Malam Takbir di Pesawat Saat Terbang, Jadi Momentum Berkesan Pilot Batik

Pesawat Batik melakukan persiapan sebelum terbang. foto: humas Batik

Pilot Maskapai Batik Air Captain Maherda Ekananda pernah merasakan bertakbir di kesunyian langit saat harus bertugas di malam Lebaran.

Meski harus berteman dengan kesunyian di angkasa yang luas, justru itu adalah momentum yang sangat berkesan baginya dan membuat malam takbir lebih hikmat.

“Salah satu pengalaman paling pertama itu, malam takbir karena saya harus terbang sampai pukul setengah satu pagi. Malam takbir itu terasa berbeda, biasanya bersahut-sahutan ramai, ini sepi tapi bisa lebih terasa hikmat,” kata Captain Maherda di Jakarta, Kamis (6/6).

Bertugas saat Lebaran bukan hal baru bagi pilot yang sudah berkarier selama sewindu itu. Baik menjelang, setelah maupun hari H Lebaran, Ia harus siap memenuhi panggilan tugas di mana frekuensi penerbangan lebih padat dari biasanya ketimbang hari biasa.

Untuk masa Lebaran tahun ini pun, Captain Maherda tidak terlepas dari kewajibannya untuk mengatar pemudik ke kampung halaman meskipun ia sendiri harus rela tidak mudik ke Bandung.

“Orang tua yang tersisa semua tinggal di Bandung, meskipun saya bukan orang Bandung, saya dari Surabaya, jadi kalau bersilaturahmi ke sana,” kata pilot yang saat ini tinggal di Tangerang itu.

Namun, ia mengaku keluarga sudah memahami dengan risiko pekerjaannya menjadi pelayan masyarakat selayaknya profesi lainnya yang harus siaga, seperti dokter, polisi ataupun wartawan.

Biasanya, Captain Maherda bisa mengoperasikan hingga empat penerbangan dalam sehari, namun ia bersyukur masih bisa menunaikan Shalat Ied di tengah kesibukannya.

Dari segi beban tugas, Ia mengaku tidak terlalu signifikan perbedaan antara masa ramai (peak season) Lebaran dengan hari biasa karena faktor keselamatan tetap yang utama dan tidak boleh berkurang sedikit pun (zero tolerance).

Hanya saja, ketika berpuasa di bulan Ramadan, ia harus lebih fokus dan waspada untuk memastikan tidak ada yang berkurang dalam aspek keselamatan penerbangan.

“Biasanya awal atau pertengahan puasa, tingkat ketelitian harus lebih tinggi karena orang berpuasa bisa mengurangi fokus, jadi tingkat kewaspadaan bisa berkurang. Akan lebih banyak orang yang lengah, sementara pekerjaan ini menuntut ketelitian tinggi. Jadi, itu yang membedakan,” katanya.

Kendati rela tidak bertemu dengan keluarga saat hari raya, Captain Maherda mengaku bangga bisa mengantarkan penumpang bertemu dengan keluarganya.

“Jadi kalau orang pada mudik, kami sering nonton saja, tapi kami sudah biasa. Justru kalau mudik itu suasananya lebih ceria mulai dari bandara, banyak anak-anak dan banyak yang memakai baju bagus,” katanya.

Ia berpesan, terutama kepada pilot muda atau rekan dengan profesi pelayan masyarakat (public service) yang harus bertugas di hari raya Lebaran, untuk tetap semangat dalam bertugas. “Keep the good work dan ikhlas bagi sama-sama yang bekerja untuk public service, seperti dokter, polisi, petugas tol, bahkan wartawan,” katanya. (lin)

 

sumber: indopos.co.id

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *