Phapros Dukung Pemerintah Tuntaskan Tuberculosis dengan Tingkatkan Produksi Obat

Pertumbuhan penjualan tersebut disebabkan meningkatnya permintaan produk obat jual bebas atau over the counter (OTC) dengan produk Antimo Group yang ditujukan untuk menyamankan perjalanan.

PT Phapros yang merupakan salah satu anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang bergerak di industri farmasi dan alat kesehatan tengah menaikkan kapasitas produksi pabriknya yang terletak di kawasan Simongan, Semarang, Jawa Tengah. Salah satu yang menjadi prioritas adalah peningkatan kapasitas produksi obat TB (tuberculosis).

Direktur Utama Phapros Barokah Sri Utami mengatakan, berdasarkan data Tuberkulosis Global 2014 yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan, insidensi di Indonesia pada angka 460 ribu kasus baru per tahun. Namun, di laporan serupa tahun 2015, angka tersebut naik menjadi 1 juta kasus baru per tahun. Persentase jumlah kasus TB di Indonesia pun meningkat 10% terhadap seluruh kasus di dunia. Sehingga membuat Indonesia menduduki peringkat kedua negara penyumbang penderita TB terbanyak setelah India dengan persentase 23 persen dari seluruh kasus di dunia.

“Kami memiliki kekuatan di produk obat TB (tuberculosis). Peningkatan kapasitas produksi yang didanai oleh penerbitan MTN juga diarahkan untuk produksi obat TB. Kita tahu bahwa angka penderita TBdi Indonesia masih sangat tinggi. Kami harap dengan masuknya produk obat TB kami ke dalam sistem e-catalog bisa membantu pemerintah dalam menuntaskan TB,” ujar Emmy, sapaan akrab Barokah Sri Utami dalam rilis, Senin (14/8).

Produk TB Phapros, klaim Emmy, cukup lengkap. “Kami memiliki produk obat TB anak dan dewasa. Saat ini kontribusi kami dalam membantu pemerintah menuntaskan TB adalah 35% dari pangsa pasar dan tahun ini kami tengah meningkatkan penjualan obat tersebut sebesar hampir 10% dibandingkan tahun 2014,” lanjut Emmy.

“Dalam rangka mendukung pemerintah menuntaskan kasus TB (tuberculosis) ini, kami juga melakukan upaya promotif, preventif dan rehabilitatif dengan bekerjasama dengan mitra terkait agar hasilnya bisa lebih maksimal, misalnya dengan mengadakan penyuluhan tentang bahaya TB yang sering tidak diketahui masyarakat,” tambah Emmy.

“Yang terpenting agar penderita TB bisa sembuh adalah tidak putus pengobatan. Banyak kasus yang terjadi di bulan kedua masa pengobatan, pasien TB sudah berhenti mengonsumsi obat karena sudah merasa sehat, meski dokter belum menyatakan 100 persen sembuh, padahal mereka masih harus mengonsumsi obat selama enam bulan,” pungkasnya.

TB adalah penyakit yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang ditemukan Robert Koch. Sebanyak 90 persen TB menyerang paru dengan tanda-tanda batuk lebih dari tiga minggu, demam, berat badan menurun, keringat malam, mudah lelah, nafsu makan hilang, nyeri dada, dan batuk darah.Beberapa daerah yang menjadi wilayah dengan kasus TB terbanyak menurut Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI tahun 2015 adalah Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Maluku,dan Papua. (lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *