Virus Corona Tekan Rupiah Kembali Tembus Rp16.500, IHSG Anjlok Dekati Level 4000 Awal Pekan

ilustrasi nila tukar rupiah. foto: internet

Nilai tukar atau kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta awal pekan ini kembali tertekan menembus level Rp16.500 per dolar AS. Pada pukul 09.53 WIB, Senin (23/3/2020) rupiah bergerak melemah 590 poin atau 3,7% jadi Rp16.550 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.960 per dolar AS.

semarak.co -Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston mengatakan, kekhawatiran terhadap peningkatan penyebaran wabah COVID-19 ditambah dengan stimulus pemerintah AS senilai USD1,3-2 triliun yang belum mencapai kata sepakat dengan senat AS, menjadi penyebab sentimen negatif tersebut.

Bacaan Lainnya

“Rupiah kemungkinan bisa tertekan lagi hari ini mengikuti sentimen negatif yang membayangi pergerakan aset berisiko pagi ini seperti indeks saham futures AS, indeks saham Australia, Nikkei  (Jepang) dan Kospi (Korea Selatan) yang bergerak negatif serta sebagian mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS,” kata Ariston di Jakarta, Senin (23/3/2020).

WHO sendiri masih terus melaporkan peningkatan kasus penularan wabah COVID-19 di dunia dengan lebih dari 294 ribu positif. Sementara itu, pasar masih menunggu kabar kesepakatan stimulus pemerintah AS malam ini.

Bila sepakat, lanjut Ariston, bisa membantu memberikan sentimen positif ke pasar keuangan karena stimulus yang besar. “Pergerakan USD-IDR hari ini masih berpotensi untuk naik mendekati level tertinggi Juni 1998 di Rp16.850 dengan potensi support di kisaran Rp15.900,” ujar Ariston.

Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal pekan anjlok mendekati level 4.000. Pada pukul 09.26, Senin (23/3/2020), IHSG sendiri masih melemah 167,74 poin atau 4% ke posisi 4.027,2.

Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 bergerak turun 33,43 poin atau 5,35 persen menjadi 591,32. “Kami perkirakan IHSG akan kembali terkoreksi mengikuti melemahnya bursa saham AS dan regional,” tulis Tim Riset Samuel Sekuritas dalam risetnya, dilansir media online ibu kota di Jakarta, Senin (23/3/2020).

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun bergantung pada cara penanganan COVID-19, baik di dalam negeri maupun seluruh dunia.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah membuat beberapa skenario terkait durasi COVID-19 dan kemungkinan terjadinya lockdown. Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih bisa tumbuh 4 persen dengan skenario moderat.

Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa hanya tumbuh 2,5 persen bahkan 0 persen jika durasi wabah COVID-19 lebih dari tiga sampai enam bulan, terutama jika penanganan bencana COVID-19 dengan cara lockdown. (net/lin)

 

sumber: indopos.co.id

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *