Sido Muncul Manfaatkan Enceng Gondok untuk Bahan Bakar

Direktur Marketing Sido Muncul Irwan Hidayat

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, perusahaan jamu satu ini memang selalu menarik diperbincangkan. Kiprahnya menjaga dan melestarikan obat herbal patut diapresiasi yang diiringi dengan kegiatan CSR yang menjangkau banyak lapisan, seperti kesehatan hingga pariwisata.

Kini terobosan kembali dilakukan perusahaan jamu yang bermarkas di Semarang ini dengan memanfaatkan tanaman enceng gondok untuk bahan bakar. Ditemui di kediamannya, di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, Senin (12/6), Direktur Marketing Sido Muncul Irwan Hidayat mengatakan, enceng gondok selama ini dianggap sebagai hama. Tanaman ini banyak tumbuh di danau dan sungai.

Eceng gondok menyebabkan tingkat kelarutan oksigen yang membuat biota dalam air menurun dan juga meningkatkan pendangkalan. “Di Rawa Pening luas danau mencapai 2.700 hektare (ha), sekarang tinggal 800 ha, sisanya eceng gondok. Dulu kedalaman 30 meter, sekarang 4-5 meter. ā€ˇSemua danau itu habis kena eceng gondok dan pendangkalan. Danau Tempe, Danau Tondano, Ciracas, Jatiluhur, Kali Ciliwung, itu juga eceng gondok semua,” tutur Irwan.

Ternyata di balik ancaman enceng gondok sebagai hama di danau dan sungai, enceng gondok menyimpan potensi dijadikan sebagai bahan bakar berupa wood pellet. Hal itu seiring dengan adanya teknologi yang mampu mengubah enceng gondok menjadi padatan briket.

Nah, Sido Muncul sudah mempraktikkan potensi tersebut dengan memanfaatkan enceng gondok di Rawa Pening untuk dijadikan wood pellet. Dan hasilnya, sudah mulai diaplikasikan sebagai bahan bakar di pabrik menggantikan bahan bakar gas.

Irwan menyebutkan, wood pellet ini lebih menguntungkan ketimbang memakai gas. “Kalau gas untuk dapat 11 ribu kalori LPG keluar uang Rp 12 ribu per kg. Kalau ini, kalorinya 4.300-5.000 jadi butuh sekitar 2,6 kg. Harganya Rp 1.600 per kg. Ini berarti kan cuma butuh Rp 5.000 untuk dapat 11 ribu kalori. Lebih murah,” urainya.

Tentu saja langkah ini efektif mengurangi penyebaran gulma eceng gondok serta membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Dengan berkurangnya eceng gondong, maka danau atau sungai juga bisa menjadi sumber air yang bermanfaat bagi masyarakat. “Jika sumber airnya bagus, danau itu akan menjadi lokasi wisata yang menarik,” katanya. (lum)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *