karena keagungan dan kemuliaan malam itu. Karena malam itu adalah malam yang dipilih oleh Alloh untuk diturunkannya Al-Qur’an, dan turunnya segenap Malaikat dengan membawa keberkahan yang banyak.
Disamping itu, Al-Qodar itu sendiri secara bahasa maknanya adalah “kemuliaan atau keagungan atau penghormatan”. Seperti dalam firman Alloh Ta’ala:
وَمَا قَدَرُواْ ٱللَّهَ حَقَّ قَدۡرِهِۦٓ ٩١
“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya……” (QS Al-An’am: 91). Atau seperti ucapan seseorang: لفلان قدر , “fulan mempunyai qodr”, artinya dia mempunyai “kemuliaan dan kedudukan”.
Ada pula yang berpendapat, dinamai dengan Lailatul Qodar, karena orang-orang yang melakukan amal-amal ketaatan pada malam itu akan mendapatkan “kedudukan yang agung” (di sisi Alloh) dan “balasan atau pahala yang melimpah” (banyak).
Dan disana masih banyak pendapat-pendapat lainnya, mengapa malam itu dinamai seperti itu, wallohu a’lamu bis showab. (lihat: Tafsir Al-Qurthubi, pada penjelasan Surat Al-Qodar, dan Fathul Bari Syarh Shohih Al-Bukhori, penjelasan hadits no. 2014).
Kedua, Apa fadhilah/keutamaan Lailatul Qodar tersebut ?
Tentang fadhilah dan keagungan Lailatul Qodar, dijelaskan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ ١ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ ٢ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٖ ٣ تَنَزَّلُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذۡنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمۡرٖ ٤ سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ ٥
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Robb-nya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS Al-Qodar: 1-5)
As-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rohimahulloh menjelaskan, “.…Dinamai Lailatul Qodar, karena besarnya kemuliaan dan keutamaannya di sisi Alloh, karena pada saat itu Alloh Ta’ala mengatur segala urusan selama setahun yang akan datang, baik yang berupa ajal (kematian seseorang), rejeki, dan semua ketentuan yang dikehendaki-Nya.
Kemudian Alloh mengagungkan/membesarkannya kerdudukannya, dengan firman-Nya (“Dan tahukah kamu, apakah Lailatul Qodar itu?”), yakni karena kedudukan/derajatnya yang agung.
Kemudian firman-Nya: (“Lailatul Qodar itu lebih baik dari seribu bulan”), yakni sebanding dalam hal keutamaannya dengan seribu bulan, sehingga beramal (sholih) bertepatan dengan saat itu, lebih baik daripada beramal selama seribu bulan ……” (Taisir Al-Karimir Rohman fii Tafsir Kalamil Mannan, (hal. 882), penjelasan Surat Al-Qodar).
Al-Imam Ibnu Katsir rohimahulloh juga menjelaskan:
“Para Malaikat banyak yang turun pada malam ini, karena banyaknya kebaikan pada malam tersebut. Para Malaikat turun bersamaan dengan turunnya keberkahan dan rahmat.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/444).
As-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rohimahulloh juga menyatakan, “Dalam surat yang mulia ini (yakni surat Al-Qodr), terdapat (penjelasan tentang) beberapa keistimewaan Laiulatul Qodar, diantaranya sebagai berikut:
- Alloh Ta’ala menurunkan pada malam tersebut kitab suci Al-Quran, sebagai petunjuk bagi umat manusia, dan kunci kebahagiaan bagi mereka di dunia dan di akhirat.
- Alloh Ta’ala mengagungkan Lailatul Qodar tersebut dengan pertanyaan: “Dan tahukah kamu, apakah Lailatul Qodar itu?”
- Malam itu, lebih baik daripada seribu bulan.
- Para Malaikat turun pada malam tersebut, dengan membawa kebaikan, rahmat, dan keberkahan.
- Malam itu disebut “Salam” (kesejahteraan), karena banyak hamba-hamba Alloh yang selamat dari siksaan disebabkan ketaatannya kepada Alloh.
- Alloh Ta’ala menjelaskan tentang keutamaan Lailatul Qodar dengan menurunkan sebuah surat Al-Qur’an (yang khusus, yaitu surat Al-Qodr ini) yang akan dibaca sepanjang masa hingga kiamat tiba.” (lihat: Majalis Syahri Romadhon, hal. 252-253)
Ketiga, Bahwa Lailatul Qodar itu akan tetap ada terus setiap tahunnya (yakni setiap bulan Romadhon), ataukah telah “diangkat” (ditiadakan) keberadannya?” Berdasarkan dalil-dalil yang sangat banyak, yang shohih (benar) adalah Lailatul Qodar itu tetap ada terus. Adapun apa yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhori dalam Shohih-nya (no. 49), dari hadits Ubadah bin As-Shomit rodhiyallohu ‘anhu.
Dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shohih-nya (no. 1167) dari hadits Abu Sa’id Al-Khudri rodhiyallohu ‘anhu, juga yang diriwayatkan Al-Bazzar dari hadits Al-Fatan bin Ashim rodhiyallohu ‘anhu, yang mengisahkan tentang keluarnya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam untuk mengabari para sahabat tentang Lailatul Qodar.
Kemudian beliau melihat ada dua orang yang saling berbantah-bantahan (bertengkar), kemudian beliau melerai keduanya. Setelah itu beliau bersabda:
خرجت لأخبركم بليلة القدرفتلاحى فلان وفلان فرفعت
“Aku keluar untuk mengabarkan kepada kalian tentang Lailatul Qodar, tetapi kemudian fulan dan fulan saling berbantahan, sehingga diangkatlah (yakni, beliau dilupakan tentang kapan kepastian terjadinya Lailatul Qodar itu, edt.)”
Dan yang dimaksud dengan “diangkat”, yakni diangkat tentang kepastian waktunya (bukan ditiadakan keberadaannya). Disana ada beberapa perbedaan pendapat para ulama tentang masalah ini, tetapi pendapat tersebut semuanya “syad” (nyeleneh), sehingga tidak perlu dianggap.
Al-Imam An-Nawawi rohimahulloh mengatakan:
“Pendapat-pendapat yang syad (nyleneh) dari mereka tersebut, adalah kesalahan yang nyata dan kekeliruan yang sangat jelas. Karena justru di akhir hadits tersebut, terdapat bantahan bagi mereka. Karena Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, setelah itu bersabda:
فرفعت، وعسى أن يكون خيرا لكم، فالتمسوها في التاسعة ولسابعة والخامسة
“Kemudian diangkatlah (Lailatul Qodar itu), dan mudah-mudahan hal itu menjadikan lebih baik bagi kalian. Karena itu, carilah Lailatul Qodar tersebut pada malam ke sembilan (maksudnya ke-29), malam ke tujuh (maksudnya ke-27) dan malam ke lima (maksudnya ke-25).
Seandainya yang dimaksud dengan “diangkat” itu adalah diangkatnya keberadaan Lailatul Qodar tersebut (yakni telah ditiadakan), tentu Nabi shollallohu ’alaihi wa sallam tidak akan memerintahkan untuk mencari-carinya.” )selesai perkataan/penjelasan Al-Imam An-Nawawi rohimahulloh).
Jadi kesimpulannya, Lailatul Qodar itu tetap ada setiap tahunnya, khususnya di bulan Romadhon yang mulia ini, lebih khusus lagi di akhir-akhir Romadhon, pada sepuluh hari yang terakhir (akan datang penjelasannya setelah ini), wallohu a’lamu bis showab. (lihat : Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab (6/402), As-Syarhul Mumti’ (6/491) dan Fathul Bari (no. 2023) )
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَ أَحْيَا لَيْلَهُ وَ أَيْقَظَ أَهْلَهُ رواه: البخاري
Diriwayatkan dari Aisyah r.a dia berkata: ketika memasuki sepuluh malam yang akhir pada bulan Ramadhan, Rasulullah SAW mengencangkan ikat pinggangnya, beribadah sepanjang malam dan membangunkan keluarganya untuk beribadah. (HR. Bukhari no.2024). Sumber: Kitab Shahih Al Bukhari
*) dicopas dari sejumlah postingan yang tanpa ada nama penulisnya
sumber: WAGroup PERKOKOH PERSATUAN MUSLIM (postSabtu23/4/2022/Jumat23/4/2022)